All posts by Admin

Doa Akhir dan Awal Tahun Hijriyah, Arab, Latin, dan Terjemahnya

JAKARTA— Hari ini, Jumat (29/7/2022) merupakan akhir tahun Hijriyah 1443 dan awal 1444 H. Jika tahun baru Masehi berakhir pada pukul dua belas malam, tahun baru Hijriyah berakhir pada saat Maghrib dengan berakhirnya bulan Dzulhijjah. Pada Magrib ketika bulan terlihat, maka tahun baru Hijriyah terlaksana dan masuk 1 Muharram.

Beberapa jam sebelum Maghrib, tepatnya ketika sore sampai waktu Ashar habis adalah momentum terbaik untuk muhasabah akhir tahun. Muhasabah menjadi waktu mengingat apa saja cita-cita ruhaniah yang belum tercapai dan apa saja dosa yang masih dilakukan. Muhasabah itu akan semakin bermakna jika disertai dengan doa sebagai wujud permohonan kepada Allah SWT.

Doa yang cukup terkenal di Indonesia sebagai doa akhir tahun adalah doa yang ada dalam Kitab Al Jami’ Al Kabir karya Imam As-Suyuthi. Doa ini kemudian ditambahkan sholawat atas Nabi Muhammad SAW di awat kalimat doa oleh Habib (Sayyid) Utsman bin Yahya. Beliau merupakan Mufti Batavia. Beliau lahir pada 1822 dan wafat pada 1914. Bunyi doa awal tahun Imam Suyuthi adalah sebagai berikut:

اَللّهُمَّ مَا عَمِلْتُ فِيْ هذِهِ السَّنَةِ مِمَّا نَهَيْتَنَيْ عَنْهُ وَ لَمْ تُرُضِهِ وَ نَسِيْتَهُ وَ لَمْ تَنْسَهُ وَ حَلَمْتَ عَلَيَّ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَي عُقُوْبَتِيْ وَ دَعَوْتَنِيْ اِلَي التَّوْبَةِ بَعْدَ جُرْأَتِيْ عَلَى مَعْصِيتَكَ اَللّهُمَّ فَاِنِّيْ اسْتَغْفِرُكَ فَاغْفِرْ لِيْ وَ مَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ تَرْضَاهُ وَوَعَدتْنِي الثَّوَابَ فَاَسْاَلُكَ اللّهُمَّ يَا ذَا الْجُوْدِ وَالْكَرَمِ اَنْ تَقْبَلَهُ مِنِّي وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِيْ مِنْكَ وَصَلَّي اللهُ عَلَي سَيّدِنَا مُحَمّدً وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِه وَسَلَّم

Allahumma maa ‘amiltu fi haadzhis-sanati mimmaa nahaitanii ‘anhu falam atub minhu wa lam tardhahu wa lam tansahu wa halamta ‘alayya ba’da qudratika ‘alaa uquubatii wa da’autanii ilat taubati ba’da jur-atii alaa ma’syiyatika, Allahumma fa inni astagfiruka fagfirlii wa maa ‘amiltu fiihaa mimma tardhaahu wa wa’adtanitsawaaba fas’alukallahumma yaa kariimu yaa dzal judi wal karami an tataqabbalahuu minnii wa laa taqtha’ rajaaii minka yaa kariim. wa shallalahu ‘alaa sayyidinaa Muhammadin wa ‘alaa ‘aalihii wa sahbihii wa sallam.” 

Artinya: “Ya Allah, segala yang telah ku kerjakan selama tahun ini dari apa yang menjadi larangan-mu, sedang kami belum bertaubat, padahal engkau tidak melupakannya dan engkau bersabar, yang sesungguhnya Engkau berkuasa memberikan siksa untuk saya, dan Engkau sudah mengajak saya untuk bertaubat sesudah saya maksiat. Karena itu ya Allah saya mohon ampunan-Mu dan berilah ampunan kepada saya dengan kemurahan-Mu. Segala yang telah saya kerjakan selama tahun ini, berupa amal perbuatan yang Engkau ridhai dan Engkau janjikan akan membalasnya dengan pahala, saya mohon kepada-Mu, wahai Dzat yang maha pemurah. Dan semoga Allah memberikan rahmat dan kesejahteraan atas pendahulu kami Muhammad, Nabi yang Ummi dan ke atas keluarga dan sahabatnya.”

Setelah bermuhasabah mulai Ashar sampai sebelum Magrib, waktu bakda Magrib seyogianya diisi dengan harapan setahun ke depan. Pada tahun baru masehi, kita terbiasa mengisi awal tahun dengan doa dan harapan. Pada tahun baru Hijriyah, kita juga bisa mengisinya dengan hal yang sama. Biasanya, harapan dan cita-cita akan tercatat di awal tahun baru masehi, cita-cita luhur terutama yang ruhaniah sebaiknya juga dicatat di awal tahun baru Hijriyah. Sehingga kita akan menghadapi setahun mendatang dengan penuh semangat memperbaiki diri.

Imam Suyuthi dam kitab yang sama juga mencantumkan doa akhir tahun. Bunyi doa tersebut sebagai berikut.:


اَللّهُمَّ أَنْتَ الْأَبَدِيُّ الْقَدِيْمُ الْأَوَّلُ، وَعَلَى فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ وَكَرِيْمِ جُوْدِكَ الْمُعَوَّلِ. وَهَذَاعَامٌ جَدْيُدٌ قَدْ أَقْبَل. أَسْأَلُكَ الْعِصْمَةَ فِيْهِ مَنَ الشْيْطَانِ وَأَوْلِيَائِهِ، وِالْعَوْنَ عَلَى هَذه النَّفْسِ الأَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ، وَالْاشْتِغَالِ بِمَا يُقَرِّبُنِيْ إِلَيْكَ زُلْفَى، يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ وَصَلَّي اللهُ عَلَي سَيّدِنَا مُحَمّدً وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِه وَسَلَّم

Allahumma antal-abadiyyul-qadiimul-awwal. Wa ‘alaa fadhlikal-‘azhimi wujuudikal-mu’awwal. Wa haadzaa ‘aamun jadiidun qad aqbal. Nas’alukal ‘ishmata fiihi minasy-syaithaani wa auliyaa-ihii wa junuudihii. Wal’auna ‘alaa haadzhihin-nafsil-ammarati bis-suu-i. Wal-isytighaala bimaa yuqarribunii ilaika zulfa. Yaa dzal-jalaali wal-ikraam. Wa sallallaahu ‘alaa sayyidina Muhammadin wa ‘alaa ‘aalihi wa shahbihii wa sallam.”

Artinya: “Ya Allah Engkaulah yang abadi, dahulu, lagi awal. Dan hanya kepada anugerah-Mu yang Agung dan Kedermawanan-Mu perlindungan dalam tahun ini dari godaan setan, kekasih-kekasihnya dan bala tentaranya. dan kami memohon pertolongan untuk mengalahkan hawa nafsu amarah yang mengajak pada kejahatan, agar kami sibuk melakukan amal yang dapat mendekatkan diri kami kepada-Mu wahai Dzat yang memiliki Keagungan dan kemuliaan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, dan ke atas para keluarga dan sahabatnya.” (Azhar/ Nashih)



Tingkatkan Kualitas Muraqabatullah di Akhir Tahun 1443 Hijriah 

tingkatkan-kualitas-muraqabatullah-di-akhir-tahun-1443-hijriah 

Oleh:
Ust Muhammad Asriady SHd MThI,
Komite Dai Khusus (KDK) MUI Sulsel

Makasssr, muisulsel.com – Spirit mengenai kualitas umat Islam bersumber dari Alquran dan hadis Nabi Saw. Bermula dari QS. Al-‘Alaq

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ

Bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan.

Dengan mambaca akan melahirkan umat yang berkualitas dan menggapai kemerdekaan yang hakiki, kemerdekaan dari kebodohan, ketidaktahuan, kemiskinan, keterbelakangan dan kemerdekaan jiwa demi mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan di kehidupan akhirat kelak.

Umat Islam harus bangkit dengan semangat yang telah diajarkan Alquran. Alquran mendorong manusia untuk belajar berbagai ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu umum. Artinya Alquran memunyai perhatian yang sangat besar terhadap pendidikan.

Olehnya itu, umat Islam harus mampu meneransformasikan spirit Alquran sesuai dengan perkembangan zaman.

Waktu terus berlalu, untuk itu pada momentum berkembangnya zaman, umat Islam perlu meningkatkan kualitas Muraqabatullah. Muraqabatullah adalah merasa diawasi atau dipantau oleh Allah.

Sebagaimana firman Allah dalam surah al-Baqarah: 235, yaitu:

وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ مَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ فَاحْذَرُوْهُ ۚوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ حَلِيْمٌ

Terjemahnya: Ketahuilah bahwa Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu, maka takutlah kepada-Nya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun, Maha Penyantun.

Jika umat Islam sudah merasa diawasi oleh Allah maka segala tingkah lakunya akan terkontrol pada jalur-jalur kebaikan, melahirkan kualitas pribadi yang memiliki keimanan yang kuat, pemahaman Islam yang kokoh, dan melahirkan pribadi ihsan yang sejati.

