All posts by Admin

Bulan Haram dan Syariat Memuliakannya Menurut Alquran – Majelis Ulama Indonesia – Majelis Ulama Indonesia

JAKARTA – Berlalunya Syawal dalam penanggalan Hijriyah menandakan umat Muslim telah memasuki bulan Dzulqadah. Bulan ini termasuk salah satu dari bulan haram (asyhurul hurum) atau bulan mulia, di samping Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.

Allah SWT telah mengisyaratkan keempat bulan haram tersebut dalam Alquran, sebagaimana firman-Nya dalam surat At Taubah ayat 36 sebagai berikut:

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ

“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.”

Keterangan mengenai keempat bulan haram tersebut merujuk kepada penjelasan Ibnu Katsir dalam tafsirnya yang mengambill sumber hadits dari Imam Ahmad, bahwa ketika Rasulullah SAW sedang menunaikan haji wada’ terakhir, beliau bersabda “Ingatlah, sesungguhnya zaman telah berputar seperti keadaannya sejak hari Allah SWT menciptakan langit dan bumi. Satu tahun terdiri atas dua belas bulan, empat bulan di antaranya adalah bulan-bulan haram (suci), tiga di antaranya berturut-turut, yaitu Dzulqadah, Dzulhijjah, dan Muharram, yang lainnya ialah Rajab Mudar, yang terletak di antara bulan Jumada (Jumadil Akhir) dan Syaban.”

Perintah memuliakan bulan haram merupakan salah satu apresiasi yang diberikan Alquran terhadap tradisi dan budaya masyarakat Arab jahiliyah yang telah mengakar dalam kehidupan mereka. Mana kala memasuki bulan-bulan haram, mereka dilarang untuk bermusuhan, berbuat zalim kepada sesama, mengganggu orang yang tengah melakukan ibadah haji, hingga larangan melakukan peperangan.

Merujuk pada pendapat Ibnu Jarir at-Thabari dalam Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an terhadap surah Al Baqarah ayat 194 yaitu:اَلشَّهْرُ الْحَرَامُ بِالشَّهْرِ الْحَرَامِ وَالْحُرُمٰتُ قِصَاصٌۗ فَمَنِ اعْتَدٰى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوْا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدٰى عَلَيْكُمْ ۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ

“Bulan haram dengan bulan haram, dan (terhadap) sesuatu yang dihormati berlaku (hukum) qisas. Oleh sebab itu barangsiapa menyerang kamu, maka seranglah dia setimpal dengan serangannya terhadap kamu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” Ibnu Jarir menjelaskan bahwa yang dimaksud ayat di atas adalah bulan Dzulqadah.

Tradisi yang melekat pada masyarakat Arab jahiliyah yaitu memuliakan bulan-bulan haram dengan melarang tindakan mezalimi diri sendiri, orang lain, hingga larangan berperang. Bahkan Ibnu Jarir menyebut tidak diperbolehkan bagi seorangpun untuk membunuh seseorang meskipun dia bertemu dengan para pembunuh bapak atau pun anaknya.

Adapun dinamai dengan Dzulqadah sebab pada bulan itu mereka duduk serta istirahat dari peperangan, sehingga Allah SWT menamai bulan tersebut sebagai mana nama yang mereka berikan.

Di samping itu, ayat di atas juga menginformasikan “apabila diserang oleh musuh” maka hukumnya berubah menjadi kebolehan untuk berperang. Demikian besar penghormatan Allah SWT terhadap bulan-bulan haram sehingga melarang umatnya untuk berbuat zalim. Di samping itu, terdapat ragam peristiwa yang terjadi di bulan-bulan haram yang patut untuk diketahui, diantaranya taubat Nabi Adam kepada Allah SWT serta pertemuan dengan sang istri yang terjadi pada Muharram.

Sementara pada momentum Rajab, merupakan bulan waktu diangkatnya Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul, Dzulqadah merupakan bulan napak tilas Nabi Musa, dan Dzulhijjah merupakan bulan terbunuhnya Khalifah Umar bin Khattab, serta keberhasilan Shalahuddin Al-Ayyubi menembus benteng terkuat yaitu Benteng Azaz yang belum pernah ditaklukan oleh siapapun.

Tanpa mengurangi kualitas ibadah pada bulan-bulan selain bulan haram, sudah merupakan suatu kewajiban untuk menjauhkan diri dari perbuatan zalim. Baik itu yang dilakukan kepada diri sendiri maupun orang lain. Karena keluasan rahmat dan ampunan Allah Ta’ala selalu membersamai hamba-Nya, bagi mereka yang sungguh-sungguh untuk meraih kemuliaan itu. Wallahu’alam. (Isyatami Aulia, ed: Nashih)

Source link

The post Bulan Haram dan Syariat Memuliakannya Menurut Alquran – Majelis Ulama Indonesia – Majelis Ulama Indonesia first appeared on Majelis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta.



Orang yang Paling Tinggi Kedudukannya di Mata Imam Syafi’i

قال الإمام الشافعي رحمه الله: فقر العلماء فقر اختيار، وفقر الجهلاء فقر اضطرار
قال الشافعي رحمه الله: أرفع الناس قدرًا من لا يرى قدره، وأكثرهم فضلاً من لا يرى فضله

Imam Syafi’i berkata; kemiskinan para alim (ulama/ilmuan) adalah pilihan, tapi kemiskinan orang jahil adalah keterpaksaan.

Manusia yang paling tinggi kedudukannya adalah mereka yang tidak melihat kedudukannya. Dan manusia yang paling banyak kemuliaannya adalah mereka yang tidak melihat kemuliaannya.

The post Orang yang Paling Tinggi Kedudukannya di Mata Imam Syafi’i appeared first on MUI SULSEL.



Bulan Haram dan Syariat Memuliakannya Menurut Alquran – Majelis Ulama Indonesia

bulan-haram-dan-syariat-memuliakannya-menurut-alquran-–-majelis-ulama-indonesia

JAKARTA – Berlalunya Syawal dalam penanggalan Hijriyah menandakan umat Muslim telah memasuki bulan Dzulqadah. Bulan ini termasuk salah satu dari bulan haram (asyhurul hurum) atau bulan mulia, di samping Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.

Allah SWT telah mengisyaratkan keempat bulan haram tersebut dalam Alquran, sebagaimana firman-Nya dalam surat At Taubah ayat 36 sebagai berikut:

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ

“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.”

Keterangan mengenai keempat bulan haram tersebut merujuk kepada penjelasan Ibnu Katsir dalam tafsirnya yang mengambill sumber hadits dari Imam Ahmad, bahwa ketika Rasulullah SAW sedang menunaikan haji wada’ terakhir, beliau bersabda “Ingatlah, sesungguhnya zaman telah berputar seperti keadaannya sejak hari Allah SWT menciptakan langit dan bumi. Satu tahun terdiri atas dua belas bulan, empat bulan di antaranya adalah bulan-bulan haram (suci), tiga di antaranya berturut-turut, yaitu Dzulqadah, Dzulhijjah, dan Muharram, yang lainnya ialah Rajab Mudar, yang terletak di antara bulan Jumada (Jumadil Akhir) dan Syaban.”

Perintah memuliakan bulan haram merupakan salah satu apresiasi yang diberikan Alquran terhadap tradisi dan budaya masyarakat Arab jahiliyah yang telah mengakar dalam kehidupan mereka. Mana kala memasuki bulan-bulan haram, mereka dilarang untuk bermusuhan, berbuat zalim kepada sesama, mengganggu orang yang tengah melakukan ibadah haji, hingga larangan melakukan peperangan.

Merujuk pada pendapat Ibnu Jarir at-Thabari dalam Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an terhadap surah Al Baqarah ayat 194 yaitu:اَلشَّهْرُ الْحَرَامُ بِالشَّهْرِ الْحَرَامِ وَالْحُرُمٰتُ قِصَاصٌۗ فَمَنِ اعْتَدٰى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوْا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدٰى عَلَيْكُمْ ۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ

“Bulan haram dengan bulan haram, dan (terhadap) sesuatu yang dihormati berlaku (hukum) qisas. Oleh sebab itu barangsiapa menyerang kamu, maka seranglah dia setimpal dengan serangannya terhadap kamu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” Ibnu Jarir menjelaskan bahwa yang dimaksud ayat di atas adalah bulan Dzulqadah.

Tradisi yang melekat pada masyarakat Arab jahiliyah yaitu memuliakan bulan-bulan haram dengan melarang tindakan mezalimi diri sendiri, orang lain, hingga larangan berperang. Bahkan Ibnu Jarir menyebut tidak diperbolehkan bagi seorangpun untuk membunuh seseorang meskipun dia bertemu dengan para pembunuh bapak atau pun anaknya.

Adapun dinamai dengan Dzulqadah sebab pada bulan itu mereka duduk serta istirahat dari peperangan, sehingga Allah SWT menamai bulan tersebut sebagai mana nama yang mereka berikan.

Di samping itu, ayat di atas juga menginformasikan “apabila diserang oleh musuh” maka hukumnya berubah menjadi kebolehan untuk berperang. Demikian besar penghormatan Allah SWT terhadap bulan-bulan haram sehingga melarang umatnya untuk berbuat zalim. Di samping itu, terdapat ragam peristiwa yang terjadi di bulan-bulan haram yang patut untuk diketahui, diantaranya taubat Nabi Adam kepada Allah SWT serta pertemuan dengan sang istri yang terjadi pada Muharram.

Sementara pada momentum Rajab, merupakan bulan waktu diangkatnya Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul, Dzulqadah merupakan bulan napak tilas Nabi Musa, dan Dzulhijjah merupakan bulan terbunuhnya Khalifah Umar bin Khattab, serta keberhasilan Shalahuddin Al-Ayyubi menembus benteng terkuat yaitu Benteng Azaz yang belum pernah ditaklukan oleh siapapun.

Tanpa mengurangi kualitas ibadah pada bulan-bulan selain bulan haram, sudah merupakan suatu kewajiban untuk menjauhkan diri dari perbuatan zalim. Baik itu yang dilakukan kepada diri sendiri maupun orang lain. Karena keluasan rahmat dan ampunan Allah Ta’ala selalu membersamai hamba-Nya, bagi mereka yang sungguh-sungguh untuk meraih kemuliaan itu. Wallahu’alam. (Isyatami Aulia, ed: Nashih)

Source link

The post Bulan Haram dan Syariat Memuliakannya Menurut Alquran – Majelis Ulama Indonesia first appeared on Majelis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta.



