All posts by Admin

Bahas Isu Terkini, MUI Sulsel Adakan Konsolidasi Fatwa 

bahas-isu-terkini,-mui-sulsel-adakan-konsolidasi-fatwa 

Makassar, muisulsel.com – Ada Banyak persoalan-persoalan umat khususnya persoalan yang terkait dengan keagamaan di mana masyarakat sangat membutuhkan pencerahan dari ahli agama salah satunya adalah ulama.

Mengapa ulama sangat dibutuhkan oleh umat, sebab ulamalah yang mampu menjawab persoalan-persoalan melalui fatwa-fatwa. Ulama adalah pewaris para Nabi yang memiliki kapasitas yang terpercaya sejak masa setelah para sahabat Nabi.

Pada kesempatan kali ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan kembali melakukan konsolidasi dengan MUI kabupaten kota terkait fatwa yang dipusatkan di Makassar sebagai Zona 1. Perwakilan MUI kabupaten kota sekitar Makassar diundang dan berdiskusi bersama membahas isu-isu apa saja yang sedang terjadi di masyarakat sekitarnya yang tentunya berkaitan dengan keagamaan khususnya.

Pimpinan MUI Sulsel dan Bidang Fatwa MUI Sulsel rapat konsolidasi bersama MUI Kabupaten kota di Hotel Claro Makassar

Selain Ketua Umum dan Sekretaris Umum MUI Sulsel, Silaturahmi yang dilaksanakan di Hotel Claro turut menghadirkan beberapa pengurus MUI Sulsel diantaranya Dr. KH. Ruslan Wahab, Lc., MA, (Ketua Bidang Fatwa), Prof. Dr. KH. Hasyim Aidid, MA (Dewan Pertimbangan MUI Sulsel), Ir. H. Andi Taswin (Bendahara Umum MUI Sulsel), Ardadi, S.Farm., M.Kes. (Ketua Komisi YANKES) serta anggota Komisi Fatwa Dr. KH. Nasrullah bin Sapa, Lc. Sabtu, (08/10/2022)

Sebelum membuka kegiatan, Ketua Umum MUI Sulsel Prof. Dr. KH. Najamuddin, Lc., MA dalam sambutannya mengatakan bahwa MUI saat ini telah menjadi rujukan ormas serta instansi pemerintah dalam fatwa. Oleh sebab itu, perlu adanya kesamaan pandangan terkait hal itu. “Kita harus merujuk pada MUI pusat dan jangan ada perbedaan pendapat ketika sudah ditetapkan fatwanya,” tegasnya.

Guru Besar Universitas Hasanuddin pun mengajak para delegasi MUI kabupaten kota untuk mendiskusikan apa saja yang pernah terjadi atau sedang terjadi mengenai isu-isu persoalan keagamaan yang mungkin sangat membutuhkan fatwa ulama dalam hal ini MUI.

MUI kabupaten kota menyimak penjelasan MUI Sulsel terkait isu agama yang ada di Sulawesi Selatan

Sekretaris Umum MUI Sulsel Dr. KH. Muammar Bakry, Lc., M.Ag juga memaparkan kepada para undangan bahwa MUI harus cepat merespon isu-isu keagamaan itu, sebab ada banyak persoalan yang sangat membutuhkan perhatian MUI, utamanya dalam hal ibadah dan muamalah. “MUI harus cepat dalam merespon seperti tradisi masyarakat tentang persoalan ibadah. Oleh karenanya, kita harus aktif dan melakukan identifikasi persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat.” ucapnya.

Lanjutnya, beberapa bulan terakhir ini MUI sudah menerbitkan tiga buah fatwa, diantaranya fatwa tentang pengemis di jalanan yang bahkan menjadi isu nasional, kedua fatwa tentang misteri box yang cukup meresahkan, dan yang terakhir adalah fatwa tentang uang panai,” tuturnya.

Ada beberapa hal yang cukup menarik dari peserta rapat diantaranya apa yang dipaparkan oleh Wakil Sekretaris MUI Makassar H. Saenong tentang masih banyak anak-anak yang buta aksara Alqur’an di Makassar. “Buta aksara Alqur’an di Makassar masih sangat tinggi, oleh karenanya perlu peran MUI agar mendorong pemerintah untuk memperkuat program pendidikan Alqur’an pada tingkat sekolah. Disinyalir bahwa di Makassar marak terjadi praktek jual beli sertifikat bisa baca Alqur’an dan ini sangat memprihatinkan bagi anak-anak sekolah,” ungkapnya.

Selain itu juga ia juga menyinggung produk makanan. Alumni Mesir itu berharap agar produk-produk yang masuk ke Makassar khususnya makanan dan minuman bisa diperketat sertifikat halalnya.