Syekh Ibnu Athaillah al-Sakandari mengingatkan bahwa: “Jika engkau ingin berhasil di akhir, maka kembalikanlah pada Allah di awal”.

Mari upgrade kualitas muraqabatullah di dalam diri Kita untuk menjadi pribadi unggul di tahun 1444 H.

Kali ini tahun baru 1 Muharram 1444 Hijriah jatuh pada 30 Juli 2022.

Semangat sukses berkah.(Irfan)

The post Tingkatkan Kualitas Muraqabatullah di Akhir Tahun 1443 Hijriah  appeared first on MUI SULSEL.



Ketua MUI Sulsel Apresiasi AJC New York Diskusi Lintas Agama di Makassar

ketua-mui-sulsel-apresiasi-ajc-new-york-diskusi-lintas-agama-di-makassar

Makassar, muisulsel.com – Ketua Bidang Hubungan Antarumat Beragama (HUB) MUI Sulsel Dr Ir Hj Andi Majdah M Zain M Si membuka obrolan antargama tentang pemberdayaan potensi umat beragama, di Hotel Claro, Jl AP Pettarani, Makassar, Selasa (26/7/22) sore.

HUB melibatkan peserta dari tokoh lintas agama di Sulsel dan juga peserta jurnalistik binaan Forum Kemanusiaan Lintas Agama (FKLA) Sulsel.

Sejumlah tokoh organisasi nonprofit American Jewish Committee (AJC) New York City hadir sebagai pembicara. Mereka, Matius Ho, Direktur Muslim-Jews Relation AJC Dr Ari Gordon, Direktur Internasional Interreligious Affairs AJC Robbi Dr David Rosen, Direktur Asia Pacific Institute AJC Shira Leowenberg.

Dr Majdah, ketua Bidang Hubungan Antarumat Beragama (HUB) MUI Sulsel, membuka diskusi pemberdayaan hubungan lintas agama, di Hotel Claro, Jl AP Pettarani, Makassar, Selasa (26/7/22) sore.

Hadir juga sejumlah pengurus MUI Sulsel, di antaranya, Sekretaris Umum MUI Sulsel Dr KH Muammar Bakry Lc MA, Wakil Ketua Umum MUI Sulsel Dr KH Mustari Bosrah MA, Ketua Komisi HUB MUI Sulsel Prof Dr H Wahyuddin Naro M Hum, pengurus Komisi HUB Dr Arqam Azikin, Dr KH Hasid Hasan Palogai MA, Ketua Komisi Pendidikan dan Pengaderan MUI Sulsel Dr H Andi Marjuni MPd.

Andi Majdah M Zain, mengatakan, momentum kedatangan tokoh AJC Amerika Serikat dapat meningkatkan hubungan baik antarumat beragama di Indonesia.

“Kami sudah belajar banyak tentang hubungan antar umat beragama di Amerika Serikat. Kami berkunjung ke banyak organisasi agama dan kemasian yang ada di New York Amerika,” Majdah, rektor UIM, saat memberi sambutan.

Bidang Hubungan Antarumat Beragama (HUB) MUI Sulsel diskusi pemberdayaan hubungan lintas agama, di Hotel Claro, Jl AP Pettarani, Makassar, Selasa (26/7/22) sore.

Majdah juga menyampaikan terima kasih kepada tokoh yang hadir dan juga para tamu undangan lainnya.

“Mari kita bersama memelihara bumi bersama yang diciptakan Allah,” katanya.

BACA JUGA:

 Dua Ketua MUI Sulsel ke Forum IVLP Amerika

Diskusi masih berlangsung hingga kabar ini ditulis. (Irfan).

The post Ketua MUI Sulsel Apresiasi AJC New York Diskusi Lintas Agama di Makassar appeared first on MUI SULSEL.



Silaturahim ke MUI, Artis dan Pekerja Seni berharap MUI Jadi Rumah Bersama Seniman Islam

JAKARTA— Sejumlah pekerja seni atau artis bersilaturahim ke kantor MUI membahas perkembangan seni dan budaya Islam di Indonesia terkini. Dua di antaranya yang cukup terkenal adalah novelis Islami Helvy Tiana Rosa, musisi Dwiki Dharmawan, dan artis Arie Untung.

Kedatangan beberapa artis tersebut bertujuan mendukung persiapan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) dan Multaqot Lembaga Seni, Budaya, dan Peradaban Islam (LSBPI) MUI.

Dalam kesempatan itu, Helvy menyampaikan bahwa artis perlu saling mendukung satu sama lain dan memanfaatkan Lembaga Seni dan Budaya Islam untuk bersinergi dengan berbagai pihak. Menurutnya, MUI adalah rumah bersama untuk menjembatani semua itu.

“Ini rumah umat Islam dan tidak perlu ada yang takut. Ulama kita di sini ramah-ramah, ” ungkapnya di Aula Buya Hamka Gedung MUI Pusat, Jakarta, Rabu (27/07).

Elvi mencontohkan, setiap karya film Islam harus mendapatkan dukungan termasuk karya garapan dari artis dan LSBPI perlu mendapatkan perhatian umat.

“Kita perlu menumbuhkan lagi kesenian Islam di daerah masing-masing dan LSBPI harus mendorongnya, ” ungkapnya.

Dwiki Dharmawan mengatakan, seni merupakan bahasa universal sehingga cakupannya sangat luas. Maka perlu ada upaya menyatukan berbagai potensi yang ada. Dia menyatakan siap untuk mengkoordinasi kolaborasi berbagai seniman Islam.

“Saya merasa sangat bersemangat, potensi yang ada betul-betul sesuatu yang besar dari segi sastra, kaligrafi, film, musik, dan lain sebagainya, ” ujar musisi pendiri grup jazz legendaris Krakatau itu.

Sementara itu, artis Arie Untung, menyampaikan bersyukur bisa bersilaturahim dengan pimpinan MUI. Dia memiliki kelompok artis yang tergabung dalam kajian Muda, Sakinah, dan Wa Rahmah (Musyawarah).

Dia mengamini apa yang disampaikan Dwiki Darmawan. Menurutnya, umat Islam memiliki kekuatan namun belum terkoordinasi dengan baik. Dia melihat bahasa dunia seni Islam perlu semakin berani menunjukkan jati dirinya.

Dia mencontohkan, saat menyelenggarakan Hijrah Fest pada 2018 ada 30.000 jamaah yang hadir dan ekonomi yang dihasilkan pada acara tersebut mencapai 28 milyar rupiah. Dari kegiatan tersebut, dia juga berhasil mengumpulkan sebesar 1,8 milyar untuk korban gempa di Palu.

“Saya menyaksikan bahwa potensi umat ini ada dan besar sekali. Tinggal bagaimana kita saling bergandengan tangan. Saat ini waktunya bersanding bukan bersaing, ” ungkap dia.

Ari memperkirakan, dengan bahasa seni, apa yang nanti dicapai oleh LSBPI MUI akan semakin maksimal. Dibandingkan menggunakan diksi “kajian”, maka akan lebih besar lagi gaungnya jika menggunakan diksi “seni”.

Para artis dan seniman tersebut bersilaturahim ke MUI bertemu dengan Wakil Ketua Umum MUI Buya Anwar Abbas, Ketua MUI Bidang LSBPI Ajengan Jeje Zaenuddin. Mereka juga bertemu beberapa pengurus LSBPI MUI seperti Erick Yusuf, Dedi Komang, Ade Jigo, serta Nur Khamim. (Sadam Al-Ghifari/Azhar)



Dibanding Tahun Lalu, Peserta dan Makalah ACFS MUI Keenam Meningkat Tajam

JAKARTA–Peserta dan makalah Annual Confrence on Fatwa Studies (ACFS) Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) keenam meningkat tajam.

Kegiatan ACFS yang menjadi rangkaian dari Milad ke-47 MUI ini digelar sejak 26-28 Juli 2022.

“Sudah berjalan dengan sukses dan kita gembira bahwa peserta yang hadir meningkat baik dari sehi pengiriman makalah maupun hasil dari seleksi yang dilaksanakan,” kata Ketua Pelaksana ACFS keenam, Adnan Harahap, Kamis (28/7).

Dikatakan Adnan, dibandingkan dari ACFS kelima pada 2021 lalu, yang hanya ada 70 makalah. ACFS keenam meningkat secara tajam mencapai 113 makalah dari 143 peneliti.

Adnan mengungkapkan, peserta ACFS keenam ini tidak hanya berasal dari dalam negeri, melainkan ada yang berasal dari luar negeri.

Selain itu, Adnan menilai salah satu yang membuat ACFS keenam ini lebih baik, karena pada saat sidang pleno menampilkan para pakar. Yakni: Prof Jimly Asshiddiqie dan Dr. Wahiduddin Adams.

“(Mereka) memberikan pokok-pokok pikiran yang sangat bermanfaat untuk perkembangan, baik secara khusus komisi fatwa dan DSN MUI,”ungkapnya.

Adnan menambahkan, pihaknya akan mencoba terobosan baru dalam rangka reformulasi keberadaan dan kedudukan MUI di masa yang akan datang.

Lebih lanjut, Adnan mengungkapkan bahwa pihaknya akan merancang kegiatan ACFS kedepan untuk lebih baik lagi dengan melibatkan lebih banyak dan lebih luas para peneliti di bidang fatwa.