Anregurutta Faried Wadjedy Pun Bereaksi, Rencana Festival Waria di Sidrap Kandas

anregurutta-faried-wadjedy-pun-bereaksi,-rencana-festival-waria-di-sidrap-kandas

Makassar, muisulsel.com – Rencana hajatan khataman Alquran dirangkaikan festival waria atau fashion show di Lapangan Bola Andi Takko, Tanrutedong, Kabupaten Sidrap pada 25 Juni 2022, mengundang reaksi sejumlah ulama yang tergabung MUI Sulsel.

“Innalillahi wainnaa ilaihi rajiun. Jika yg di Sidrap itu benar seperti yg kita lihat ini, berdosalah semua yg terlibat dlm pelaksanaan acara itu. Sesuai dg kewenangan masing-2.” Demikian tanggapan Ketua Dewan Pertimbangan MUI Sulsel Anregurutta Haji Prof Dr M Faried Wadjedy Lc MA dikutip muisulsel.com, Selasa (7/6/22).

Pimpinan Pondok Pesantren Darud Da’wah wal-Irsyad (DDI) Mangkoso itu turut berkomentar setelah menerima berita rencana festival waria di Sidrap yang ramai diperbincangkan grup WhatsApp.

Pemerintah Kabupaten Sidrap melalui Sekda Sudirman sudah mengonfirmasi ke media, izin hajatan waria yang dikeluarkan oleh Lurah Tanrutedong pada 31 Mei 2022, sudah dicabut alias batal.

“Ada permintaan izin hajatan. Semua boleh buat, karena pribadi sepanjang tidak mengganggu publik. Jadi syukuran tidak masalah, tetapi festival waria yang tidak boleh, tidak ada izin,” kata Sekda Sidrap Sudirman Bungi saat dikonfirmasi detikSulsel, Ahad (5/6/2022).

Pihak Kelurahan Tanrutedong, dalam surat yang beredar bernomor 19/KT/V/2022 yang diterbitkan Selasa (31/5/22), lurah memberikan rekomendasi izin pemakaian Lapangan Sepakbola Andi Takko Tanrutedong.

Surat tersebut ditujukan ke Kapolsek Dua Pitue dan ditembuskan ke Camat Dua Pitue, Danramil 1420-05 Dua Pitue. Rekomendasi izin diberikan untuk kegiatan hajatan tasyakuran rumah dan khatam qur’an yang dirangkaikan silaturahmi waria (fashion show).

“Mungkin Lurah tidak menganalisis ke arah festival waria, dipikir hanya acara syukuran keluarga. Ini ada kekeliruan. Saya sudah minta Pak Camat panggil Pak Lurah dan koordinasi Polres dan Danramil agar jangan teruskan izin itu,” ujar Sudirman.

Ia meminta warga agar tenang. Pemda dan stakeholder terkait memahami norma dan kondisi masyarakat terkait festival waria tersebut.

“Kami harap warga jangan khawatir. Yang kami pastikan tidak melanjutkan izinnya,” bebernya.

Kegiatan Islam Jadi Tameng?

MUI Sulsel menanggapi kegiatan tersebut akan melecehkan agama Islam karena pesta waria dipadukan dengan acara khatam Alquran.

“Kalau hal ini tentu telah melecehkan agama. Apalagi itu yang dijadikan tameng. Apalagi dijadikan Alquran itu untuk melegitimasi atau membenarkan apa yang mereka lakukan,” kata Sekretaris Umum MUI Sulsel Muammar Bakry kepada viva.co.id, Senin (6/6/2022).

Muammar menerangkan, dalam ajaran agama Islam sudah sangat jelas bahwa kegiatan festival waria pasti sudah bertentangan. Apalagi kegiatan Islam dijadikan tameng untuk membungkus kegiatan waria itu, tetap dilarang.

“Prinsipnya festival waria ini tentu sangat bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam. Apapun yang membungkus kegiatan itu termasuk yang kedengarannya hal baik seperti khatam Alquran dan lainnya itu tidak baik,” katanya.

Muammar mengaku bahwa pihaknya akan sangat mendukung upaya Pemda dan aparat setempat untuk membatalkan festival waria ini. Sebab, menurutnya kegiatan seperti itu tidak bisa dicampurkan antara yang hak dengan yang batil. Apalagi Alquran yang dijadikan tameng.

“Kita berharap bahwa kegiatan festival waria atau semacamnya itu janganlah dijadikan hiburan. Janganlah dijadikan ajang untuk pesta. Ini memang perlu diberikan pencerahan ke masyarakat kita,” kata Muammar.

Muammar menegaskan, pemerintah dan aparat kepolisian harus terus memantau kegiatan serupa. Jika ada celah yang didapatkan, maka akan meresahkan masyarakat muslim.

Sebelumnya telah heboh beredar surat izin acara tasyakuran rumah dan khatam Alquran yang dirangkaikan dengan fashion show waria di Sidrap, Sulsel. Kehebohan surat izin itu membuat Pemerintah Daerah Sidrap membuat klarifikasi dan mengatakan ada kekeliruan pemberian izin dari kelurahan dan meminta segera dibatalkan.

“Memang ada suratnya itu, perihal permintaan izin hajatan. Jadi kami rasa semua boleh digelar, karena pribadi sepanjang tidak mengganggu publik. Jadi syukuran tidak masalah, tetapi festival waria yang tidak boleh, tidak ada izin,” kata Sekda Sidrap Sudirman saat dimintai konfirmasi awak media.

“Terkait surat izin itu kemungkinan Lurah tidak menganalisis ke arah festival waria, dipikir hanya acara syukuran keluarga. Ini ada kekeliruan. Saya sudah minta Pak Camat panggil Pak Lurah dan koordinasi Polres dan Danramil agar jangan teruskan izin itu,” Sudirman menambahkan

Pihak kepolisian juga menegaskan telah melarang acara festival fashion show waria itu digelar. Alasan polisi melarang festival itu lantaran belum mengantongi izin keramaian dan dianggap rawan menimbulkan masalah. Kapolsek Dua Pitue Iptu Bahri mengatakan, bahwa pihaknya telah membicarakan penyelenggaraan acara itu dengan camat dan lurah setempat untuk tidak diberi izin jika digelar acara waria.

“Iya sementara kita tangani. Saya sudah sampaikan ke pak Camat dan lurah Kalau acara syukuran dan khatam Al-Qur’an tidak masalah silahkan digelar. Tapi kalau acara waria begini tidak boleh, karena itu rawan,” ungkap Kapolsek Dua Pitue Iptu Bahri dalam keterangannya, Ahad (5/6/ 2022).

Sumber: muisulsel.com, detik.com dan viva.co.id

The post Anregurutta Faried Wadjedy Pun Bereaksi, Rencana Festival Waria di Sidrap Kandas appeared first on MUI SULSEL.



Bulan Haram dan Syariat Memuliakannya Menurut Alquran

JAKARTA – Berlalunya Syawal dalam penanggalan Hijriyah menandakan umat Muslim telah memasuki bulan Dzulqadah. Bulan ini termasuk salah satu dari bulan haram (asyhurul hurum) atau bulan mulia, di samping Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.

Allah SWT telah mengisyaratkan keempat bulan haram tersebut dalam Alquran, sebagaimana firman-Nya dalam surat At Taubah ayat 36 sebagai berikut:

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ

“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa.”

Keterangan mengenai keempat bulan haram tersebut merujuk kepada penjelasan Ibnu Katsir dalam tafsirnya yang mengambill sumber hadits dari Imam Ahmad, bahwa ketika Rasulullah SAW sedang menunaikan haji wada’ terakhir, beliau bersabda “Ingatlah, sesungguhnya zaman telah berputar seperti keadaannya sejak hari Allah SWT menciptakan langit dan bumi. Satu tahun terdiri atas dua belas bulan, empat bulan di antaranya adalah bulan-bulan haram (suci), tiga di antaranya berturut-turut, yaitu Dzulqadah, Dzulhijjah, dan Muharram, yang lainnya ialah Rajab Mudar, yang terletak di antara bulan Jumada (Jumadil Akhir) dan Syaban.”

Perintah memuliakan bulan haram merupakan salah satu apresiasi yang diberikan Alquran terhadap tradisi dan budaya masyarakat Arab jahiliyah yang telah mengakar dalam kehidupan mereka. Mana kala memasuki bulan-bulan haram, mereka dilarang untuk bermusuhan, berbuat zalim kepada sesama, mengganggu orang yang tengah melakukan ibadah haji, hingga larangan melakukan peperangan.

Merujuk pada pendapat Ibnu Jarir at-Thabari dalam Jami’ al-Bayan fi Ta’wil al-Qur’an terhadap surah Al Baqarah ayat 194 yaitu:اَلشَّهْرُ الْحَرَامُ بِالشَّهْرِ الْحَرَامِ وَالْحُرُمٰتُ قِصَاصٌۗ فَمَنِ اعْتَدٰى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوْا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدٰى عَلَيْكُمْ ۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ

“Bulan haram dengan bulan haram, dan (terhadap) sesuatu yang dihormati berlaku (hukum) qisas. Oleh sebab itu barangsiapa menyerang kamu, maka seranglah dia setimpal dengan serangannya terhadap kamu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” Ibnu Jarir menjelaskan bahwa yang dimaksud ayat di atas adalah bulan Dzulqadah.

Tradisi yang melekat pada masyarakat Arab jahiliyah yaitu memuliakan bulan-bulan haram dengan melarang tindakan mezalimi diri sendiri, orang lain, hingga larangan berperang. Bahkan Ibnu Jarir menyebut tidak diperbolehkan bagi seorangpun untuk membunuh seseorang meskipun dia bertemu dengan para pembunuh bapak atau pun anaknya.

Adapun dinamai dengan Dzulqadah sebab pada bulan itu mereka duduk serta istirahat dari peperangan, sehingga Allah SWT menamai bulan tersebut sebagai mana nama yang mereka berikan.

Di samping itu, ayat di atas juga menginformasikan “apabila diserang oleh musuh” maka hukumnya berubah menjadi kebolehan untuk berperang. Demikian besar penghormatan Allah SWT terhadap bulan-bulan haram sehingga melarang umatnya untuk berbuat zalim. Di samping itu, terdapat ragam peristiwa yang terjadi di bulan-bulan haram yang patut untuk diketahui, diantaranya taubat Nabi Adam kepada Allah SWT serta pertemuan dengan sang istri yang terjadi pada Muharram.

Sementara pada momentum Rajab, merupakan bulan waktu diangkatnya Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul, Dzulqadah merupakan bulan napak tilas Nabi Musa, dan Dzulhijjah merupakan bulan terbunuhnya Khalifah Umar bin Khattab, serta keberhasilan Shalahuddin Al-Ayyubi menembus benteng terkuat yaitu Benteng Azaz yang belum pernah ditaklukan oleh siapapun.