Peserta Rapat Konsolidasi mengungkapkan isu-isu yang ada di masyarakat dalam rapat konsolidasi MUI Sulsel

Sekretaris Komisi Fatwa MUI Sulsel Dr. KH. Syamsul Bahri, Lc., MA menanggapi isu-isu yang diangkat oleh para delegasi MUI kabupaten kota meletakkan dengan mengungkapkan bahwa persoalan-persoalan tersebut perlu direspon dan diberikan jawaban yang tepat kepada masyarakat serta memberikan ulasan-ulasan tentang fakta yang merujuk kepada ulama 4 mazhab yang dianut oleh umat Islam.

“Kita harus memberikan pertimbangan dengan mengambil rujukan ulama-ulama yang mengikuti pendapat empat mazhab, serta mengidentifikasi persoalan agar tidak salah memberikan fatwa,” ucap Kyai alumni Timur Tengah ini.

Rapat ini dihadiri oleh para pengurus MUI kabupaten kota yang masuk dalam zona I, diantaranya MUI Kota Makassar, MUI Kabupaten Gowa, MUI Kabupaten Takalar, MUI Kabupaten Maros, dan MUI Kabupaten Pangkep kepulauan. (NAP)

 

.

The post Bahas Isu Terkini, MUI Sulsel Adakan Konsolidasi Fatwa  appeared first on MUI Sul Sel.



Pencegahan Stunting dan Konsep Keluarga Maslahah Menurut Kiai Cholil

JAKARTA— Ketua MUI Pusat Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH M Cholil Nafis LC, menawarkan konsep keluarga maslahah sebagai upaya untuk mencegah stunting di Indonesia. Apa itu keluarga maslahah?
Menurut Kiai Cholil, keluarga maslahah ini tidak hanya harmonis dan sakinah akan tetapi haruslah jadi mawaddah wa rahmah.

Dikutip dari Youtube resmi Wapres Ahad (9/10/2022), dalam Halaqoh Nasional mengenai Pelibatan Penyuluh Agama, Da’i, dan Da’iyah untuk Mendukung Percepatan Penurunan Stunting, akhir pekan lalu, Kamis (6/10/2022), Kiai Cholil menjelaskan keluarga yang maslahah itu ada manfaat, dan dari manfaat itu ada yang uswah dan ada ta’tsir (pengaruh). Ini menjadi proses menjadi teladan pada keluarga lain, kemudian dia juga punya pengaruh kepada orang lain. Dengan demikian keluarganya itu berarti memiliki efek positif bagi keluarga lain.

“Kerangka besar keluarga maslahah, yaitu jika berpikir keluarga saya baik, tapi tidak hanya baik melainkan harus adanya perbaikan. Selanjutnya tidak sekadar saleh, akan tetapi juga harus mushlih (melakukan perbaikan untuk orang lain),” ujar Kiai Cholil.

Sedangkan terkait mawaddah, Kiai Cholil, menjelaskan yaitu adanya maddah atau materi. Jadi kalau hubb itu perasaan, dengan demikian ketika kita sudah bawakan hadiah atau kita lamaran, maka itu sudah menjadi mawaddah.

Dia pun menjelaskan makna surat Al Baqarah ayat 233 وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ (Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf). Itulah kewajiban seorang suami memberikan gizi yang cukup.

Jadi, kata Kiai Cholil, mencari nafkah dalam Islam itu bukan kewajiban istri, melainkan kewajiban suami.

“Oleh karena itu kewajiban kita itu memberikan pakaian dan rezeki yang cukup, itu semua berkenaan dengan gizi apakah itu makro atau berkaitan dengan mikro. Kalau makro seperti hal nya lemak, protein, dan karbohidrat. Sedangkan mikro seperti hal nya mineral dan juga vitamin,” ujar dia.

Kiai Cholil yang juga Pengasuh Pesantren Cendikia Amanah ini, berpendapat bahwa mengatasi stunting itu diawali dari keluarga, yang harus menjadi keluarga yang hebat, keluarga yang tangguh, dan ketahanan keluarga.

“Dengan demikian nantinya akan melahirkan anak-anak yang hebat, maka dari itu bisa dimulai dari kelahirannya. Akan tetapi umpamanya jangan 3T yaitu Jangan terlalu tua, jangan terlalu muda, jangan terlalu cepat, dan jangan terlalu banyak,”papar dia.

Kiai Cholil mengingatkan apa-apa yang terjadi kepada ibu dan bapak nya itu sangat berpengaruh terjadi kepada anaknya, baik itu yang keluar melalui percakapan atau perilaku sehari-hari. “Karena pada hakikatnya anak itu akan mengcopy paste apa yang menjadi tingkah laku kedua orang tuanya,”ujar dia. (Ratna, ed: Nashih).