“Sehingga, kita harapkan pelaksanaanya akan meningkat dari tingkat nasional, kemungkinan menjadi regional maupun internasional,”tuturnya.

Sementara itu, Sekretaris Komisi Fatwa MUI, KH Mifathul Huda mengatakan, ACFS keenam ini memiliki 4 sub tema makalah.

Keempat 4 sub tema tersebut yaitu tentang metodologi dan kelembagaan fatwa, fatwa tentang akidah dan ibadah, fatwa tentang sosial kemasyarakatan dan produk halal, dan fatwa-fatwa MUI tentang ekonomi syariah.

Kiai Miftah menjelaskan, dari 113 makalah yang dikirimkan oleh para peneliti. Terdapat 50 makalah yang terpilih dan diundang untuk dipresentasikan.

“Makalah yang dipresentasikan ditanggapi oleh pengutus MUI. Tanggapan tersebut menjadi masukan untuk perbaikan makalah. Makalah-makalah tersebut nanti diterbitkan,”ujarnya.

ACFS keenam ini digelar dengan mengusung tema “Peran Fatwa MUI dalam Perubahan Sosial” ini digelar di Hotel Sultan, Jakarta Pusat.

“Kritik dan masukan dari peneliti menjadi evaluasi perbaikan komisi fatwa. Baik secara kelembagaan dan metodologi, serta sosialisasi fatwa,”pungkasnya.

(Sadam Al-Ghifari/Angga)



MUI Bertugas Menjaga Umat Agar Seni Tidak Menyimpang dari Syara’

JAKARTA–Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam (LSBPI) MUI menggelar silaturahim dengan sejumlah artis untuk membahas pengembangan seni budaya Islam di Indonesia. Pada kesempatan itu, Waketum MUI, Buya Anwar Abbas mengatakan bahwa MUI bertugas menjaga umat agar seni tidak menyimpang dari syara.

“Dalam kesimpulan saya, tidak ada aspek kehidupan kita yang tidak ada tuntunannya, kalau dalam Islam ada tuntunannya,” paparnya di Aula Buya Hamka Gedung MUI, Jakarta Pusat, Rabu (27/7).

Namun, Buya Anwar menyayangkan pada akhir-akhir ini hanya aspek politik yang menonjol, sementara aspek ekonomi Islam lemah.

Padahal, kata dia, ekonomi dan seni merupakan sebuah industri yang tidak bisa dipisahkan, karena menurutnya semua orang menyukai seni.

Dengan demikian, ujar Buya, tidak pas jika keindahan seni budaya hari ini terusik hal-hal secara syar’i. Inilah tugas MUI untuk menjaga umat agar seni tidak menyimpang dari syara.

“Bagaimana caranya supaya umat ini tidak menyimpang, silakan mengembangkan creativity tapi yang dibolehkan syara,”,ujarnya.

Buya Anwar juga mengapresiasi anak-anak Indonesia yang dinilai hebat dalam mengembangkan seni budaya.

“Kenapa anak-anak yang hebat tidak kita bantu fasilitasi untuk bisa tampil?,”tegasnya.

Selain itu, Buya Anwar juga menegaskan jangan sampai ada kegiatan seni yang menyimpang dari agama.

“Soal Citayam Fashion Week, saya tidak bisa menyalahkan, saya menghimbau agar orang tua dan masyarakat bisa mengoreksi diri, supaya ke depan, Citayam Fashion Week religius,”harapnya.

Buya Anwar juga menyesalkan Citayam Fashion Week yang ternyata dimanfaatkan oleh kalangan LGBT.

“LGBT bukan HAM, karena merugikan banyak orang lain, tidak memberikan kemaslahatan. Saya meminta kawan-kawan yang bergerak di seni budaya juga bertanggung jawab untuk generasi di masa depan,”kata dia.

Sementara itu, Ketua MUI Bidang Seni Budaya dan Peradaban Islam, Kiai Jeje Zaenuddin, mengatakan dengan kesempurnaan Islam dalam seluruh aspek kehidupan, seni seharusnya tidak hanya indah namun juga terarah.

Kiai Jeje juga menyampaikan bahwa seni budaya bersifat universal sehingga menjadi pintu masuk seluruh pintu dari sekat-sekat peradaban.

“Kita diingatkan silsilah nenek moyang kita, Adam Hawa, keanekaragaman, dari perbedaan diarahkan menjadi ta’aruf, maka keanekaragaman yang luas, ada pintu perekatnya, salah satunya adalah kesenian,”ujarnya.

Pada tahun 2023, kata Kiai, akan diadakan kongres seni budaya. Maka forum seperti ini dibutuhkan sebagai salah satu bentuk realisasi.

Pada kesempatan yang sama, Kiai Jeje juga menyatakan bahwa dalam lingkup kecil, seperti TV MUI, penampilan seni budaya pun masih kosong, dan kekosongan ini harus diisi.

“Sehingga penonton TV MUI, tidak hanya tentang tausiyah, tetapi juga seni budaya,”paparnya.

Dalam kegiatan silaturahim ini, hadir sejumlah pekerja seni alias artis di antaranya Erick Yusuf, Helvy Tiana Rosa, Dwiki Dawarman, Arie Untung dan lainnya.

(Ilham Fikri/Angga)



MUI Makassar Diskusi Publik dan Syukuran Milad 47 MUI

mui-makassar-diskusi-publik-dan-syukuran-milad-47-mui

Makassar, muisulsel.com – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Makassar mengadakan diskusi publik dirangkaikan syukuran Milad ke-47 MUI, di Hotel Horison Ultima, Jl Jend Sudirman, Makassar, Rabu (27/7/2022).

Topik diskusi Peran Ulama dalam Menjaga Citra Pesantren sebagai Produk Pemimpin Umat.

“Sangat mengapresiasi diskusi publik ini. Saya berharap diskusi ini terus berlanjut,” kata Ketua MUI Makassar Dr KH Baharuddin AS MA saat sambutan.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Makassar mengadakan diskusi publik dirangkaikan syukuran Milad ke-47 MUI, di Hotel Horison Ultima, Jl Jend Sudirman, Makassar, Rabu (27/7/2022).

KH Baharuddin juga menyampaikan pentingnya peran MUI untuk menjaga ketentraman umat di Indonesia.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar H Muhyiddin Mustakim SE MM, dalam sambutannya, menyebut peran pesantren sangat penting dalam membentuk moral siswa.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Makassar mengadakan diskusi publik dirangkaikan syukuran Milad ke-47 MUI, di Hotel Horison Ultima, Jl Jend Sudirman, Makassar, Rabu (27/7/2022).

Baca juga:

Wapres KH Ma’ruf: Hanya Allah yang Bisa Mempersatukan

Nasihat Komisi Dakwah MUI dan Angka Kemiskinan Sulsel

Dinas Pendidikan Makassar, kata Muhyiddin, mendukung pesantren untuk menampung anak-anak yang putus sekolah untuk belajar agama dan ia menjamin akan memberi ruang bagi santri untuk ikut ujian bersamaan.

“Kami telah memfasilitasi beberapa pesantren atau tahfidz di Makassar untuk mengikuti ujian. Hal ini karena beberapa pesantren hanya fokus di penghafalan Quran saja,” kata Muhyiddin.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Makassar mengadakan diskusi publik dirangkaikan syukuran Milad ke-47 MUI, di Hotel Horison Ultima, Jl Jend Sudirman, Makassar, Rabu (27/7/2022).

Ketua Komisi Dakwah dan Pendidikan MUI Makassar, Dr KH Hamzah Harun Al Rasyid Lc MA, dalam pemaparan materinya mengutarakan beberapa prinsip dasar pendidikan santri, di antaranya adanya hubungan akrab antara santri dan kiai.

“Santri hidup mandiri dan sederhana, adanya semangat gotong royong dan santri dilatih hidup disiplin dan terikat. Prinsip inilah yang harus diwarisi oleh seorang santri di manapun ia berada,” kata KH Hamzah Harun.

Drs H Wahyuddin Halim MA PhD dan DR Hj Ulfiani Rahman MSi juga hadir sebagai pemateri.

Hadir pula Sekretaris Umum MUI Makassar Dr KH Masykur Yusuf MA, Bendahara MUI Makassar HM Yunus HJ MSi.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Makassar mengadakan diskusi publik dirangkaikan syukuran Milad ke-47 MUI, di Hotel Horison Ultima, Jl Jend Sudirman, Makassar, Rabu (27/7/2022).

Syukuran perayaan Milad ke-47 MUI ala MUI Makassar ditandai dengan santap nasi kuning bersama di sela acara. (Irfan)

The post MUI Makassar Diskusi Publik dan Syukuran Milad 47 MUI appeared first on MUI SULSEL.



KDK MUI Sulsel Siap Raker Buat Pedoman Organisasi

kdk-mui-sulsel-siap-raker-buat-pedoman-organisasi

Makassar, muisulsel.com – Komite Dakwah Khusus (KDK) MUI Sulsel bakal membuat pedoman atau panduan dalam menjalankan organisasi khusus KDK. Pembuatan pedoman diagendakan dalam rapat kerja akhir Agustus 2022.

Ketua KDK MUI Sulsel Dr KH Masykur Yusuf MA menyampaikan rencana tersebut dalam rapat pengurus KDK, di kantor MUI Sulsel, Jl Masjid Raya, Makassar, Rabu (27/7/2022).