Tanpa mengurangi kualitas ibadah pada bulan-bulan selain bulan haram, sudah merupakan suatu kewajiban untuk menjauhkan diri dari perbuatan zalim. Baik itu yang dilakukan kepada diri sendiri maupun orang lain. Karena keluasan rahmat dan ampunan Allah Ta’ala selalu membersamai hamba-Nya, bagi mereka yang sungguh-sungguh untuk meraih kemuliaan itu. Wallahu’alam. (Isyatami Aulia, ed: Nashih)



MUI Sesalkan Politisi India Yang Menghina Nabi Muhammad SAW

JAKARTA–Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyesalkan pernyataan Politisi Barathiya Janata Party (BJP) India, Nupur Sharma, yang menghina Nabi Muhammad SAW saat debat di televisi India soal kisruh antara Masjid Gyanvapi yang bersebelahan dengan kuil Kashi Vishnawanth di Varanasi, India.

Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Sudarnoto Abdul Hakim, mengatakan seharusnya politisi tersebut fokus untuk menyelesaikan masalah agar dapat diselesaikan sesuai dengan aturan di India dan tidak membawa konflik pada kebencian terhadap Islam.

Sudarnoto menilai, apa yang dilakukan oleh politisi tersebut yang sangat tidak terpuji dan sangat jelas dapat mengundang reaksi secara global yang memprotesnya, khususnya di dunia Islam.

“MUI Berpandangan bahwa pernyataan Juru Bicara BJP tersebut tidak bertanggung jawab, tidak sensitif, tidak terpuji, menimbulkan ketidaknyamanan, dan melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia yang sangat menghormati kedudukan Nabi Muhammad SAW, ” kata Sudarnoto dalam keterangan resminya kepada MUIDigital, Selasa (7/6).

MUI berpandangan, lanjut dia, bahwa tindakan tersebut berlawanan dengan semangat untuk menciptakan harmoni antara agama dan Resolusi PBB tentang memerangi Islamofobia.

“Oleh karena itu, MUI mengajak pemerintah dan warga India untuk menghormati dan melaksanakan Resolusi PBB tentang Memerangi Islamofobia dan tidak menjadi bagian dari Islamofobia, serta tidak melindungi pelaku Islamofobia, ” tegasnya.

Selain itu, kata Sudarnoto, MUI menyampaikan apresiasi kepada pimpinan Partai BJP yang telah merespons protes umat Islam dan sejumlah negara Islam dengan memberi sanksi kepada Nupur Sharma akibat telah menghina Nabi Muhammad SAW.

Dia berharap, Partai BJP India dapat meningkatkan upaya moderasi beragama kepada para pimpinan dan anggotanya. Sehingga, penghinaan terhadap Islam dan agama lain tidak terjadi lagi.

Lebih lanjut, Sudarnoto mengatakan, MUI menyampaikan rasa terimakasih kepada Kementrian Luar Negeri RI yang telah memanggil Dubes India di Jakarta untuk menyampaikan protes.

“MUI menyerukan kepada Pemerintah RI untuk mengusulkan dialog bilateral lintas agama Indonesia-India guna moderasi kelompok agama di kedua pihak, ” kata Sudarnoto.

Sudarnoto menegaskan bahwa MUI siap untuk berpartisipasi pada dialog bilateral lintas agama tersebut.

Selain itu, Sudarnoto mengajak masyarakat internasional untuk menghormati Resolusi PBB tentang Memerangi Islamofobia dan mendorong peningkatan dialog antar agama interfaith dialogue maupun dialog antar perabadan dialog among civilizations.

“Ini bertujuan untuk meningkatkan saling pemahaman mutual understanding , saling menghormati mutual respeck dan saling bertoleransi mutual tolerance,” ungkap dia. (Sadam AlGhifari/Azhar).



Optimalkan Potensi Halal Dunia, MUI Gelar Kongres Halal Internasional di Bangka Belitung

JAKARTA— Majelis Ulama Indonesia akan menggelar Kongres Halal Internasional pada 14-18 Juni di Bangka Belitung. Kegiatan tersebut merupakan salah satu bentuk dukungan kepada pemerintah untuk mewujudkan Indonesia sebagai pusat halal dunia.

“Agenda Kongres ini salah satunya untuk menyongsong apa yang sudah dicanangkan oleh pemerintah, bahwasanya pada 2024 nanti Indonesia akan menjadi pusat halal dunia” ujar Ketua MUI Bidang Ekonomi Syariah dan Halal, KH Sholahuddin Al-Aiyub, saat berbincang dengan MUIdigital, Selasa (7/6/2022).

Dia mengatakan kegiatan yang akan berlangsung di Bangka Belitung tersebut mengangkat dua isu, yaitu isu terkait halal dan juga pariwisata halal. Dua hari pertama, kegiatan akan difokuskan di Bangka Belitung dengan membicarakan hal-hal strategis terkait dengan halal dan pariwisata halal.

Pada hari selanjutnya, kata Kiai Aiyub begitu akrab disapa, rangkaian acara akan didistribusikan di kabupaten kota Bangka Belitung. “Hal tersebut sekaligus sebagai promosi terkait objek pariwisata halal dan perkembangan UMKM halal yang ada di Bangka Belitung,” ujar dia.

Kiai Aiyub menambahkan tujuan utama diselenggarakannya acara ini adalah untuk melakukan konsolidasi dengan para stakeholder, baik itu pemerintah maupun para pelaku ataupun pegiat halal.

Dia menegaskan, agenda Kongres halal Internasional ini merupakan salah satu agenda yang sangat penting, karena nantinya para pelaku dan juga pegiat halal akan bertemu langsung guna mengambil kebijakan terkait halal maupun pariwisata halal.

“Hal-hal yang selama ini menjadi kurang jelas bisa dikonsolidasikan dan hal-hal yang perlu dikonsolidasikan di forum ini akan dikonsolidasikan,” tutur dia.

Kegiatan tersebut nantinya akan dihadiri oleh peserta yang terdiri dari komisi fatwa seluruh Indonesia, pegiat halal seluruh Indonesia, LPPOM seluruh Indonesia, lembaga pemeriksa hah seluruh Indonesia, para pemangku kepentingan halal dan pariwisata halal seluruh Indonesia, serta lembaga sertifikasi halal Internasional. (Dhea Oktaviana, ed: Nashih)



Pelantikan BWI Lampung, Gubernur Arinal Minta Pengurus Jadi motor Penggerak Pembinaan Nazhir Wakaf

pelantikan-bwi-lampung,-gubernur-arinal-minta-pengurus-jadi-motor-penggerak-pembinaan-nazhir-wakaf

Bandar Lampung: Gubernur Lampung Arinal Djunaidi minta pengurus Badan Wakaf Indonesia (BWI) Provinsi Lampung menjadi motor penggerak dalam memberikan pembinaan bagi para nazhir agar aset wakaf yang ada di Provinsi Lampung dapat dikelola dengan baik dan produktif.

Hal tersebut disampaikan Asisten I bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Qudrotul Ikhwan saat mewakili Gubernur Arinal pada acara Pelantikan BWI Provinsi Lampung periode tahun 2021-2024 di Balai Keratun, Selasa (7/6/2022).

Qudrotul mengatakan wakaf merupakan aset yang sangat bernilai dalam pembangunan dan dapat membantu menanggulangi kemiskinan.

Ia menekankan jika dikelola dengan baik maka wakaf akan menjadi salah satu pilar ekonomi yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Atas nama Pemerintah Provinsi Lampung, Qudrotul mengucapkan selamat kepada Ketua BWI yang dilantik Heri Suliyanto dan seluruh pengurusnya.

Ia berharap kepada pengurus BWI yang baru dilantik bisa membawa semangat dan kebersamaan membangun Provinsi Lampung.

“Semoga dapat menjalankan tugas dan tanggungjawab sesuai dengan visi dan misi organisasi,” ujarnya.

Qudrotul juga menyampaikan 3 tugas penting BWI Provinsi Lampung yaitu yang pertama memberdayakan harta wakaf dengan melakukan penjagaan dan perbaikan untuk melindungi harta wakaf dari kerusakan dan kehancuran.

Selanjutnya, melindungi hak-hak wakaf dengan melakukan pembelaan atau advokasi dalam menghadapi sengketa hukum atau penggusuran dan perampasan demi menjaga kelestarian dan pemanfaatan wakaf untuk kesejahteraan manusia.

Terakhir untuk menunaikan hak-hak ma’kuf alaih dengan menyalurkan hasil wakaf kepada yang berhak dan tidak menundanya.

Qudrotul berharap dengan adanya BWI ini, aset wakaf dapat dikembangkan secara produktif di Provinsi Lampung

Ia juga mengajak kepada para pemangku kebijakan agar bisa berwakaf dan memberikan kontribusi lebih kepada masyarakat lewat wakaf.

“Sedekah terbaik itu bukan uang, semua bisa sedekah dengan uang, tapi sedekah terbaik itu adalah dengan kebijakan,” tambahnya. (Rita Zaharah)



Sekretaris Umum MUI Jatim, Prof Akhmad Muzakki, Terpilih Sebagai Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya 2022-2026 – Majelis Ulama Indonesia

sekretaris-umum-mui-jatim,-prof-akhmad-muzakki,-terpilih-sebagai-rektor-uin-sunan-ampel-surabaya-2022-2026-–-majelis-ulama-indonesia

JAKARTA— Sekretaris Umum MUI Jawa Timur, Prof Akhmad Muzakki, terpilih sebagai rektor Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya. Prof Akh Muzakki menggantikan Rektor sebelumnya yaitu Prof Masdar Hilmy.

Selain menjabat sebagai Sekum MUI Jatim, sejak 2015, setelah melalui proses berliku dan panjang, Prof Akhmad Muzakki juga menjadi Guru Besar bidang Sosiologi Pendidikan di UINSA.

Profesor Akh Muzakki dilantik sebagai Rektor UINSA berdasarkan surat Keputusan Menteri Agama RI nomor 021232/B.II/3/2022 tanggal 6 Juni 2022. Beliau dilantik sebagai Rektor siang tadi di Kantor Kementerian Agama RI, Jakarta.

Riwayat pendidikan Prof Akh Muzakki di bidang akademik cukup moncer. Sejak lulus dari UIN Sunan Ampel Surabaya, beliau melanjutkan pendidikan di kampus paling bergengsi di Australia yaitu Australia National University, Canberra.

Di ANU, dia menempuh Graduate Diploma in Southeast Asian Studies pada Fakultas Asian Studies The pendidikan master dan graduate diploma di sana. Dia meraih gelar Master of Philosophy juga dari ANU.