Maulid Nabi Muhammad SAW dan Reaktualisasi Sabda Melestarikan Alam

JAKARTA— Sekitar 1.490 tahun silam, utusan terakhir Nabi Muhammad SAW pertama kali berada di pangkuan ibunda Aminah. Setelah hampir lima belas abad, hari lahirnya selalu disambut gegap gempita oleh pengikutnya di seluruh penjuru bumi.

Sabtu (8/10/2022) bertepatan dengan peringatan hari lahir (maulid) Nabi Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal 1444. Pada momen tersebut, perilaku, akhlak serta perangai baginda Nabi Muhammad SAW dikenang.

Hal ini semata agar kisahnya menjadi teladan ideal bagi miliaran muslim di manapun berada. Spirit ajaran Nabi terutama adab luhur budi pekertinya dihidupkan kembali lebih dari biasanya.

Dalam salah satu kesempatan, Abu Dzar, salah seorang sahabat Nabi mengisahkan bahwa Nabi bersabda kepadanya:


وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

“Perlakukan manusia dengan perangai yang baik.” (HR Tirmidzi, dinilai hasan, no 1910).

Selain akhlak kepada sesama manusia, Nabi Muhammad SAW sering mengingatkan untuk mencintai bumi dan seluruh isinya.

Pada abad ke-21 ini, di tengah kerusakan lingkungan, di antara hikmah yang tak kalah penting dari Maulid Nabi Muhammad SAW, yakni bahwa ini menjadi sarana menggaungkan ajaran Nabi SAW soal mencintai bumi. Sebab, isu kerusakan lingkungan bukan lagi soal mencairnya es di Kutub Utara atau Selatan.

Dampak nyata rusaknya lingkungan, sudah sampai di depan halaman rumah kita. Curah hujan ekstrem, bukan semata ulah cuaca. Di balik itu ada kontribusi manusia yang mengundang bencana.

Sifat rakus manusia menyebabkan efek gas rumah kaca, naiknya suhu rata-rata bumi, kita mengenalnya sebagai pemanasan global.
Bahan bakar fosil dari kendaraan kita belum lagi yang dihasilkan industri, makanan yang kita makan, sampah yang kita buang, makanan yang kita sisakan, energi yang tidak dihemat, penebangan pohon secara serampangan semuanya berdampak pada kesehatan bumi. Padahal, hampir lima belas abad lalu, Nabi Muhammad SAW bersabda :


عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا أَهْلَ الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ

Dari Abdullah bin Amr dan sanadnya sampai kepada Nabi, (beliau bersabda), “Para penyayang akan disayangi Yang Mahpenyayang. Sayangilah penduduk bumi maka kalian akan disayangi oleh siapa saja yang di langit.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Ahmad, al-Baihaqi)

Penduduk bumi yang harus disayangi dalam hadits di atas adalah seluruhnya tanpa terkecuali. Semua Muslim dituntut menyayangi, berbuat baik kepada sesama manusia, hewan beserta lingkungan berikut ekosistem yang sudah berjalan. (Lihat Muhammad al-Mubarakfury, Tuhfatul Ahwadzi, Beirut, juz 6 hlm. 43)

Pada riwayat lain, Nabi Muhammad SAW mengajak Muslim menghijaukan bumi dengan tanaman dan pepohonan. Nabi Muhammad SAW bersabda :


مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا إِلاَّ كَانَ مَا أُكِلَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَ مَا سُرِقَ مِنْهُ لَهُ صَدَقَةً وَ مَا أَكَلَتِ الطَّيْرُ فَهُوَ لَهُ صَدَقَةً وَ لاَ يَرْزَؤُهُ أَحَدٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةً (رواه مسلم)

“Tidaklah seorang Muslim menanam suatu pohon melainkan apa yang dimakan dari tanaman itu sebagai sedekah baginya, dan apa yang dicuri dari tanaman tersebut sebagai sedekah baginya dan tidaklah kepunyaan seorang itu dikurangi melainkan menjadi sedekah baginya.” (HR Muslim).

Bahkan, dalam riwayat lain Nabi Muhammad SAW bersabda sebagai berikut:


إِنْ قَامَتْ السَّاعَةُ وَبِيَدِ أَحَدِكُمْ فَسِيلَةٌ فَإِنْ اسْتَطَاعَ أَنْ لَا يَقُومَ حَتَّى يَغْرِسَهَا فَلْيَفْعَلْ

“Jika hari kiamat ditegakkan, sementara salah satu dari kalian ada yang memiliki bibit kurma, maka jika ia mampu, jangan berdiri sehingga ia menanamnya. Maka lakukanlah!” (HR Ahmad)

Tidak berhenti di sana, Nabi Muhammad SAW juga mengajak kita hemat energi, tidak menghamburkannya meski energi tersebut diperuntukkan ibadah dan melimpah. Dalam sabdanya :