Rapat pengurus KDK di kantor MUI Sulsel, Jl Masjid Raya, Makassar, Rabu (27/7/2022).

Dewan Pembina KDK MUI Sulsel HM Nasir Nawawi juga menyampaikan agar para pengurus KDK menelaah apa yang menjadi tugas pokok komite dakwah.

“KDK memiliki tugas yang penting sehingga jika diibaratkan maka KDK adalah pasukan khusus yang dipilih untuk menyampaikan dakwah,” kata Nasir Nawawi.

Ketua Panitia Drs Mahdin Muhammad MPd MAg, mengatakan, untuk tempat pelaksanaan tinggal menunggu rekomendasi dari Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman.

Rapat pengurus KDK di kantor MUI Sulsel, Jl Masjid Raya, Makassar, Rabu (27/7/2022).

Baca juga:

Di Hadapan MUI, Kadisdik Makassar Akui Layani Penghafal Quran Ikut Ujian

MUI Makassar Diskusi Publik dan Syukuran Milad 47 MUI

Rapat ini juga dihadiri Wakil Ketua KDK Drs Tajuddin Ranreng MPd, Sekretaris Dr Jumadi MPd dan pengurus KDK lainnya. (Irfan)

The post KDK MUI Sulsel Siap Raker Buat Pedoman Organisasi appeared first on MUI SULSEL.



Hakim Konstitusi RI: Fatwa MUI Berpengaruh terhadap Pembaharuan Hukum Nasional

JAKARTA — Hakim Konstitusi Republik Indonesia, Dr. Wahiduddin Adams menyampaikan fatwa yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia berikan pengaruh terhadap pembaharuan hukum Nasional.

Hal ini disampaikannya dalam pleno yang bertajuk “Fatwa MUI, Perubahan Hukum Nasional, dan Dinamika Sosial Kontemporer”. Sesi tersebut merupakan bagian dari rangkaian acara 6th Annual Conference on Fatwa MUI Studies, Rabu (27/07).

“Diperlukan langkah konkret yang lebih luas, guna meningkatkan peran fatwa ulama terkait dengan taqnin dan pembaharuan hukum nasional,” tutur Wadiduddin yang juga merupakan Dewan Penasehat Komisi Hukum dan Perundang-Undangan MUI.

Wahiduddin menjelaskan, fatwa MUI yang telah masuk dalam peraturan perundang-undangan nasional merupakan peraturan yang mengikat masyarakat secara umum. Selain itu, berkonsekuensi sanksi di dalamnya. Hal ini dikarenakan peraturan yang ditulis dan dibuat oleh pejabat yang berwenang.

Lebih lanjut, dia menyebut kan bahwa fatwa MUI yang mempengaruhi peraturan nasional termasuk dalam hierarki nomenklatur peraturan perundang-undangan sebagaimana yang telah dibuat dan disepakati.

“Namun dalam pembentukan peraturan perundang-undangan, diperlukan bahan-bahan hukum yang konvensional, sebagaimana yang telah kita ketahui ada hukum adat, hukum warisan kolonial, hukum barat, hingga hukum Islam,” katanya.

Wahiduddin menilai, MUI sebagai organisasi kemasyarakatan berbadan badan hukum perkumpulan, dapat memberi masukan dalam pembentukan peraturan perundang-undangan melalui fatwa, khususnya untuk peraturan yang substansinya masih berkaitan dengan hukum Islam.

Di samping itu, dia mengingatkan bahwa fatwa MUI mulai masuk dalam arus perundang-undangan nasional yaitu ketika lahirnya undang-undang Perseroan terbatas (PT) di tahun 2007.

Wahiduddin menjelaskan bahwa peraturan perseroan yang dikelola berdasarkan prinsip syariah tersebut sebagai cikal bakal dibentuknya Dewan Syariah berdasarkan rekomendasi dari MUI.

“Banyak fatwa MUI yang telah dituangkan dalam perundang-undangan nasional, ini tetap harus kita kawal hingga fatwa-fatwa yang dikeluarkan mampu memberikan maslahat dalam lingkup nasional secara menyeluruh,” pungkasnya. (Isyatami Aulia/Angga)



Peluncuran Lembaga Wizstren Digelar dalam Rangkaian Acara Milad ke-47 MUI


JAKARTA—Kegiatan launching Lembaga Wakaf, Infak, Zakat, dan Sedekah Pesantren (Wizstren) digelar dalam salah satu rangkaian Milad yang ke-47 MUI.
Peluncuran lembaga amil zakat itu diawali dengan penyerahan SK izin operasional kelembagaan oleh Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas kepada Ketua Wizstren, KH Hasib Wahab Chasbullah.

Menurut Kiai Hasib, lembaga Wizstren lahir di bawah naungan Himpunan Ekonomi Bisnis Pesantren (Hebitren). Tujuannya adalah untuk menghimpun dana sosial dari umat yang kemudian ditransformasikan untuk kebutuhan pesantren.

“Kita buktikan kepada bangsa bahwa pesantren sejak hari ini kita deklarasikan punya lembaga untuk menghimpun dana sosial berakala nasional,” kata Kiai Hasib dalam acara peluncuran Wizstren di Golden Ballroom, Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (27/07/2022).

Dia menyadari, tidak semua pesantren mandiri secara ekonomi dan manajemen bisnis, dari 326 ribu pesantren yang tercatat dan tersebar di seluruh Indonesia, ada beberapa di antaranya membutuhkan bantuan dan dorongan dana pengelolaan.

“Mudah-mudahan dengan ini, kekayaan dari orang-orang yang kita himpun bisa kita transformasikan untuk lembaga pesantren yang jelas kepentingannya untuk umat,” harap dia.

Di samping itu, menurut Menag Yaqut, pengelolaan ekonomi pesantren secara mandiri tidaklah mudah. Banyak disaksikan, kata dia, bagaimana alokasi dana lembaga filantropi dari hasil himpunan dana masyarakat tidak tepat sasaran dan tidak sesuai seperti yang diamanahkan.

Untuk itu, Menag Yaqut berharap Wizstren bisa berkomitmen untuk amanah sebagai lembaga filantropi Islam dalam hal mengelola dana kepesantrenan secara profesional.

“Kami harap Wizstren mampu memberikan solusi jangka panjang untuk dana filantropi Islam yang benar-benar amanah,” harapnya.
( AFahrur Rozi, ed: Nashih)
 



Di Hadapan MUI, Kadisdik Makassar Akui Layani Penghafal Quran Ikut Ujian

di-hadapan-mui,-kadisdik-makassar-akui-layani-penghafal-quran-ikut-ujian

Makassar, muisulsel.com – Dinas Pendidikan Kota Makassar punya perhatian serius terhadap peserta didik penghafal Alquran di Rumah Tahfiz atau pesantren se-Makassar. Apa itu? Fasilitasi ijazah sekolah.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar H Muhyiddin Mustakim SE MM, mengungkapkan upaya Disdik saat tampil sebagai pembicara diskusi publik dirangkaikan syukuran Milad ke-47 MUI, di Hotel Horison Ultima, Jl Jend Sudirman, Makassar, Rabu (27/7/2022). MUI Makassar selaku penyelenggara.

“Kami telah memfasilitasi beberapa pesantren atau tahfidz di Makassar untuk mengikuti ujian. Hal ini karena beberapa pesantren hanya fokus di penghafalan Quran saja,” kata Muhyiddin.

Diskusi publik ini berjudul: Peran Ulama dalam Menjaga Citra Pesantren Sebagai Produk Pemimpin Umat.

Baca juga:

MUI Makassar Diskusi Publik dan Syukuran Milad 47 MUI

Wapres KH Ma’ruf: Hanya Allah yang Bisa Mempersatukan

Muhyiddin menyebut peran pesantren sangat penting dalam membentuk moral siswa.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Makassar mengadakan diskusi publik dirangkaikan syukuran Milad ke-47 MUI, di Hotel Horison Ultima, Jl Jend Sudirman, Makassar, Rabu (27/7/2022).

“Sangat mengapresiasi diskusi publik ini. Saya berharap diskusi ini terus berlanjut,” kata Ketua MUI Makassar Dr KH Baharuddin AS MA saat sambutan.

KH Baharuddin juga menyampaikan pentingnya peran MUI untuk menjaga ketentraman umat di Indonesia.

Ketua Komisi Dakwah dan Pendidikan MUI Makassar, Dr KH Hamzah Harun Al Rasyid Lc MA, dalam pemaparan materinya mengutarakan beberapa prinsip dasar pendidikan santri, di antaranya adanya hubungan akrab antara santri dan kiai.

“Santri hidup mandiri dan sederhana, adanya semangat gotong royong dan santri dilatih hidup disiplin dan terikat. Prinsip inilah yang harus diwarisi oleh seorang santri di manapun ia berada,” kata KH Hamzah Harun.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Makassar mengadakan diskusi publik dirangkaikan syukuran Milad ke-47 MUI, di Hotel Horison Ultima, Jl Jend Sudirman, Makassar, Rabu (27/7/2022).

Drs H Wahyuddin Halim MA PhD dan DR Hj Ulfiani Rahman MSi juga hadir sebagai pemateri.