Gelar doktor diraihnya setelah merampungkan disertasi di School of History, Philosophu, Religion and Classic, di The University of Queensland.
Selain moncer di bidang akademik, Prof Akh Muzakki juga lama berkhidmat di Nahdlatul Ulama (NU). Sebelum menjadi Guru Besar pada tahun 2015, beliau aktif di PWNU Jawa Timur sebagai Sekretaris menemani KH Hasan Mutawakkil yang saat itu menjadi Ketua Umum PWNU Jatim.

Sejak 23 Desember 2020, dalam Musda MUI Jatim, beliau kembali menemani KH Hasan Mutawakkil Alallah yang kali ini terpilih sebagai Ketua Umum MUI Jatim. Seperti pada kepengurusan PWNU Jatim ketika menemani Kiai Hasan, di MUI Jatim kali ini, beliau juga menjabat sebagai sekretaris umum.

Di bawah kepemimpinan Kiai Hasan dan Prof Muzakki, MUI Jawa Timur kini semakin menunjukkan taji sebagai MUI Provinsi paling aktif. Banyak webinar dengan tema-tema menarik yang mampu dihadirkan MUI Jawa Timur. Sosial media MUI Jawa Timur juga termasuk yang paling aktif dan responsif.

Selain itu, duet KH Hasan Mutawakkil dan Prof Muzakki, membuat MUI Jatim mampu memiliki gedung baru yang lokasinya berdekatan dengan Masjid Al Akbar, Surabaya. Gedung tersebut ditargetkan rampung pada 2023.

Selain Sekretaris Umum MUI Jatim, Prof Akh Muzakki juga pernah menjadi Ketua Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif NU Jatim dan Wakil Sekretaris Jenderal PBNU. Dia juga pernah menjadi Ketua Dewan Pendidikan Jatim.

Latar belakang keilmuan dan pengabdian yang seimbang dan matang ini membuat beliau terpilih sebagai Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya.

Terpilihnya Prof Akh Muzakki sebagai rektor ini menambah daftar panjang pimpinan MUI yang menjadi pimpinan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN).

Sebelumnya, Ketua MUI Bidang Perempuan, Remaja, dan Keluarga, Prof Amany Lubis, terpilih sebagai Rekor Perempuan Pertama UIN Jakarta yang menjabat 2019-2023.
Selain itu, Rektor UIN Raden Intan Lampung saat ini, Prof Moh Mukri, juga baru saja terpilih menjadi Ketua Umum MUI Provinsi Lampung. (Azhar)

Source link

The post Sekretaris Umum MUI Jatim, Prof Akhmad Muzakki, Terpilih Sebagai Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya 2022-2026 – Majelis Ulama Indonesia first appeared on Majelis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta.



Sekretaris Umum MUI Jatim, Prof Akhmad Muzakki, Terpilih Sebagai Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya 2022-2026 – Majelis Ulama Indonesia

sekretaris-umum-mui-jatim,-prof-akhmad-muzakki,-terpilih-sebagai-rektor-uin-sunan-ampel-surabaya-2022-2026-–-majelis-ulama-indonesia

JAKARTA— Sekretaris Umum MUI Jawa Timur, Prof Akhmad Muzakki, terpilih sebagai rektor Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya. Prof Akh Muzakki menggantikan Rektor sebelumnya yaitu Prof Masdar Hilmy.

Selain menjabat sebagai Sekum MUI Jatim, sejak 2015, setelah melalui proses berliku dan panjang, Prof Akhmad Muzakki juga menjadi Guru Besar bidang Sosiologi Pendidikan di UINSA.

Profesor Akh Muzakki dilantik sebagai Rektor UINSA berdasarkan surat Keputusan Menteri Agama RI nomor 021232/B.II/3/2022 tanggal 6 Juni 2022. Beliau dilantik sebagai Rektor siang tadi di Kantor Kementerian Agama RI, Jakarta.

Riwayat pendidikan Prof Akh Muzakki di bidang akademik cukup moncer. Sejak lulus dari UIN Sunan Ampel Surabaya, beliau melanjutkan pendidikan di kampus paling bergengsi di Australia yaitu Australia National University, Canberra.

Di ANU, dia menempuh Graduate Diploma in Southeast Asian Studies pada Fakultas Asian Studies The pendidikan master dan graduate diploma di sana. Dia meraih gelar Master of Philosophy juga dari ANU.

Gelar doktor diraihnya setelah merampungkan disertasi di School of History, Philosophu, Religion and Classic, di The University of Queensland.
Selain moncer di bidang akademik, Prof Akh Muzakki juga lama berkhidmat di Nahdlatul Ulama (NU). Sebelum menjadi Guru Besar pada tahun 2015, beliau aktif di PWNU Jawa Timur sebagai Sekretaris menemani KH Hasan Mutawakkil yang saat itu menjadi Ketua Umum PWNU Jatim.

Sejak 23 Desember 2020, dalam Musda MUI Jatim, beliau kembali menemani KH Hasan Mutawakkil Alallah yang kali ini terpilih sebagai Ketua Umum MUI Jatim. Seperti pada kepengurusan PWNU Jatim ketika menemani Kiai Hasan, di MUI Jatim kali ini, beliau juga menjabat sebagai sekretaris umum.

Di bawah kepemimpinan Kiai Hasan dan Prof Muzakki, MUI Jawa Timur kini semakin menunjukkan taji sebagai MUI Provinsi paling aktif. Banyak webinar dengan tema-tema menarik yang mampu dihadirkan MUI Jawa Timur. Sosial media MUI Jawa Timur juga termasuk yang paling aktif dan responsif.

Selain itu, duet KH Hasan Mutawakkil dan Prof Muzakki, membuat MUI Jatim mampu memiliki gedung baru yang lokasinya berdekatan dengan Masjid Al Akbar, Surabaya. Gedung tersebut ditargetkan rampung pada 2023.

Selain Sekretaris Umum MUI Jatim, Prof Akh Muzakki juga pernah menjadi Ketua Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif NU Jatim dan Wakil Sekretaris Jenderal PBNU. Dia juga pernah menjadi Ketua Dewan Pendidikan Jatim.

Latar belakang keilmuan dan pengabdian yang seimbang dan matang ini membuat beliau terpilih sebagai Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya.

Terpilihnya Prof Akh Muzakki sebagai rektor ini menambah daftar panjang pimpinan MUI yang menjadi pimpinan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN).

Sebelumnya, Ketua MUI Bidang Perempuan, Remaja, dan Keluarga, Prof Amany Lubis, terpilih sebagai Rekor Perempuan Pertama UIN Jakarta yang menjabat 2019-2023.
Selain itu, Rektor UIN Raden Intan Lampung saat ini, Prof Moh Mukri, juga baru saja terpilih menjadi Ketua Umum MUI Provinsi Lampung. (Azhar)

Source link

The post Sekretaris Umum MUI Jatim, Prof Akhmad Muzakki, Terpilih Sebagai Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya 2022-2026 – Majelis Ulama Indonesia first appeared on Majelis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta.



Maju Bersama, Prof Muzakki Resmi Pimpin Uinsa Periode 2022-2026

maju-bersama,-prof-muzakki-resmi-pimpin-uinsa-periode-2022-2026

“UIN Sunan Ampel Surabaya adalah milik kita semua, bukan milik satu-dua orang, bukan milik kelompok-kelompok, bukan milik kubu-kubuan. Ini milik kita semua. Sudah seharusnya, sudah saatnya kita kembangkan UIN Sunan Ampel Surabaya menjadi milik semua, untuk semua, dan memberi keberkahan bagi semua demi bangsa dan kemajuan Indonesia,” Prof. Akh. Muzakki, M.Ag., Grad.Dip.SEA., M.Phil., Ph.D., resmi […]

Artikel Maju Bersama, Prof Muzakki Resmi Pimpin Uinsa Periode 2022-2026 pertama kali di publikasikan oleh MUI Jatim.



Menilik LGBT, Dr. Abdul Qodir Zaelani: Bedakan Antara Perbuatan dan Orangnya

menilik-lgbt,-dr.-abdul-qodir-zaelani:-bedakan-antara-perbuatan-dan-orangnya

Bandar Lampung: Salah satu Agenda Kolaborasi Webinar Nasional Law Debate Community (LDC) Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Raden Intan Lampung dan Komunitas Mata Pena (FSH) UIN Raden Intan Lampung yang dilaksanakan pada Minggu (05/6/2022) dengan mengangkat tajuk “Gen Z Thinking I Menilik LGBT Melalui Perspektif Hukum, Psikologi, Agama, dan Seksualitas “ sukses diselenggarakan dan mendapat antusias tinggi dari kalangan remaja, mahasiswa, hingga dosen sekalipun.

Hal ini terlihat dari banyaknya jumlah partisipan yang ikut bergabung pada media zoom Webinar Nasional kali ini dengan rincian yakni kurang lebih 100 partisipan dengan 4 narasumber dan 1 Moderator.

Dr. Abdul Qodir Zaelani, S.HI. MA selaku narasumber dari Pandangan Perspektif Agama di dalam webinar tersebut menjelaskan bahwa agama sangat melarang akan adanya penyimpangan-penyimpangan seksualitas tersebut, serta Ia pun memaparkan beberapa kutipan dari dalam Al-quran dan hadist.

“Hubungan seks itu pada dasarnya adalah haram, sehingga ada dalilnya sebab-sebab yang jelas dan yakin didalamnya tanpa keraguan yang menghalalkanya, apa itu, yakni adanya akad nikah,” jelasnya.

Ia pun menambahkan dan mengingatkan kepada seluruh peserta webinar agar tetap bijak dalam menyikapi kondisi saat bertemu dengan seseorang yang mempunyai kelainan seksualitas tersebut (LGBT).

“Islam adalah agama yang memanusiakan manusia, agama inilah yang memanusiakan manusia, maka cara menyikapi orang yang melakukan kemaksiatan adalah membedakan antara perbuatanya dengan orangnya, dalam Islam sendiri yang harus dijauhi itu perbutan maksiatnya, sedangkan pelakunya, adalah manusia yang harus dijaga harkat dan martabatnya,“ tuturnya dalam akhir webinar.

Dalam Webinar tersebut, selain Dr. Abdul Qodir Zaelani, MA., hadir juga Dr. (Cand). Agus Suprianto, MSI., Ana Yunita Pratiwi, M.Pd., dan Sindami Tika Kusuma, M.Psi., masing-masing memaparkan dari perspektif hukum, seksualitas dan psikologi. (Rizki)



Sekretaris Umum MUI Jatim, Prof Akhmad Muzakki, Terpilih Sebagai Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya 2022-2026 – Majelis Ulama Indonesia

sekretaris-umum-mui-jatim,-prof-akhmad-muzakki,-terpilih-sebagai-rektor-uin-sunan-ampel-surabaya-2022-2026-–-majelis-ulama-indonesia

JAKARTA— Sekretaris Umum MUI Jawa Timur, Prof Akhmad Muzakki, terpilih sebagai rektor Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya. Prof Akh Muzakki menggantikan Rektor sebelumnya yaitu Prof Masdar Hilmy.

