Green Ramadhan, Implementasi Nilai Puasa dan Kepedulian Terhadap Lingkungan

 


Oleh : Ir Hidayat Tri Sutardjo, MM Sekretaris Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam MUI

Saat ini kita sudah berada dalam bulan Sya’ban, artinya Ramadhan tinggal hitungan belasan hari lagi. Sya’ban adalah bulan yang sangat penting sebelum kita memasuki bulan istimewa yaitu Ramadhan.

Di bulan Sya’ban ini adalah waktu untuk mempersiapkan ilmunya yaitu fatsbutu/meneguhkan, pemahaman terhadap amaliyah Ramadhan, meneguhkan mental, memperbanyak puasa sunnah, memperbanyak baca Alquran, dan menghindari perbuatan yang sia-sia.

Ramadhan adalah bulan yang tepat untuk memaksimalkan perbuatan baik tidak hanya kepada Sang Pencipta (hablu min Allah), tetapi juga kepada sesama manusia (hablu min al-nas) dan semesta (hablu min alam).

Ramadhan 1433 H ini, kita mengajak kepada seluruh umat Islam untuk meningkatkan amal ibadah yang tak hanya bermakna bagi diri sendiri dan sesama manusia tetapi juga bermakna bagi pemuliaan bumi dan kelestarian alam.

Melakukan pelbagai aktivitas yang ramah lingkungan, namun tetap disertai dengan semangat yang penuh kreasi dan inovasi bisa dilakukan pada Ramadhan.

Kegiatan-kegiatan seperti pengurangan sampah sisa-sisa makanan, terutama di waktu berbuka, mengurangi penggunaan botol plastik, menghentikan penggunaan styrofoam, menggunakan tempat makanan dan minum tidak sekali pakai, membawa tas belanja sendiri, mematikan mesin motor/mobil di lampu merah, dan berkendaraan umum akan sangat baik mulai dilakukan selama Ramadhan in.

Kegiatan-kegiatan seperti diutarakan di atas harus dihentikan/paling tidak dikurangi, sehingga dengan Green Ramadhan ini, paling tidak kita bisa melatih diri untuk menunaikan ibadah puasa Ramadhan yang lebih ramah lingkungan, bertanggung jawab secara sosial, dan mengamalkan ajaran-ajaran Nabi Besar Muhammad SAW.

Kegiatan buka bersama baik dengan keluarga, teman-teman, kerabat dan lain sebagainya. Setelah menghabiskan satu piring penuh makanan dan bergelas-gelas minuman, terkadang tidak disadari sampah yang dihasilkan mulai dari sampah styrofoam bekas makanan, sedotan plastik, plastik, tisu, dan lain-lain.

Oleh karena itu, ambillah makanan secukupnya, yang kira-kira bisa dihabiskan. Makanlah secukupnya, jangan menyisakan makanan, dan lakukanlah seperti yang di-sunnahkan Nabi Muhammad SAW dengan mengisi sepertiga perut dengan makanan, seperti tiga dengan air, dan sepertiga kosong.

Krisis lingkungan dan krisis iklim sejatinya adalah krisis moral, sehingga penyelesaiannya tidak bisa instan, artinya tidak cukup hanya dengan imbauan-imbauan/ajakan-ajakan saja tetapi juga dilakukan dengan  gerakan-gerakan.

Oleh karenanya, membangun kesadaran dan merubah perilaku dari yang sebelumnya tidak ramah lingkungan menjadi kesadaran dan perilaku yang ramah lingkungan adalah dua tugas atau peran manusia harus secara sistematis, berkelanjutan dan konsisten dilakukan. 

Kedua tugas tersebut yaitu pertama pertama khalifathullah atau pemimpin di muka bumi hal ini sebagaimana tertuang dalam Surat Al Baqarah ayat 30:
 
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
 
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Sementara itu tugas yang kedua adalah sebagai hambah (abdullah). Hal ini sebagaimana tertuang dalam surat Adz Dzariyat ayat 56:
 
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia “melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
 
 
 



Leave a Reply

Wakaf Darulfunun – Aamil Indonesia