Hadir pula Sekretaris Umum MUI Makassar Dr KH Masykur Yusuf MA, Bendahara MUI Makassar HM Yunus HJ MSi.

Perayaan Milad ke-47 MUI ala MUI Makassar ditandai dengan santap nasi kuning bersama di sela acara. (Irfan)

The post Di Hadapan MUI, Kadisdik Makassar Akui Layani Penghafal Quran Ikut Ujian appeared first on MUI SULSEL.



Wapres RI: MUI Harus Meningkatkan Peran Sebagai Pelayan Umat

JAKARTA — Wakil Presiden Republik Indonesia, KH. Ma’ruf Amin di hari Milad ke-47 Majelis Ulama Indonesia (MUI), mengajak lembaga ulama ini untuk meningkatkan peran sebagai khadimul ummah, pelayan bagi umat.

“Seperti sering saya katakan, kita juga harus meningkatkan peran sebagai khadimul ummah itu, terutama dalam himayatul ummah, menjaga umat,” ungkap Kiai Ma’ruf saat memberikan amanah dalam malam puncak Milad MUI ke-47, di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Selasa malam (26/07/2022).

Dalam ajakan tersebut setidaknya ada tiga peran utama yang disampaikan Ketua Umum MUI 2015-2019 tersebut.

Pertama, MUI harus meningkatkan perlindungan bagi umat. Yakni melindungi umat dari akidah dan pemikiran menyimpang. Terutama dari pemikiran yang tidak moderat.

Kemudian melindungi umat dari minuman dan makanan yang tidak halal. MUI juga harus melindungi umat dari muamalah transaksi publik yang tidak sesuai syariat.

“Oleh karena itu, saya minta ada af’aal himaiyyah, af’aal wiqaiyyah, kerja-kerja perlindungan terus ditingkatkan dalam rangka melindungi umat ini,” terang Kiai Ma’ruf.

Kedua, MUI harus meningkatkan taqwiyyatul ummah, penguatan umat supaya umat Indonesia menjadi umat yang kuat.

Menurut Kiai Ma’ruf, sebenarnya Indonesia adalah negeri makmur, banyak anugerah Allah berupa kekayaan alam yang hanya ada di Indonesia dan tidak ada di negeri orang lain.

Masalahnya, Indonesia kekurangan penghubung yang dapat mengoneksikan antara permintaan konsumen dalam dan luar negeri dengan petani.

“Jadi kita kekurangan hamzah washal, off taker-off taker (para penghubung) yang bisa menyerap produk-produk pertanian perkebunan rakyat yang kemudian diolah, kemudian dicarikan pasarnya baik di dalam negeri mau pun luar (negeri).” tegasnya.

Dan ketiga, MUI harus meningkatkan peran dalam menyatukan umat. Caranya adalah MUI harus menghidupkan kembali Forum Ukhuwah Islamiyah serta mengesampingkan ego dan fanatisme kelompok.

“Kita ini, bagaimana dalam bermujahadah, bersungguh-sungguh menyatukan umat ini. Oleh karena itu, saya minta Forum Ukhuwah Islamiyah dihidupkan kembali,” kata dia.

Terakhir, Kiai Ma’ruf berujar, “Tidak dikhawatirkan perbedaan kelompok itu, yang dikhawatirkan adalah dorongan hawa nafsu yang tidak terkendali, nah ini, kalau bicara soal nafsu, sulit menyatukannya,”.

(Ilham Fikri/Angga)



Waketum MUI Ajak Umat Islam Perkuat Ikatan Lahir dan Batin Sebagai Bangsa Religius

JAKARTA–Pada momen Milad ke-47, Wakil Ketua Umun Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Basri Bermada mengajak umat Islam untuk terus menguatkan ikatan lahir dan batik sebagai bangsa yang religius.

“Saya mengajak kepada umat Islam dan umat beragama untuk terus menguatkan ikatan lahir dan batik,” kata Buya Basri saat sambutan puncak perayaan Milad ke-47 MUI, di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Selasa (26/7/2022) malam WIB.

Buya Basri mengatakan, Indonesia sebagai negara yang religius sejak ratusan tahun yang lalu, harus terus dipertahankan.

Apalagi, ungkap Buya Basri, di tengah serbuan budaya asing yang ingin merusak sendi-sendi ajaran agama dan ingin bangsa Indonesia menjadi sekuler dan liberal.

“Terkait dengan itu, MUI mendorong pemerintah membuat aturan yang lebih kuat dan tinggi untuk mengatur kehidupan umat beragama yang majemuk ini,” tegasnya.

Aturan tersebut, kata Buya Basri, termasuk mengenai pendirian rumah ibadah dan larangan menyebarkan agama kepada masyarakat yang telah memeluk agamanya.

Buya Basri Bermada menyoroti sosok KH Maruf Amin sebagai arsitektur terkait dengan menjadikan Indonesia sebagai pusat produsen halal dunia pada tahun 2024.

Wapres RI KH Maruf Amin sendiri hadir di acara Milad Ke-47 MUI mewakili Presiden Joko Widodo karena sedang melakukan kunjungan kenegaraan ke China dan beberapa negara kawasan Asia Timur lainnya.

Untuk mencapainya, Buya Basri mengatakan, MUI sangat memahami besarnya tantangan untuk mewujudkan cita-cita dan program pemerintah tersebut.

Oleh karenanya, pada momen Milad ke-47, MUI mendorong agar kerja sama, kolaborasi dan kerja keras semua pihak yang terkait dengan halal dapat ditingkatkan peranannya.

“Terkait dengan hal ini, MUI siap memberikan yang terbaik semua potensi dan kemampuan untuk menjadi bagian dalam mewujudkan Indonesia sebagai pusat produsen halal dunia 2024,” tuturnya.

(Sadam Al-Ghifari/Angga)



Wapres KH Ma’ruf: Hanya Allah yang Bisa Mempersatukan

wapres-kh-ma’ruf:-hanya-allah-yang-bisa-mempersatukan

Makassar, muisulsel.com – Wakil Presiden RI KH Ma’ruf Amin menghadiri malam perayaan Milad ke-47 Majelis Ulama Indonesia (MUI), di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Selasa (26/7/2022). Acara ini juga diikuti MUI se-Indonesia secara daring.

Ketua Dewan Pertimbangan MUI itu mengungkapkan banyak-banyak rasa syukur dalam pidato sambutannya.

“Sebagai mantan ketua MUI dan sekarang saya masih menjabat sebagai ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia, malam ini saya merasa sangat bersyukur menghadiri milad majelis ulama ke-47. Bahkan saya menjadi wakil presiden justru pada saat saya menjabat ketua umum Majelis Ulama Indonesia,” ujar KH Ma’ruf dalam sambutannya.

Wakil Presiden RI KH Ma’ruf Amin menghadiri malam perayaan Milad ke-47 Majelis Ulama Indonesia (MUI), di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Selasa (26/7/2022). Acara ini juga diikuti MUI se-Indonesia secara daring.

MUI, lanjut KH Ma’ruf, harus menghidupkan forum ukhuwah Islamiyah untuk membangun persatuan umat. Menurutnya, tidaklah mudah mempersatukan umat.

“Hanya Allah yang bisa mempersatukan. Jika kita bersungguh-sungguh, maka Allah akan mengabulkan usaha kita dalam menyatukan umat,” kata KH Ma’ruf.

Baca juga: 

Nikah Siri, Apa Akibatnya?

Sekjen MUI Pusat Hadiri Rapat Koordinasi MUI Sulsel, Dorong Peningkatan Layanan Umat

Wapres juga berpesan, MUI harus memainkan perannya dalam menjaga pemersatuan umat pada Pemilu 2024.

Wakil Presiden RI KH Ma’ruf Amin menghadiri malam perayaan Milad ke-47 Majelis Ulama Indonesia (MUI), di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Selasa (26/7/2022). Acara ini juga diikuti MUI se-Indonesia secara daring.

Tugas MUI, katanya, hanyalah memberi arahan kepada umat untuk memilih pemimpin yang terbaik yang memiliki kapabilitas dan integritas untuk memajukan Indonesia.

“Di hari Milad ini saya berharap kedepannya ada peningkatan pelayanan MUI kepada pemerintah maupun umat karena kedua tugas ini merupakan fungsi pokok MUI,” ujar Wapres. (Irfan)

 

The post Wapres KH Ma’ruf: Hanya Allah yang Bisa Mempersatukan appeared first on MUI SULSEL.



Pengakuan Komite Yahudi Amerika di Makassar: Kami Bangun Perdamaian

pengakuan-komite-yahudi-amerika-di-makassar:-kami-bangun-perdamaian

Makassar, muisulsel.com – Direktur International Interreligious Affairs American Jewish Committee (AJC) Rabi David Rosen, mengatakan, organisasi nonprofit Komite Yahudi Amerika itu tengah membangun hubungan damai lintas negara.

“Kami membangun persatuan dan perdamaian antarnegara, komunitas dan agama,” katanya, Selasa (26/7/22).

Ungkapan David tersebut saat jadi pembicara obrolan antaragama tentang pemberdayaan potensi umat beragama, di Hotel Claro, Jl AP Pettarani, Makassar. Komisi Hubungan Antaraumat Beragama (HUB) MUI Sulsel selaku penyelenggara.