Selain menjabat sebagai Sekum MUI Jatim, sejak 2015, setelah melalui proses berliku dan panjang, Prof Akhmad Muzakki juga menjadi Guru Besar bidang Sosiologi Pendidikan di UINSA.

Profesor Akh Muzakki dilantik sebagai Rektor UINSA berdasarkan surat Keputusan Menteri Agama RI nomor 021232/B.II/3/2022 tanggal 6 Juni 2022. Beliau dilantik sebagai Rektor siang tadi di Kantor Kementerian Agama RI, Jakarta.

Riwayat pendidikan Prof Akh Muzakki di bidang akademik cukup moncer. Sejak lulus dari UIN Sunan Ampel Surabaya, beliau melanjutkan pendidikan di kampus paling bergengsi di Australia yaitu Australia National University, Canberra.

Di ANU, dia menempuh Graduate Diploma in Southeast Asian Studies pada Fakultas Asian Studies The pendidikan master dan graduate diploma di sana. Dia meraih gelar Master of Philosophy juga dari ANU.

Gelar doktor diraihnya setelah merampungkan disertasi di School of History, Philosophu, Religion and Classic, di The University of Queensland.
Selain moncer di bidang akademik, Prof Akh Muzakki juga lama berkhidmat di Nahdlatul Ulama (NU). Sebelum menjadi Guru Besar pada tahun 2015, beliau aktif di PWNU Jawa Timur sebagai Sekretaris menemani KH Hasan Mutawakkil yang saat itu menjadi Ketua Umum PWNU Jatim.

Sejak 23 Desember 2020, dalam Musda MUI Jatim, beliau kembali menemani KH Hasan Mutawakkil Alallah yang kali ini terpilih sebagai Ketua Umum MUI Jatim. Seperti pada kepengurusan PWNU Jatim ketika menemani Kiai Hasan, di MUI Jatim kali ini, beliau juga menjabat sebagai sekretaris umum.

Di bawah kepemimpinan Kiai Hasan dan Prof Muzakki, MUI Jawa Timur kini semakin menunjukkan taji sebagai MUI Provinsi paling aktif. Banyak webinar dengan tema-tema menarik yang mampu dihadirkan MUI Jawa Timur. Sosial media MUI Jawa Timur juga termasuk yang paling aktif dan responsif.

Selain itu, duet KH Hasan Mutawakkil dan Prof Muzakki, membuat MUI Jatim mampu memiliki gedung baru yang lokasinya berdekatan dengan Masjid Al Akbar, Surabaya. Gedung tersebut ditargetkan rampung pada 2023.

Selain Sekretaris Umum MUI Jatim, Prof Akh Muzakki juga pernah menjadi Ketua Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif NU Jatim dan Wakil Sekretaris Jenderal PBNU. Dia juga pernah menjadi Ketua Dewan Pendidikan Jatim.

Latar belakang keilmuan dan pengabdian yang seimbang dan matang ini membuat beliau terpilih sebagai Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya.

Terpilihnya Prof Akh Muzakki sebagai rektor ini menambah daftar panjang pimpinan MUI yang menjadi pimpinan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN).

Sebelumnya, Ketua MUI Bidang Perempuan, Remaja, dan Keluarga, Prof Amany Lubis, terpilih sebagai Rekor Perempuan Pertama UIN Jakarta yang menjabat 2019-2023.
Selain itu, Rektor UIN Raden Intan Lampung saat ini, Prof Moh Mukri, juga baru saja terpilih menjadi Ketua Umum MUI Provinsi Lampung. (Azhar)

Source link

The post Sekretaris Umum MUI Jatim, Prof Akhmad Muzakki, Terpilih Sebagai Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya 2022-2026 – Majelis Ulama Indonesia first appeared on Majelis Ulama Indonesia Provinsi DKI Jakarta.



MUI Sulsel Angkat Bicara Soal Dugaan Penghinaan Nabi di India

mui-sulsel-angkat-bicara-soal-dugaan-penghinaan-nabi-di-india

Makassar, muisulsel.com – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel angkat bicara terkait penghinaan Nabi Muhammad Saw dan istri Rasulullah, Aisyah binti Abu Bakar ra.

Juru Bicara Nasional Partai Bharatiya Janata (BJP), Nupur Sharma, dan Kepala Operasi Media BJP, Delhi Naveen Kumar Jindal, dikabarkan telah berkomentar yang menghina Nabi Muhammad SAW dan sang istri Aisyah ra.

Sharma diduga melontarkan penghinaan kepada Nabi Muhammad SAW dalam sebuah acara debat di stasiun televisi pada pekan lalu. Jindal dilaporkan telah mencuitkan pesan di Twitter yang juga bernada penghinaan terhadap junjungan umat Islam tersebut.

Pernyataan tersebut diberitakan menyulut bentrokan di negara bagian India dan memantik aksi protes tuntutan kepada juru bicara partai tersebut.

Ketua Komisi Hubungan Lintas Negara dan Kerja sama Internasional (HLN-KI) MUI Sulsel Dr KH Norman Said MA, mengatakan, apa yang dikemukakan oleh Nupur Sharma, juru bicara BJP (Partai Berkuasa di India) harus dilihat secara utuh dan dikaji secara cermat.

“Sayangnya, kita belum atau tidak mendapat pernyataan Nupar Sharma secara lengkap tentang Nabi Muhammad. Jika memang terdapat pernyataan yang menghina Rasulallah maka hal itu tidak dapat diterima tidak hanya oleh umat Islam tetapi juga oleh penduduk dunia, terlepas dari agama apapun yang mereka anut karena termasuk kategori Islamofobia yang sudah dilarang secara resmi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),” kata KH Norman Said kepada muisulsel.com, Senin (6/6/22).

KH Norman berharap, “Kita sebagai muslim harus memberikan respons yang proporsional dan cerdas sesuai nilai-nilai ajaran Islam yang mengedepankan semangat kasih-sayang dan saling menghormati. Selain itu kita seharusnya menjauhi tindakan anarkistis yang justru dapat merugikan umat Islam.”

Tagar Perlawanan

Tempo.co, Ahad (5/6/22), sebagaimana dilansir The Namal, memberitakan, tagar bahasa Arab yang ditujukan melawan Perdana Menteri India Narendra Modi telah menjadi topik populer nomor satu di Arab Saudi, Ahad 5 Mei 2022. Di bawah tagar itu, orang-orang Saudi dan orang Arab lainnya mengecam perdana menteri India atas pernyataan yang dibuat terhadap Nabi Muhammad oleh anggota Partai Bharatiya Janata atau BJP.

Penduduk di jazirah Arab disebut marah atas pernyataan menghina yang disampaikan terhadap Nabi Muhammad oleh juru bicara BJP Nupur Sharma dan Pemimpin BJP Delhi Naveen Kumar Jindal. Ratusan pengguna menyerukan boikot India karena mereka menargetkan partai Hindu-nasionalis yang berkuasa di negara itu.

Mufti Besar Oman Syekh Ahmad bin Hamad Al-Khalil bersama dengan akun Twitter yang banyak pengikutnya, telah menyerukan boikot, termasuk pada produk India. Banyak orang India juga mengutuk pernyataan yang dianggap menistakan itu. Di antara mereka mengatakan, bahwa itu dapat membahayakan hubungan India dengan dunia Arab, dan menciptakan masalah bagi orang India di luar negeri.

BJP pada Minggu merilis sebuah pernyataan untuk memperjelas posisinya. Melalui Sekretaris Jenderal Partai Arun Singh, BJP menyatakan sangat menentang ideologi apa pun yang menghina atau merendahkan sekte atau agama apa pun.

Singh menambahkan, bahwa BJP sangat menghormati semua agama dan mengecam keras penghinaan terhadap kepribadian agama mana pun.

Pernyataan BJP, bagaimanapun, tidak menyebutkan secara langsung insiden atau komentar apa pun. Tanggapannya juga tidak memberikan konteks apa pun untuk pernyataan itu, baik dengan merujuk pada komentar Sharma atau tentang agama yang dimaksud.

Pernyataan Sharma dan Jindal telah khususnya menuai protes dari kelompok Muslim. Menurut laporan The Wire, atas reaksi tersebut, BJP berjanji akan segera menangguhkan Sharma dari partai dan juga membatalkan keanggotaan utama Jindal. (Tempo.co/The Namal/muisulsel/Irfan)

The post MUI Sulsel Angkat Bicara Soal Dugaan Penghinaan Nabi di India appeared first on MUI SULSEL.



MUI Sulsel Angkat Bicara Soal Dugaan Penghinaan Nabi di India

mui-sulsel-angkat-bicara-soal-dugaan-penghinaan-nabi-di-india

Makassar, muisulsel.com – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel angkat bicara terkait penghinaan Nabi Muhammad Saw dan istri Rasulullah, Aisyah binti Abu Bakar ra.

Juru Bicara Nasional Partai Bharatiya Janata (BJP), Nupur Sharma, dan Kepala Operasi Media BJP, Delhi Naveen Kumar Jindal, dikabarkan telah berkomentar yang menghina Nabi Muhammad SAW dan sang istri Aisyah ra.

Sharma diduga melontarkan penghinaan kepada Nabi Muhammad SAW dalam sebuah acara debat di stasiun televisi pada pekan lalu. Jindal dilaporkan telah mencuitkan pesan di Twitter yang juga bernada penghinaan terhadap junjungan umat Islam tersebut.

Pernyataan tersebut diberitakan menyulut bentrokan di negara bagian India dan memantik aksi protes tuntutan kepada juru bicara partai tersebut.

Ketua Komisi Hubungan Lintas Negara dan Kerja sama Internasional (HLN-KI) MUI Sulsel Dr KH Norman Said MA, mengatakan, apa yang dikemukakan oleh Nupur Sharma, juru bicara BJP (Partai Berkuasa di India) harus dilihat secara utuh dan dikaji secara cermat.

“Sayangnya, kita belum atau tidak mendapat pernyataan Nupar Sharma secara lengkap tentang Nabi Muhammad. Jika memang terdapat pernyataan yang menghina Rasulallah maka hal itu tidak dapat diterima tidak hanya oleh umat Islam tetapi juga oleh penduduk dunia, terlepas dari agama apapun yang mereka anut karena termasuk kategori Islamofobia yang sudah dilarang secara resmi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),” kata KH Norman Said kepada muisulsel.com, Senin (6/6/22).

KH Norman berharap, “Kita sebagai muslim harus memberikan respons yang proporsional dan cerdas sesuai nilai-nilai ajaran Islam yang mengedepankan semangat kasih-sayang dan saling menghormati. Selain itu kita seharusnya menjauhi tindakan anarkistis yang justru dapat merugikan umat Islam.”

Tagar Perlawanan

Tempo.co, Ahad (5/6/22), sebagaimana dilansir The Namal, memberitakan, tagar bahasa Arab yang ditujukan melawan Perdana Menteri India Narendra Modi telah menjadi topik populer nomor satu di Arab Saudi, Ahad 5 Mei 2022. Di bawah tagar itu, orang-orang Saudi dan orang Arab lainnya mengecam perdana menteri India atas pernyataan yang dibuat terhadap Nabi Muhammad oleh anggota Partai Bharatiya Janata atau BJP.

Penduduk di jazirah Arab disebut marah atas pernyataan menghina yang disampaikan terhadap Nabi Muhammad oleh juru bicara BJP Nupur Sharma dan Pemimpin BJP Delhi Naveen Kumar Jindal. Ratusan pengguna menyerukan boikot India karena mereka menargetkan partai Hindu-nasionalis yang berkuasa di negara itu.

Mufti Besar Oman Syekh Ahmad bin Hamad Al-Khalil bersama dengan akun Twitter yang banyak pengikutnya, telah menyerukan boikot, termasuk pada produk India. Banyak orang India juga mengutuk pernyataan yang dianggap menistakan itu. Di antara mereka mengatakan, bahwa itu dapat membahayakan hubungan India dengan dunia Arab, dan menciptakan masalah bagi orang India di luar negeri.

BJP pada Minggu merilis sebuah pernyataan untuk memperjelas posisinya. Melalui Sekretaris Jenderal Partai Arun Singh, BJP menyatakan sangat menentang ideologi apa pun yang menghina atau merendahkan sekte atau agama apa pun.

Singh menambahkan, bahwa BJP sangat menghormati semua agama dan mengecam keras penghinaan terhadap kepribadian agama mana pun.

Pernyataan BJP, bagaimanapun, tidak menyebutkan secara langsung insiden atau komentar apa pun. Tanggapannya juga tidak memberikan konteks apa pun untuk pernyataan itu, baik dengan merujuk pada komentar Sharma atau tentang agama yang dimaksud.

Pernyataan Sharma dan Jindal telah khususnya menuai protes dari kelompok Muslim. Menurut laporan The Wire, atas reaksi tersebut, BJP berjanji akan segera menangguhkan Sharma dari partai dan juga membatalkan keanggotaan utama Jindal. (Tempo.co/The Namal/muisulsel/Irfan)

The post MUI Sulsel Angkat Bicara Soal Dugaan Penghinaan Nabi di India appeared first on MUI SULSEL.



Sekretaris Umum MUI Jatim, Prof Akhmad Muzakki, Terpilih Sebagai Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya 2022-2026

JAKARTA— Sekretaris Umum MUI Jawa Timur, Prof Akhmad Muzakki, terpilih sebagai rektor Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya. Prof Akh Muzakki menggantikan Rektor sebelumnya yaitu Prof Masdar Hilmy.

Selain menjabat sebagai Sekum MUI Jatim, sejak 2015, setelah melalui proses berliku dan panjang, Prof Akhmad Muzakki juga menjadi Guru Besar bidang Sosiologi Pendidikan di UINSA.

Profesor Akh Muzakki dilantik sebagai Rektor UINSA berdasarkan surat Keputusan Menteri Agama RI nomor 021232/B.II/3/2022 tanggal 6 Juni 2022. Beliau dilantik sebagai Rektor siang tadi di Kantor Kementerian Agama RI, Jakarta.

Riwayat pendidikan Prof Akh Muzakki di bidang akademik cukup moncer. Sejak lulus dari UIN Sunan Ampel Surabaya, beliau melanjutkan pendidikan di kampus paling bergengsi di Australia yaitu Australia National University, Canberra.

Di ANU, dia menempuh Graduate Diploma in Southeast Asian Studies pada Fakultas Asian Studies The pendidikan master dan graduate diploma di sana. Dia meraih gelar Master of Philosophy juga dari ANU.

Gelar doktor diraihnya setelah merampungkan disertasi di School of History, Philosophu, Religion and Classic, di The University of Queensland.
Selain moncer di bidang akademik, Prof Akh Muzakki juga lama berkhidmat di Nahdlatul Ulama (NU). Sebelum menjadi Guru Besar pada tahun 2015, beliau aktif di PWNU Jawa Timur sebagai Sekretaris menemani KH Hasan Mutawakkil yang saat itu menjadi Ketua Umum PWNU Jatim.

Sejak 23 Desember 2020, dalam Musda MUI Jatim, beliau kembali menemani KH Hasan Mutawakkil Alallah yang kali ini terpilih sebagai Ketua Umum MUI Jatim. Seperti pada kepengurusan PWNU Jatim ketika menemani Kiai Hasan, di MUI Jatim kali ini, beliau juga menjabat sebagai sekretaris umum.

Di bawah kepemimpinan Kiai Hasan dan Prof Muzakki, MUI Jawa Timur kini semakin menunjukkan taji sebagai MUI Provinsi paling aktif. Banyak webinar dengan tema-tema menarik yang mampu dihadirkan MUI Jawa Timur. Sosial media MUI Jawa Timur juga termasuk yang paling aktif dan responsif.

Selain itu, duet KH Hasan Mutawakkil dan Prof Muzakki, membuat MUI Jatim mampu memiliki gedung baru yang lokasinya berdekatan dengan Masjid Al Akbar, Surabaya. Gedung tersebut ditargetkan rampung pada 2023.

Selain Sekretaris Umum MUI Jatim, Prof Akh Muzakki juga pernah menjadi Ketua Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif NU Jatim dan Wakil Sekretaris Jenderal PBNU. Dia juga pernah menjadi Ketua Dewan Pendidikan Jatim.

Latar belakang keilmuan dan pengabdian yang seimbang dan matang ini membuat beliau terpilih sebagai Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya.

Terpilihnya Prof Akh Muzakki sebagai rektor ini menambah daftar panjang pimpinan MUI yang menjadi pimpinan Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN).

Sebelumnya, Ketua MUI Bidang Perempuan, Remaja, dan Keluarga, Prof Amany Lubis, terpilih sebagai Rekor Perempuan Pertama UIN Jakarta yang menjabat 2019-2023.
Selain itu, Rektor UIN Raden Intan Lampung saat ini, Prof Moh Mukri, juga baru saja terpilih menjadi Ketua Umum MUI Provinsi Lampung. (Azhar)



Pondok Pesantren Tempat Mencetak Generasi Berkualitas

JAKARTA — Tradisi keilmuan di Pondok Pesantren merupakan tempat mencetak generasi bangsa yang berkualitas, dikarenakan adanya penggabungan antara kurikulum pengetahuan umum dan agama.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah, Kiai Cholil Nafis dalam program MUI Menyapa Umat di di Pondok Pesantren Al Jauhari, Garut, Jawa Barat, Ahad (5/6/2022).

“Tidak semua kita diberi kesadaran untuk memondokkan anak-anaknya. Di pesantren ilmu itu syarat akan sanad. Jadi jelas kita belajar dengan siapa, lalu guru kita belajar kepada siapa. Tidak sembarangan dan asal-asalan tradisi keilmuannya,” ungkap Kiai Cholil.

Kiai Cholil menegaskan bahwa sanad memiliki kedudukan sangat penting selama proses belajar, khususnya ilmu agama. Hal ini dikarenakan apa yang telah kita perbuat termasuk belajar, semuanya akan dimintai dipertanggugjawaban di hadapan Allah.

Menurut Kiai Cholil, pilihan orang tua untuk mendidik anaknya pondok pesantren bukan atas dasar dengki, namun bentuk kasih sayang kepada anak masa depan dirinya, bangsa, hingga dunia.

“Sekarang kita bisa lihat, banyak orang yang tidak jelas gurunya siapa, akhirnya banyak yang merujuk dan bertanya kepada Google. Ujung-ujungnya pemahaman mereka salah dan memicu lahirnya aliran sesat, karena belajar agama tidak memiliki guru,” jelas Kiai Cholil.

Di samping itu, Kiai Cholil menyampaikan bahwa bukan sesuatu yang mustahil apabila Nabi Muhammad menerima langsung wahyu Alquran dari Allah. Akan tetapi justru yang terjadi adalah Nabi menerima wahyu melalui perantara Malaikat Jibril.

Di sinilah isyarat yang Allah ajarkan bahwa adanya sanad dan sambungan ilmu dalam agama bukan sembarangan dan akal-akalan belaka. Bahkan dengan tegas Kiai Cholil mengingatkan jika seseorang belajar ilmu agama secara otodidak maka gurunya adalah setan.

“Jangan takut jadi santri atau hanya karena belajar di pesantren. Sudah banyak teladan bahwa santri bisa jadi pemimpin bangsa. Mulai dari jadi presiden contohnya Gus Dur, wakil presiden KH. Ma’ruf Amin, bahkan yang jadi menteri tidak terhitung jumlahnya, apalagi yang menjabat sebagai anggota dewan,” pungkasnya.

(Isyatami Aulia/Fakhruddin)



Idul Adha 1443 H Berpotensi Berbeda, MUI Mengimbau Masyarakat Menunggu Hasil Sidang Isbat

JAKARTA — Majelis Ulama Indonesia (MUI) menanggapi potensi perbedaan perayaan Hari Raya Idul Adha 1443 H. MUI menghimbau kepada umat Islam untuk menunggu hasil sidang isbat oleh Kementrian Agama yang akan melibatkan seluruh Ormas-ormas Islam dan MUI.

Ketua MUI Bidang Pendidikan dan Kaderisasi, KH Abdullah Jaidi mengatakan, bahwa potensi terjadinya perbedaan perayaan Hari Raya Idul Adha 1443 H disebabkan oleh penentuan 1 Dzulhijjah yang bisa saja terjadi pada tanggal 30 Juni atau 1 Juli 2022.

Hal tersebut, menurut Kiai Jaidi, juga akan mempengaruhi 10 Dzulhijjah untuk merayakan Idul Adha 1443 H antara tanggal 9 Juli atau 10 Juli 2022. Kiai Jaidi menjelaskan, proses penentuan hilal menganut wujudul hilal dan atau rukhiyatul hilal.

‘’Ketinggian derajat hilal sepakat ahli hisab kurang lebih dua derajat. Menurut perhitungan MABIMS itu masih di bawah 3 derajat kemungkinannya bisa dilihat, tapi walaupun demikian, keharusan untuk melihat rukhiyatul hilal,’’ kata kiai Abdullah Jaidi saat dihubungi MUIDigital, Senin (6/6/2022).