Baca juga:

 Ketua MUI Sulsel Apresiasi AJC New York Diskusi Lintas Agama di Makassar

Nikah Siri, Apa Akibatnya?

Rabi David Rosen (kedua dari kiri) pembicara obrolan antaragama tentang pemberdayaan potensi umat beragama, di Hotel Claro, Jl AP Pettarani, Makassar, Selasa (26/7/22) sore.

Direktur Asia Pacific Institute AJC, Shira Leowenberg, menyinggung konflik Palestina vs Israel.

“Ini bukan masalah agama tapi politik,” katanya.

Giliran Direktur Muslim-Jews Relation AJC, Dr Ari Gordon berkomentar, katanya, masing-masing komunitas mempunyai alasan sendiri untuk membenarkan kepentingan.

“Kami tidak bisa berbuat banyak untuk menentukan kebenaran, kami hanya fokus membangun perdamaian antar negara dan agama,” ujarnya.

Pose pengurus MUI Sulsel dan AJC usai obrolan antaragama tentang pemberdayaan potensi umat beragama, di Hotel Claro, Jl AP Pettarani, Makassar, Selasa (26/7/22) sore.

Sekertaris Komisi HUB MUI Sulsel Dr Arqam Azikin, mengusulkan MUI turut menjembatani kerja sama perdamaian dunia.

“Kita bisa menerjemahkan literasi perdamaian dan melakukan gagasan kerjasama jangka panjang dan edukasi kemanusiaan,” katanya.

Ketua Komisi HUB MUI Sulsel Prof Dr H Wahyuddin Naro MHum, mengatakan, diskusi ini sangat menarik dan banyak memberi wawasan dan masukan untuk perdamaian antar umat beragama.

“Ke depannya kita akan lebih banyak melakukan aksi nyata untuk perdamaian dan kemanusiaan,” kata Prof Wahyuddin yang juga ketua Forum Kemanusiaan Lintas Agama (FKLA) Sulsel.

Ketua MUI Sulsel Bidang HUB, Dr Ir Hj Andi Majdah M Zain M Si, mengatakan, momentum kedatangan tokoh AJC dapat meningkatkan hubungan baik antarumat beragama di Indonesia.

“Kami sudah belajar banyak tentang hubungan antar umat beragama di Amerika Serikat. Kami berkunjung ke banyak organisasi agama dan kemasian yang ada di New York Amerika,” kata Majdah, rektor UIM, saat memberi sambutan.

Peserta obrolan antaragama tentang pemberdayaan potensi umat beragama, di Hotel Claro, Jl AP Pettarani, Makassar, Selasa (26/7/22) sore.

Majdah juga menyampaikan terima kasih kepada tokoh yang hadir dan juga para tamu undangan lainnya.

Hadir peserta perwakilan tokoh lintas agama dan peserta jurnalistik binaan FKLA Sulsel.

Hadir pula sejumlah pengurus MUI Sulsel, di antaranya, Sekretaris Umum MUI Sulsel Dr KH Muammar Bakry Lc MA, Wakil Ketua Umum MUI Sulsel Dr KH Mustari Bosrah MA, Dr KH Hasid Hasan Palogai MA, Ketua Komisi Pendidikan dan Pengaderan MUI Sulsel Dr H Andi Marjuni MPd, Andi Suriyati Barisi SAg, Aflaha Ali Muchtar SP, dan Nurcahya SAg. (Irfan)

The post Pengakuan Komite Yahudi Amerika di Makassar: Kami Bangun Perdamaian appeared first on MUI SULSEL.



ACFS ke-6, Kiai Niam: Salah Satu Khittah Lahirnya MUI adalah Pemberi Fatwa Bagi Masyarakat

JAKARTA — Ketua Bidang Fatwa MUI, KH. Asrorun Niam Sholeh, menyampaikan bahwa salah satu khittah lahirnya Majelis Ulama Indonesia adalah sebagai pemberi fatwa (mufti) bagi masyarakat.

“Salah satu khittah lahirnya Majelis Ulama Indonesia adalah khittatul ifta’, khittah menjalankan tugas fungsi pemfatwaan, ” kata dia di acara pembukaan 6th Annual Conference on Fatwa MUI Studies (ACFS), di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (26/07/2022). ACFS merupakan salah satu kegiatan dari rangkaian peringatan Milad MUI ke-47.

Dia menjelaskan bahwa dalam khittah pengabdian Majelis Ulama Indonesia, telah dirumuskan lima fungsi dan peran utama MUI.

Lima fungsi itu antara lain sebagai pewaris tugas-tugas para Nabi (Warasatul Anbiya), sebagai pemberi fatwa (mufti), sebagai pembimbing dan pelayan umat (Ri’ayat wa khadim al ummah), sebagai gerakan Islah wa al Tajdid, dan sebagai penegak amar ma’ruf nahi munkar.

Lebih lanjut, kata Kiai Niam, dalam menjalankan fungsinya sebagai pemberi fatwa, MUI berperan menguatkan dan memperkokoh keputusan pemerintah yang dianggap sesuai dan sejalan dengan perintah keagamaan.

Sebaliknya, ketika ada putusan yang dianggap menyimpang dari aturan agama, tambah dia, fatwa MUI hadir untuk meluruskan sekaligus menyelaraskan dengan prinsip-prinsip syariah.

Kiai Niam berharap acara bertajuk “Peran Fatwa MUI dalam Perubahan Sosial” ini, menjadi momentum bagi publik untuk mengkritik dan memberi masukan serta saran bagi pimpinan dan anggota komisi fatwa MUI dalam rangka muhasabah dan memperbaiki diri.

Disamping itu, Kiai Niam juga menghimbau kepada peserta agar memanfaatkan acara ini secara optimal sebagai ajang silaturahim dan silatulfikri sekaligus mengoptimalkan fungsi fatwa menuju arah lebih baik terhadap perubahan sosial kita.

“Ini sebagai salah satu momentum silaturahim secara fisik ketemu hari ini, dilanjutkan dengan silatulfikri ketemu ide dan gagasan”, ujarnya. (Ilham Fikri Ma’arif/Azhar)



Buka Annual Conference on Fatwa MUI Studies ke-6, Waketum MUI Sampaikan Tiga Dasar Perubahan Fatwa Jadi Budaya

JAKARTA—Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Marsudi Syuhud, membuka acara Konferensi Studi Fatwa MUI dan menyampaikan tiga hal yang menjadi aspek dasar dalam mengkaji dan menghasilkan fatwa. Kiai Marsudi juga memaparkan bagaimana fatwa yang semula produk kajian agama lama kelamaan berubah menjadi budaya di masyarakat.

“Fatwa itu minimal melakukan, menginisiasi, dan membumikan tiga hal, ” ungkap Kiai Marsudi dalam Pembukaan 6th Annual Conference on Fatwa MUI Studies di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (26/07).

Yang pertama, kata dia, al-Jam’u baina ats-Tsabat wa at-Tathawwur. Yaitu bagaimana menyatukan hukum yang tetap dengan permasalahan yang terus berkembang dan berubah setiap saat.

Maka dari itu, lanjutnya, dibutuhkan ijtihad-ijtihad yang selanjutnya akan menghasilkan fatwa. Lalu dari fatwa menjadi nizam (peraturan). Mulai dari nizam dalam masyarakat sosial hingga nizam qanuni (undang-undang).

Kemudian Kiai Marsudi menyebutkan, yang kedua, al-Jam’u baina Maslahataini (Maslahatul ‘Aammah wa Maslahatul Khassah). Yaitu bagaimana menyatukan dua kemaslahatan, kemaslahatan publik yang mayoritas dikendalikan oleh pemerintah, dengan kemaslahatan individu.

Lalu yang ketiga, lanjut dia, al-Jam’u baina Hajatil Madiyah wa Hajatir Ruhiyah. Yaitu bagaimana menyatukan antara kebutuhan materi dengan kebutuhan ruhani.

Kiai Marsudi juga menjelaskan bahwa ketika fatwa sudah menjadi hukum, lalu hukum tersebut dijalankan oleh semua orang, maka lama-kelamaan akan menjadi budaya. Inilah maksud dari membumikan fatwa.

“Ketika sudah menjadi fatwa, jadi hukum, lalu dijalankan, maka akhirnya akan menjadi budaya. Kalo sudah menjadi budaya maka akan menjadi kebiasaan, ketika tidak dilaksanakan maka seakan ada sesuatu yang hilang, “kata Kiai Marsudi.

Dalam kegiatan yang menjadi rankaian Milad MUI ke-47 itu, Kiai Marsudi berharap, para penulis dan peneliti akan menghasilkan naqd (kritik yang membangun) bukan hiqd (kebencian). (Shafira Amalia/Azhar)



Milad MUI Ke-47, Kiai Ma’ruf Ingatkan Umat Bersiap Hadapi Krisis Energi, Pangan, dan Ekonomi

JAKARTA— Wakil Presiden RI, KH Ma’ruf Amin, mengigatkan umat untuk bersiap menghadapi berbagai krisis yang kemungkinan akan melanda dunia. Krisis tersebut selain karena Covid-19 di beberapa negara yang belum melandai juga karena perang Rusia dan Ukraina.

“Hari ini dunia dalam keadaan mendapatkan tantangan, yang paling besar itu akibat perang Ukraina dan Rusia. Kita harus memastikan diri siap menghadapi krisis energi, krisis pangan, dan krisis keuangan, ” ungkap Kiai Ma’ruf saat memberikan amanah dalam malam puncak Milad MUI ke-47 di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (26/07) malam.

Dikatakannya, MUI bisa berpartisipasi untuk mengimbau masyarakat tetap bersabar dan hati-hati dengan tetap melakukan persiapan matang.

“Agama menyuruh kita untuk selalu prepare menghadapi masalah seperti ini. Syaikh Nawawi mengatakan, bersiap-siaplah kamu menghadapi serangan musuh, ” ungkapnya.

Faktor geopolitik yang mengancam ini sebelumnya juga sudah pernah disampaikan oleh Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani. Dia juga mengatakan bahwa dalam waktu dekat akan ada krisis energi, pangan, dan keuangan yang melanda.

Kiai Ma’ruf mengatakan, jika diibaratkan manusia, MUI dengan usianya yang ke-47 maka sudah bisa dikatakan matang. Kematangan seorang manusia biasanya muncul saat menginjak usia 40 tahun.

Dengan usia yang matang ini, Kiai Ma’ruf berharap, MUI bisa ikut serta mengantisipasi kemungkinan krisis ini nantinya. Momen krisis tersebut juga bisa menjadi ujian MUI memperkokoh visinya sebagai khodimul ummah atau pelayan umat dan shodiqul hukumah atau mitra pemerintah.

“Menjadi kewajiban MUI, sebagai mitra pemerintah dan pelayan umat, untuk ikut membantu mempersipakan kecukukan kebutuhan pangan di berbagai daerah di Indonesia, ” ujarnya. (Azhar)



Malam Puncak Milad MUI Ke-47, Kiai Cholil Ungkap Tiga Dasar Bangun Persatuan Umat

JAKARTA— Ketua Panitia Pelaksana Milad ke-47 Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis mengungkapkan tiga landasan untuk memperkuat kesatuan dan kekuatan di antara umat. Ketiga kekuatan itu yakni ta’aruf (mengenal), tafahum (memahami) dan taawun (saling menolong) di antara umat.

“Maka penting bagi kita untuk terus mengasah ini,” kata Kiai Cholil Nafis dalam sambutannya di perayaan Milad ke-47 MUI, di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Selasa (26/7) malam.

Kiai Cholil menambahkan, Indonesia saat ini memasuki masa persiapan tahun politik 2024. Dia mengkhawatirkan terjadinya sebuah konflik yang dibumbui legitimasi agama.

“Maka ini penting untuk membangun kesatuan, karena tidak mungkin kita kuat tanpa persatuan,” ujarnya.

Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah ini mengingatkan, pada saat Piagam Madinah, hal yang pertama ditekankan oleh Nabi Muhammad SAW adalah persatuan di seluruh rakyat Madinah.

Oleh karena itu, pada Milad ke-47 ini, kata kiai Cholil, MUI ingin mengingatkan kembali untuk menyatukan melalui merajut kesatuan dan kekuatan.

“Oleh karena itu, kami berharap, MUI ini menjadi tenda besar umat Islam untuk merajut persatuan dan kesatuan,” tuturnya.

Dalam membangun ketiga landasan itu, ungkap kiai Cholil, perlu adanya konsepsi baru melihat fenomena dunia yang baru.

“Bagaimana kita ini membangun hubungan yang baik antar sesama warga negara. Ini penting untuk kita lakukan,” sambungnya.

Termasuk, kata kiai Cholil, membangun hubungan antara intelektual dengan pemerintah.

Pengasuh Pondok Pesantren Cendekia Amanah, Depok, Jawa Barat ini menyayangkan anggapan bahwa ulama yang bagian dari pemerintah sudah tidak ulama.

Selain itu, lanjutnya, bagi ulama yang menghantam pemerintah seakan-akan keulamaannya semakin kritsal. Menurut dia, perlu adanya upaya menyatukan antara ulama dan umaro.

“Sehingga, membangun Indonesia yang sejahtera di masa yang akan datang,”kata dia. (Sadam Al-Ghifari/Azhar)



Kemenag: Selamat Milad Ke-47 MUI, Terus Jadi Pengawal Keberagaman Umat

JAKARTA – Kementerian Agama (Kemenag) RI mengucapkan selamat Milad ke-47 pada Majelis Ulama Indonesia (MUI). Kemenag berharap, MUI terus menjadi pengawal keberagaman umat.

“Semoga MUI terus menjadi pembimbing, pencerah dan pengawal keberagaman umat,”kata Sekretaris Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag, Fuad Nasar, dikutip dari Antara, Selasa (26/7).

Fuad mengatakan bahwa Kemenag menilai kehadiran MUI telah menjawab panggilan risalah dan sejarah bangsa Indonesia.

Fuad menjelaskan, panggilan risalah yang dimaksud yaitu dakwah yang mengajak kepada kebaikan dan mencegah keburukan, serta merajut ukhuwah umat.

“Dan ukhuwah ulama selaku pemimpin umat dengan landasan nilai-nilai dan semangat Islam,” sambungnya.

Sementara panggilan sejarah, jelas Fuad, mengawal partisipasi dan tanggung jawab umat Islam, serta para ulama terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.

Fuad menegaskan, umat Islam dan para ulama memiliki andil yang sangat besar di masa lalu. Pada masa era post-kolonial, ungkap Fuad, bangsa Indonesia mewarisi tiga tantangan yaitu kemiskinan, perpecahan dan kebodohan.

Namun demikian, Fuad menilai, ketiga tantangan itu terus diselesaikan selama tujuh dekade terakhir meskipun belum dihilangkan secara total.

Menurutnya, peran dan kontribusi Ormas keagamaan termasuk MUI sangat diperhitungkan pemerintah dalam membangun bangsa Indonesia.

“Peran dan kontribusi Ormas keagamaan khususnya dalam hal ini Ormas-ormas Islam, termasuk MUI, sangat diperhitungkan sebagai mitra pemerintah dalam membangun Indonesia yang lebih baik pada setiap masa selama agama tetap mengakar dalam jiwa bangsa,” demikian Fuad menyampaikan kesan pemerintah terhadap MUI.

(Sadam Al-Ghifary/Angga)



Ketua MUI Sulsel Apresiasi Tokoh AJC New York Hadiri Diskusi Lintas Agama di Makassar

ketua-mui-sulsel-apresiasi-tokoh-ajc-new-york-hadiri-diskusi-lintas-agama-di-makassar

Makassar, muisulsel.com – Ketua Bidang Hubungan Antarumat Beragama (HUB) MUI Sulsel membuka diskusi pemberdayaan hubungan lintas agama, di Hotel Claro, Jl AP Pettarani, Makassar, Selasa (26/7/22) sore.

HUB melibatkan peserta dari tokoh lintas agama di Sulsel dan juga peserta jurnalistik binaan Forum Kemanusiaan Lintas Agama (FKLA) Sulsel.

Sejumlah tokoh organisasi nonprofit American Jewish Committee (AJC) New York City hadir sebagai pembicara. Mereka, Matius Ho, Direktur Muslim-Jews Relation AJC Dr Ari Gordon, Direktur Internasional Interreligious Affairs AJC Robbi Dr David Rosen, Direktur Asia Pacific Institute AJC Shira Leowenberg.

Dr Majdah, ketua Bidang Hubungan Antarumat Beragama (HUB) MUI Sulsel, membuka diskusi pemberdayaan hubungan lintas agama, di Hotel Claro, Jl AP Pettarani, Makassar, Selasa (26/7/22) sore.

Dr Ir Hj Andi Majdah M Zain M Si, mengatakan, momentum kedatangan tokoh AJC Amerika Serikat dapat meningkatkan hubungan baik antarumat beragama di Indonesia.

“Kami sudah belajar banyak tentang hubungan antar umat beragama di Amerika Serikat. Kami berkunjung ke banyak organisasi agama dan kemasian yang ada di New York Amerika,” Majdah, rektor UIM, saat memberi sambutan.

Bidang Hubungan Antarumat Beragama (HUB) MUI Sulsel diskusi pemberdayaan hubungan lintas agama, di Hotel Claro, Jl AP Pettarani, Makassar, Selasa (26/7/22) sore.

Majdah juga menyampaikan terima kasih kepada tokoh yang hadir dan juga para tamu undangan lainnya.

“Mari kita bersama memelihara bumi bersama yang diciptakan Allah,” katanya.

BACA JUGA:

 Dua Ketua MUI Sulsel ke Forum IVLP Amerika

Diskusi masih berlangsung hingga kabar ini ditulis. (Irfan).

The post Ketua MUI Sulsel Apresiasi Tokoh AJC New York Hadiri Diskusi Lintas Agama di Makassar appeared first on MUI SULSEL.



Isi Acara Milad MUI Ke-47, Habib Husein Jafar Wajibkan Dai Perkaya Konten Keislaman di Media Digital

JAKARTA— Pendakwah sekaligus influencer media sosial, Habib Husein Ja’far Alhadar, mengajak dai dan daiyah menyampaikan dakwah melalui media sosial. Menurutnya, dakwah di media sosial sudah menjadi sebuah keharusan bukan lagi pilihan.