Kiai Jaidi menambahkan, penentuan yang dilakukan pada 29 Juni tersebut akan menentukan apakah besoknya sudah 1 Dzulhijjah atau belum. Kiai Jaidi mengatakan, penghitungannya sama, hanya saja ada dua paham yaitu Wujudul Hilal dan Rukhyah.

Kiai Jaidi menjelaskan, Wujudul Hilal biasanya digunakan oleh Muhammadiyah. Apabila sudah melihat 0 plus itu sudah wujud. Artinya, esok hari sudah awal bulan. Sedangkan Rukhyah, kata kiai Jaidi, masih 0 sekian atau 1 derajat sekian itu hilal sangat tipis dan tidak mungkin bisa dilihat sehingga dikenakan istibal 30 hari.

‘’Sehingga tanggal 1 Dzulhijjah itu jatuh pada tanggal 1 Juli 2022. Nah dalam hal ini bagaimanapun juga harus dilihat rukhyatul hilal, sukur-sukur pada malam 30 Dzulqoidah bisa terlihat hilal ketinggian 2 derajat sekian, kalau ternyata ada yang melihat hilal maka esok harinya tanggal 30 Juni itu sudah menjadi 1 Dzulhijjah,’’ tambahnya.

Kiai Jaidi menambahkan, apabila sudah ada yang melihat hilal dan 1 Dzulhijjah jatuh pada tanggal 30 Juni 2022, maka dipastikan perayaan Idul Adha 1443 H akan dilaksakan secara bersama.

‘’Tetapi ternyata tidak keliatan rukhiyatul hilal, maka dikenakan Dzulkijjah 30 hari. Sehingga, pengumuman pemerintah akan mengatakan bahwa Idul Adha akan jatuh pada tanggal 10 Juli sesuai dengan kalender,’’ ungkapnya.

Semangat Persatuan Harus DIjaga

Meski ada potensi perbedaan, Kiai Jaidi menghimbau untuk tetap menjaga semangat persatuan dan kebersamaan. Kiai Jaidi menuturkan, Hari Raya Idul Adha merupakan Hari Raya Quban yang waktunya sampai ahya muntasrik.

‘’Jadinya masih ada waktu yang luang beberapa hari untuk melaksanakan Idul Adha bersama-sama,’’ tegasnya.

Selain itu, kiai Jaidi juga menghimbau untuk menghormati umat Islam yang sudah mendahului untuk merayakan Idul Adha. Juga sebaliknya, umat Islam yang sudah merayakan hendaknya untuk menghormati mereka yang sedang berpuasa Arafah karena masih menganggap tanggal 9 Dzulhijjah.

‘’Jadi artinya 9 Dzulhijjah itu hari Arafah (atau) hari tasuha di tanggal 9 Dzulhijjah. Bagi kita yang di luar menunaikan ibadah haji di sunnah kan untuk berpuasa 9 Dzulhijjah walaupun saudara kita sudah berlebaran haji,’’ kata dia.

Pada saat tersebut, kiai Jaidi sangat menekankan untuk saling menghormati, juga semangat untuk berqurban, semangat setia kawan, semangat untuk saling menyantuni fakir miskin dan anak-anak yatim.

Menurutnya, hal ini menjadi point yang paling penting dalam perayaan Idul Adha. Terlebih, persatuan dan kesatuan umat sangat dibutuhkan untuk menghadapi situasi akhir-akhir ini dalam situasi politik yang beraneka ragam, situasi hoax atau mendeskriditkan umat Islam.

‘’Jadi harus menyatukan barisan kita, menyatukan semangat untuk kepentingan agama dan negara. Itu semangatnya yang tidak boleh kendor,’’ pungkasnya. (Saddam Al Ghifari/Fakhruddin)



Idul Adha 1443 H Berpotensi Berbeda, MUI Mengimbau Masyarakat Menunggu Hasil Sidang Isbat

JAKARTA — Majelis Ulama Indonesia (MUI) menanggapi potensi perbedaan perayaan Hari Raya Idul Adha 1443 H. MUI menghimbau kepada umat Islam untuk menunggu hasil sidang isbat oleh Kementrian Agama yang akan melibatkan seluruh Ormas-ormas Islam dan MUI.

Ketua MUI Bidang Pendidikan dan Kaderisasi, KH Abdullah Jaidi mengatakan, bahwa potensi terjadinya perbedaan perayaan Hari Raya Idul Adha 1443 H disebabkan oleh penentuan 1 Dzulhijjah yang bisa saja terjadi pada tanggal 30 Juni atau 1 Juli 2022.

Hal tersebut, menurut Kiai Jaidi, juga akan mempengaruhi 10 Dzulhijjah untuk merayakan Idul Adha 1443 H antara tanggal 9 Juli atau 10 Juli 2022. Kiai Jaidi menjelaskan, proses penentuan hilal menganut wujudul hilal dan atau rukhiyatul hilal.

‘’Ketinggian derajat hilal sepakat ahli hisab kurang lebih dua derajat. Menurut perhitungan MABIMS itu masih di bawah 3 derajat kemungkinannya bisa dilihat, tapi walaupun demikian, keharusan untuk melihat rukhiyatul hilal,’’ kata kiai Abdullah Jaidi saat dihubungi MUIDigital, Senin (6/6/2022).

Kiai Jaidi menambahkan, penentuan yang dilakukan pada 29 Juni tersebut akan menentukan apakah besoknya sudah 1 Dzulhijjah atau belum. Kiai Jaidi mengatakan, penghitungannya sama, hanya saja ada dua paham yaitu Wujudul Hilal dan Rukhyah.

Kiai Jaidi menjelaskan, Wujudul Hilal biasanya digunakan oleh Muhammadiyah. Apabila sudah melihat 0 plus itu sudah wujud. Artinya, esok hari sudah awal bulan. Sedangkan Rukhyah, kata kiai Jaidi, masih 0 sekian atau 1 derajat sekian itu hilal sangat tipis dan tidak mungkin bisa dilihat sehingga dikenakan istibal 30 hari.

‘’Sehingga tanggal 1 Dzulhijjah itu jatuh pada tanggal 1 Juli 2022. Nah dalam hal ini bagaimanapun juga harus dilihat rukhyatul hilal, sukur-sukur pada malam 30 Dzulqoidah bisa terlihat hilal ketinggian 2 derajat sekian, kalau ternyata ada yang melihat hilal maka esok harinya tanggal 30 Juni itu sudah menjadi 1 Dzulhijjah,’’ tambahnya.

Kiai Jaidi menambahkan, apabila sudah ada yang melihat hilal dan 1 Dzulhijjah jatuh pada tanggal 30 Juni 2022, maka dipastikan perayaan Idul Adha 1443 H akan dilaksakan secara bersama.

‘’Tetapi ternyata tidak keliatan rukhiyatul hilal, maka dikenakan Dzulkijjah 30 hari. Sehingga, pengumuman pemerintah akan mengatakan bahwa Idul Adha akan jatuh pada tanggal 10 Juli sesuai dengan kalender,’’ ungkapnya.

Semangat Persatuan Harus DIjaga

Meski ada potensi perbedaan, Kiai Jaidi menghimbau untuk tetap menjaga semangat persatuan dan kebersamaan. Kiai Jaidi menuturkan, Hari Raya Idul Adha merupakan Hari Raya Quban yang waktunya sampai ahya muntasrik.

‘’Jadinya masih ada waktu yang luang beberapa hari untuk melaksanakan Idul Adha bersama-sama,’’ tegasnya.

Selain itu, kiai Jaidi juga menghimbau untuk menghormati umat Islam yang sudah mendahului untuk merayakan Idul Adha. Juga sebaliknya, umat Islam yang sudah merayakan hendaknya untuk menghormati mereka yang sedang berpuasa Arafah karena masih menganggap tanggal 9 Dzulhijjah.

‘’Jadi artinya 9 Dzulhijjah itu hari Arafah (atau) hari tasuha di tanggal 9 Dzulhijjah. Bagi kita yang di luar menunaikan ibadah haji di sunnah kan untuk berpuasa 9 Dzulhijjah walaupun saudara kita sudah berlebaran haji,’’ kata dia.

Pada saat tersebut, kiai Jaidi sangat menekankan untuk saling menghormati, juga semangat untuk berqurban, semangat setia kawan, semangat untuk saling menyantuni fakir miskin dan anak-anak yatim.

Menurutnya, hal ini menjadi point yang paling penting dalam perayaan Idul Adha. Terlebih, persatuan dan kesatuan umat sangat dibutuhkan untuk menghadapi situasi akhir-akhir ini dalam situasi politik yang beraneka ragam, situasi hoax atau mendeskriditkan umat Islam.

‘’Jadi harus menyatukan barisan kita, menyatukan semangat untuk kepentingan agama dan negara. Itu semangatnya yang tidak boleh kendor,’’ pungkasnya. (Saddam Al Ghifari/Fakhruddin)



Idul Adha 1443 H Berpotensi Berbeda, MUI Mengimbau Masyarakat Menunggu Hasil Sidang Isbat

JAKARTA — Majelis Ulama Indonesia (MUI) menanggapi potensi perbedaan perayaan Hari Raya Idul Adha 1443 H. MUI menghimbau kepada umat Islam untuk menunggu hasil sidang isbat oleh Kementrian Agama yang akan melibatkan seluruh Ormas-ormas Islam dan MUI.

Ketua MUI Bidang Pendidikan dan Kaderisasi, KH Abdullah Jaidi mengatakan, bahwa potensi terjadinya perbedaan perayaan Hari Raya Idul Adha 1443 H disebabkan oleh penentuan 1 Dzulhijjah yang bisa saja terjadi pada tanggal 30 Juni atau 1 Juli 2022.

Hal tersebut, menurut Kiai Jaidi, juga akan mempengaruhi 10 Dzulhijjah untuk merayakan Idul Adha 1443 H antara tanggal 9 Juli atau 10 Juli 2022. Kiai Jaidi menjelaskan, proses penentuan hilal menganut wujudul hilal dan atau rukhiyatul hilal.

‘’Ketinggian derajat hilal sepakat ahli hisab kurang lebih dua derajat. Menurut perhitungan MABIMS itu masih di bawah 3 derajat kemungkinannya bisa dilihat, tapi walaupun demikian, keharusan untuk melihat rukhiyatul hilal,’’ kata kiai Abdullah Jaidi saat dihubungi MUIDigital, Senin (6/6/2022).