“Riset dari We are Social dan Hootsuite pada 2021 menyimpulkan bahwa 73 persen masyarakat Indonesia sudah tersambung internet. Artinya, tiga per empat orang Indonesia sudah memiliki akses koneksi digital, ” ungkap Habib Ja’far Selasa (26/07) dalam acara Silaturrahim Da’i dan Halaqah Dakwah Nasional MUI di Hotel Sultan, Jakarta.

Dalam kegiatan yang menjadi rangkaian Milad MUI ke-47 tersebut, Habib Ja’far menyampaikan, riset PPIM UIN Jakarta 2021 memprediksi 60 persen masyarakat saat ini belajar agama melalui media digital.

“Jadi, mereka belajaranya melalui media digital. Dulu itu muftinya mufti Johor, kalau sekarang itu mufti youtube yang digunakan mereka, ” ungkap dia dalam kegiatan bertajuk “Dakwah Merajut Kesatuan dan Kekuatan Umat dalam Kebinekaan” itu.

Dia menambahkan, dari tahun ke tahun, penggunaan media digital sebagai sarana belajar agama terus meningkat. Pada 2019, riset dari Al-Falah, menyebutkan bahwa keercayaan terhada media digital sebagai rujukan keilmuan dan keislaman masih ada urutan ketiga. Urutan pertama adalah ustadz kampung yang lokasinya berdekatan dan kedua adalah guru agama.

“Namun sekarang, sumber dari media digital sudah di nomor satu. Bagai anak muda, media digital digunakan untuk mengakses informasi dan mengetahui segala hal terkait agama, ” ujarnya.

Sosok yang setiap tayang diyoutube selalu ditonton jutaan kali ini menyampaikan, media digital begitu mudah mempengaruhi masyarakat. Orang Indonesia dalam rentang usia 18-34 tahun bisa menghabiskan 8 jam 50 menit di media digital. Karena itu, kebanyakan yang menjadi rujukan di media digital saat ini adalah yang populer bukan sekadar yang kompeten.

“Ini sangat berbahaya apabila mereka belajar agama tetapi dari sumber yang tidak tepat. Fatwa MUI bisa dengan mudah dikoreksi anak muda yang ngajinya belum apa-apa tapi pengikutnya jutaan. Itu membuat orang lebih mendengarkan dia, ” ujarnya.

Habib Jafar menekankan bahwa media digital berpotensi besar mempengaruhi pandangan banyak orang. Sehingga ia berharap para dai yang memiliki kompetensi dan otoritas keilmuan bisa mulai mengambil ceruk potensi ini.

“Bila ini dibiarkan, mereka akan mengalami degradasi pengetahuan dan bisa menjerumuskan kepada kesesatan,” ujarnya. (Sadam Al-Ghifari/Azhar)



KH Asrorun Niam Sholeh: Dai Hakikatnya Mufti Karena Beririsan Langsung dengan Masyarakat

JAKARTA – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Asrorun Niam Sholeh mengatakan, para dai sebenarnya mufti karena beririsan langsung dengan masyarakat.

“Untuk memfatwakan tanya jawab dari masyarakat. Itu sebenarnya hakikatnya dari mufti,” kata dia di acara Silaturahim Dai dan Halaqah Dakwah Nasional dalam rangkaian Milad ke-47 MUI, di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (26/7).

Untuk itu, Kiai Niam berharap, peran dai dapat mengefektifkan sosialisasi fatwa-fatwa MUI yang telah ditetapkan secara institusi.

Menurutnya, fatwa MUI sangatlah penting. Karena sejak awal didirikannya MUI adalah untuk memberikan panduan keagamaan bagi masyarakat dalam praktek keagamaannya.

“Dan memberikan panduan bagi ulil amri yang terkait dengan kemaslahatan umum,” ungkap kiai Niam.

Meskipun seringkali dicap sebagai stempel pemerintah, Kiai Niam mengaku bahwa itu bisa benar dan bisa juga tidak.

Hal ini karena ada 3 perspektif fatwa MUI yang berhadapan dengan porsi ulil amri.

Pertama, kata Kiai Niam, Fatwa MUI memberikan justifikasi atas rencana program dan kegiatan yang didalamnya ada unsur kemaslahatan dan bersesuaian dengan prinsip syariah.

“Biasanya di tengah masyarakat religius, intervensi publik porsi itu tidak cukup dengan hanya pendekatan struktural,” tuturnya.

Namun, lanjutnya, dibutuhkan pendekatan kultural dan keagamaan untuk menjustifikasi sosialisasi dan implementasi.

Kiai Niam memberikan contoh seperti saat program Keluarga Berencana (KB) untuk kepentingan kesejahteraan penduduk.

Namun, diawal program KB tersebut dengan gelontoran dana yang besar, tetapi menggunakan pendekatan struktural, pada akhirnya program itu gagal.

Kiai Niam menambahkan, tetapi saat didekati dengan pendekatan keagamaan bagaimana memilih antara KB pemandulan dan pengaturan.

Dengan menetapkan fatwa bahwa pemandulan itu tidak diperkenankan oleh syariah, tetapi yang pengaturan itu diperbolehkan dengan catatan alat kontrasepsinya halal dan suci, serta pemasangannya dibenarkan secara syari, maka tidak butuh lama program KB sukses dijalankan.

Kedua, ungkap Kiai Niam, fatwa MUI berperan untuk mengingatkan atas porsi ulil amri yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip syari dan juga maslahat.

“Maka dalam hal ini, posisi fatwa sebagai mengingatkan. Itulah hakikat fungsi dan kedudukan MUI sebagai shodiqul hukumah,” jelasnya.

Kemudian yang ketiga, fatwa MUI akan mengisi ruang kosong ketika ada masalah yang hakikatnya membutuhkan panduan keagamaan untuk proses implementasinya.

“Tetapi ulil amri belum mengatur dan belum masuk. Padahal ini adalah tugas ulil amri karena masalah fikih ijmaiyah, maka MUI menetapkan fatwa sekaligus juga menginisiasi,” paparnya.

Kiai Niam memberikan contoh, hal itu seperti dakwah halal bagaimana masyarakat Muslim mengonsumsi yang halal.

“Pada saat ulil amri belum memberikan Jaminan Produk Halal (JPH) bagi masyarakat Muslim untuk mengonsumsinya,” kata dia.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Nahdlah Depok Jawa Barat ini menjelaskan, MUI kemudian menginisiasinya dengan menetapkan seluruh produk harus diperiksa.

Pada saat itu, lanjut Kiai Niam, MUI mendirikan Lembaga Pengkajian Pangan dan Obat-obatan atau yang lebih dikenal LPPOM MUI untuk memeriksa produk.

“Itu bukan mandat negara, tetapi MUI mengambil peran yang seharusnya dijalankan oleh negara. Tetapi negara alpa dan absen, hingga muncul kesadaran,” paparnya. (Sadam Al-Ghifari/Angga)



Peserta Silaturrahim Dai dan Halaqoh Dakwah Nasional Deklarasikan Diri sebagai Dai-Daiyah Nusantara

JAKARTA—Peserta acara Silaturrahim Dai dan Halaqoh Dakwah Nasional mendeklarasikan diri sebagai Dai-Daiyah Nusantara yang berkomitmen untuk dakwah menyatukan dan memperkokoh umat dalam kebhinekaan.

Deklarasi itu mereka sampaikan secara bersama-sama seusai temu silaturrahim dan dialog dakwah di antara Dai-Daiyah di Golden Ballroom, Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (26/07/2022).

Mereka berdeklarasi senantiasa berpegang teguh terhadap beberapa poin penting yang tercantum dalam teks Deklarasi Dai dalam menjalankan amanah dakwah untuk umat.

Berikut beberapa poin deklarasi para Dai-Daiyah, di antaranya:

  1. Akan mendakwahkan Islam ala ahlissunnah wal jamaah.
  2. Akan selalu berdakwah untuk menjaga persatuan dan kesatuan umat untuk tegaknya izzul Islam wal muslimin.
  3. Akan berdakwah untuk merajut ukhuwwah Islamiyah, basyariyah dan wathoniyah.
  4. Akan selalu berdakwah dengan mengedepankan sikap toleransi baik dalam internal umat Islam, dengan pemeluk agama lain dan dengan pemerintah.
  5. Akan berdakwah untuk membangun kedewasaan umat dalam berpolitik, sehingga politik tidak menjadi sebab perpecahan umat dan perpecahan bangsa.
  6. Senantiasa berdakwah menolak segala bentuk ekstrimisme, radikalisme dan terorisme baik verbal maupun fisik yang dapat menjadi sumber perpecahan dan konflik di kalangan sesama anak bangsa.
  7. Siap berperan aktif dalam memberikan inspirasi, membina, dan memberikan teladan bagi umat.
  8. Siap bersinerji dengan semua lembaga baik negeri maupun swasta demi terciptakan dakwah yang menyejukkan, mengedepankan akhlakul karimah dan uswah hasanah dalam rangka terciptanya keamanan, kenyamanan dan kedamaian serta kesejukan.
  9. Berkomitmen berdakwah dengan pedoman dakwah Islam dan siap mendapat arahan dan bimbingan Majelis Ulama Indonesia.

(A Fahrur Rozi/Fakhruddin)