Kiai Jaidi menambahkan, penentuan yang dilakukan pada 29 Juni tersebut akan menentukan apakah besoknya sudah 1 Dzulhijjah atau belum. Kiai Jaidi mengatakan, penghitungannya sama, hanya saja ada dua paham yaitu Wujudul Hilal dan Rukhyah.

Kiai Jaidi menjelaskan, Wujudul Hilal biasanya digunakan oleh Muhammadiyah. Apabila sudah melihat 0 plus itu sudah wujud. Artinya, esok hari sudah awal bulan. Sedangkan Rukhyah, kata kiai Jaidi, masih 0 sekian atau 1 derajat sekian itu hilal sangat tipis dan tidak mungkin bisa dilihat sehingga dikenakan istibal 30 hari.

‘’Sehingga tanggal 1 Dzulhijjah itu jatuh pada tanggal 1 Juli 2022. Nah dalam hal ini bagaimanapun juga harus dilihat rukhyatul hilal, sukur-sukur pada malam 30 Dzulqoidah bisa terlihat hilal ketinggian 2 derajat sekian, kalau ternyata ada yang melihat hilal maka esok harinya tanggal 30 Juni itu sudah menjadi 1 Dzulhijjah,’’ tambahnya.

Kiai Jaidi menambahkan, apabila sudah ada yang melihat hilal dan 1 Dzulhijjah jatuh pada tanggal 30 Juni 2022, maka dipastikan perayaan Idul Adha 1443 H akan dilaksakan secara bersama.

‘’Tetapi ternyata tidak keliatan rukhiyatul hilal, maka dikenakan Dzulkijjah 30 hari. Sehingga, pengumuman pemerintah akan mengatakan bahwa Idul Adha akan jatuh pada tanggal 10 Juli sesuai dengan kalender,’’ ungkapnya.

Semangat Persatuan Harus DIjaga

Meski ada potensi perbedaan, Kiai Jaidi menghimbau untuk tetap menjaga semangat persatuan dan kebersamaan. Kiai Jaidi menuturkan, Hari Raya Idul Adha merupakan Hari Raya Quban yang waktunya sampai ahya muntasrik.

‘’Jadinya masih ada waktu yang luang beberapa hari untuk melaksanakan Idul Adha bersama-sama,’’ tegasnya.

Selain itu, kiai Jaidi juga menghimbau untuk menghormati umat Islam yang sudah mendahului untuk merayakan Idul Adha. Juga sebaliknya, umat Islam yang sudah merayakan hendaknya untuk menghormati mereka yang sedang berpuasa Arafah karena masih menganggap tanggal 9 Dzulhijjah.

‘’Jadi artinya 9 Dzulhijjah itu hari Arafah (atau) hari tasuha di tanggal 9 Dzulhijjah. Bagi kita yang di luar menunaikan ibadah haji di sunnah kan untuk berpuasa 9 Dzulhijjah walaupun saudara kita sudah berlebaran haji,’’ kata dia.

Pada saat tersebut, kiai Jaidi sangat menekankan untuk saling menghormati, juga semangat untuk berqurban, semangat setia kawan, semangat untuk saling menyantuni fakir miskin dan anak-anak yatim.

Menurutnya, hal ini menjadi point yang paling penting dalam perayaan Idul Adha. Terlebih, persatuan dan kesatuan umat sangat dibutuhkan untuk menghadapi situasi akhir-akhir ini dalam situasi politik yang beraneka ragam, situasi hoax atau mendeskriditkan umat Islam.

‘’Jadi harus menyatukan barisan kita, menyatukan semangat untuk kepentingan agama dan negara. Itu semangatnya yang tidak boleh kendor,’’ pungkasnya. (Saddam Al Ghifari/Fakhruddin)



Workshop Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik, Gubernur Arinal Minta Pelayanan yang Lebih baik, Cepat, Murah dan Sederhana

workshop-peningkatan-kualitas-pelayanan-publik,-gubernur-arinal-minta-pelayanan-yang-lebih-baik,-cepat,-murah-dan-sederhana

Bandar Lampung: Gubernur Lampung Arinal Djunaidi minta para penyelenggara pelayanan memberikan pelayanan yang lebih baik, lebih cepat, lebih baru, lebih murah dan lebih sederhana.

Hal tersebut disampaikan Assisten Adminitrasi Umum Pemerintah Provinsi Lampung Minhairin saat mewakili Gubernur dalam acara Workshop Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik pada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung Tahun 2022 di Ballroom Hotel Emersia, Senin (6/6/2022).

Menurutnya, semakin tebuka luasnya akses informasi dan semakin baiknya tingkat pendidikan, masyarakat saat ini semakin cerdas dan semakin sadar akan hak dan kewajibannya.

“Masyarakat tidak hanya mengharapkan kepuasan atas pelayanan yang diberikan namun mampu memperoleh kebahagiaan atas layanan yang didapatkan,” ujarnya.

Minhairin juga mengatakan Gubernur Arinal berpesan kunci sukses penyelenggaraan pemerintahan yang baik terletak pada bagaimana para birokrat mengelola penyelenggaraan pemerintahan pada praktek menajemen yang dilaksanakan oleh para penyelenggara pemerintahan.

Ia juga menambahkan hal tersebut dapat tercapai dengan menerepkan dan mengutamakan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat.

“Peningkatan pelayanan publik merupakan outcome pelaksanaan reformasi birokrasi dengan standar pelayanan yang baik diharapkan dapat mendorong percepatan terwujudnya good governance untuk mengingkatkan kualitas dan pemerataan pelayanan publik,” lanjutnya.

Seperti yang diketahui, pada akhir tahun 2021 yang lalu Presiden telah mengeluarkan Perpres Nomor 89 tahun 2021 tentang penyelenggaraan Mall Pelayanan Publik.

Tujuan dari penyelenggaraan Mall Pelayanan Publik adalah untuk mengingtegrasikan pelayanan guna meningkatkan kecepatan, kemudahan, keterjangkauan, kenyamanan, keamanan pelayanan dan untuk meningkatkan daya saing dan memberikan kemudahan berusaha.

Minhairin mengatakan Gubernur Arinal berharap perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung dengan adanya evaluasi ini akan meningkatkan kualitas kinerja penyelenggara pelayanan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dam memberi dampak bagi kesejahteraan masyarakat.(Rita Zaharah



IPIM Sulsel Bakal Pengaderan Imam, Target Perbaikan 3 Kompetensi

ipim-sulsel-bakal-pengaderan-imam,-target-perbaikan-3-kompetensi

Makassar, muisulsel.com – Pengurus Ittihad Persaudaraan Imam Masjid (IPIM) Sulsel bakal pengaderan imam dengan menekankan tiga kompetensi: bacaan, hafalan, dan ilmu tentang hukum Islam atau Fikih.

“Itu kita tekankan dalam pengaderan imam,” kata Ketua Umum IPIM Sulsel Drs KH Masykur Yusuf MAg dalam rapat kerja IPIM Sulsel, di Warkop Arnum, Jl Tupai Makassar, Ahad (5/6/2022).

Sejumlah pengurus IPIM hadir rapat, di antaranya, Pembina IPIM Dr KH Muammar Bakry Lc MA yang juga sekretaris umum MUI Sulsel dan Wakil Ketua IPIM H Suherman SE MM.

Rapat kerja IPIM Sulsel, di Warkop Arnum, Jl Tupai Makassar, Ahad (5/6/2022).

Masykur Yusuf, ketua Komite Dakwah Khusus (KDK) MUI Sulsel, berharap pengaderan bermanfaat terutama perbaikan kualitas imam dan imam nantinya dapat meningkatkan ketakwaan umat.

Selain wawasan keagamaan, lanjut Masykur, imam masjid sendiri juga harus menjaga tingkah lakunya di tengah masyarakat.

BACA:

MUI Sulsel Buka Program Pengaderan Ulama, Ayo Daftar!

Dibahas pula masalah kesejahteraan imam dalam rapat tersebut. Menurut data IPIM, kesejahteraan imam masih minim.

“Para Imam telah melakukan pengabdian dan tanggung jawabnya yang begitu terhadap umat untuk itu masyarakat perlu memikirkan kesejahteraannya,” kata KH Masykur. (Irfan)

 

The post IPIM Sulsel Bakal Pengaderan Imam, Target Perbaikan 3 Kompetensi appeared first on MUI SULSEL.



Wagub Chusnunia Buka FGD MKKS dan MKKM 2022 se-Provinsi Lampung di Kota Metro

wagub-chusnunia-buka-fgd-mkks-dan-mkkm-2022-se-provinsi-lampung-di-kota-metro

Metro: Wakil Gubernur Lampung Chusnunia Chalim membuka Focus Group Discussion (FGD) Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) dan Musyawarah Kerja Kepala Madrasah (MKKM) se-Provinsi Lampung, di Aula Gedung Serbaguna IAIN Kota Metro, Senin (06/06/2022).

FGD dihadiri Walikota Metro dr. Hi. Wahdi, Sp.OG, Wakil Bupati Lampung Tengah dr. H. Ardito Wijaya, serta Kepala Kantor Kemenag Provinsi Lampung, Puji Raharjo, S.Ag, S.S, M.Hum.

Dalam sambutannya, Wagub Chusnunia mengucapkan terimakasih kepada IAIN Kota Metro atas undangan yang diberikan pada kegiatan FGD MKKS-MKKM Se-Provinsi Lampung dengan Tema Peneguhan Moderasi Beragama Dalam Sinergi Melawan Radikalisme & Terorisme untuk Menjaga NKRI.

“Kita patut mendukung agenda yang memiliki niat luhur ini, sebagaimana amanat negara bahwa moderasi beragama merupakan langkah strategis dalam menanggulangi terorisme dan radikalisme,” ujar Chusnunia.

Berbicara soal radikalisme dan terorisme, lanjut Chusnunia, merupakan hal yang sangat penting. Asal muasal ekstrimisme adalah pemahaman yang kurang lengkap dalam pengetahuan beragama hingga dapat menimbulkan benih-benih radikalisme dan terorisme.

Oleh karena itu, berwawasan luas merupakan dasar yang penting dalam konteks beragama hingga dapat mencegah pemahaman-pemahaman yang keliru tentang kehidupan beragama.

Chusnunia juga mengatakan bahwa tenaga pendidik memiliki peran penting menanamkan mindset yang benar kepada generasi muda, dari tingkat yang paling bawah hingga pendidikan perguruan tinggi.

“Kegiatan ini memiliki hal penting untuk menjadi penentu masa depan anak-anak kita. Kepada para mahasiswa, teruslah berjuang beregerak untuk persatuan. Bentengi diri dari hal-hal radikalisme dan ekstrimisme, untuk masa depan yang lebih baik,” ujar Wagub. (Rita Zaharah)