أنَّ النَّبيَّ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ مرَّ بسَعدٍ وَهوَ يتوضَّأُ ، فقالَ : ما هذا السَّرَفُ يا سَعدُ ؟ قالَ : أفي الوضوءِ سَرفٌ قالَ : نعَم ، وإن كنتَ على نَهْرٍ جارٍ (رواه أحمد)

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam pernah melewati Sa’ad yang sedang ber-wudhu’. Lalu beliau mengatakan padanya, ‘Mengapa berlebihan seperti ini wahai Sa’ad?” Sa’ad menjawab, ‘Apakah dalam wudhu’ juga ada berlebihan?’ Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam menjawab, ‘Ya. Bahkan meskipun kamu berada di sungai yang mengalir’.”(HR Ibnu Majah dan Ahmad)

Ketika lingkungan dalam kondisi mengenaskan, momen memperingati maulid Nabi Muhammad SAW, tidak hanya mengenang akhlaknya terhadap sesama manusia, melainkan juga memperdalam budi pekerti Nabi Muhammad SAW terhadap bumi.
Karena bila bumi lenyap, di mana lagi kita akan memelihara, menyebar, melantunkan ajaran, mengisahkan kisah kekasih Tuhan yang paling dikasihi itu? (Ilham Fikri, ed: Nashih)



5 Contoh Keteladanan Akhlak Rasulullah SAW Terhadap Sesama

Rasulullah Muhammad SAW adalah sosok teladan sepanjang masa. Keteladanan Nabi Muhammad SAW tercermin dalam setiap lini kehidupan sehari-hari.

Teladan agung Nabi Muhammad SAW telah dijelaskan dalam firman Allah SWT pada surat Al-Ahzab ayat 21 berikut ini:


كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS Al Ahzab ayat 21)
Melalui kitab Shafat ash-Shafwah, Imam Abul Faraj Abdurrahman bin Al Jauzi, menjelaskan contoh keteladanan Rasulullah Muhammad SAW dalam lima aspek kehidupan. Penjabarannya sebagai berikut:

Tidak pernah sombong
Kerendahan hati merupakan sifat karakter yang sangat penting dimiliki setiap orang, karena sifat ini melahirkan berbagai sikap luhur dan menenangkan kehidupan masyarakat. Seperti yang disampaikan Nabi Muhammad SAW, beliau selalu rendah hati kepada siapapun dan tidak pernah menyombongkan diri bahkan atas kehormatan dan keistimewaannya.

Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam sabda Nabi SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatka Bukhari.


عَنْ عُمَرَ بن الخطاب – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تُطْرُونِي كَمَا أَطْرَتْ النَّصَارَى عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ عَلَيْهِ السَّلَام فَإِنَّمَا أَنَا عَبْد، فَقُولوا: عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ

Dari Umar bin Khattab RA, dia berkata: “Rasulullah SAW bersabda, “Jangan goda aku (juga) karena orang-orang Nasrani menyanjung Isa bin Maryam, karena sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba. Maka sebutlah (kamu) hamba Allah dan Rasul-Nya.” (HR Bukhari)

Kedua, lemah lembut

Akhlak mulia Rasulullah SAW dikenal memiliki akhlak yang paling mulia untuk dijadikan teladan bagi umatnya. Akhlaknya yang paling mulia selalu menyertakan pendapat yang baik, dia tidak pernah melakukan hal-hal buruk, berperilaku kasar, dan tidak pernah berteriak.

Apalagi Rasulullah SAW tidak pernah membalas perbuatan buruk yang menimpanya kepada siapapun. Bahkan, dia mendoakan orang yang menyakitinya dengan hal-hal yang baik. Sebagaimana dijelaskan dalam riwayat berikut:


عن أبي عبد الله الجَدَلِي قال: سألتُ عائشة -رضي الله عنها-، عن خُلُق رسول الله -صلى الله عليه وسلم- فقالت: «لم يكن فاحِشًا ولا مُتَفَحِّشًا ولا صَخَّابًا في الأسواق، ولا يَجْزي بالسيئةِ السيئةَ، ولكن يَعْفو ويَصْفَح».

Dari Abu Abdilah al-Jadali RA dia berkata, “Saya berkata kepada Aisyah, ‘Bagaimana sikap Nabi terhadap keluarganya?’ Aisyah menjawab, “Dia adalah orang yang paling terpuji. Rasulullah tidak pernah bersikap dengan buruk, kasar atau berteriak di tengah pasar. Dia tidak akan membalas kejahatan dengan kejahatan. Tapi dia memaafkan dan memaafkan hal-hal buruk yang ditujukan kepadanya secara pribadi.” (HR Imam Ahmad)

Ketiga, tipe pecinta semua

Kecintaan Nabi Muhammad SAW terlihat dari sifat-sifatnya yang sangat mulia. Beliau dikenal lemah lembut terhadap para sahabatnya. memaafkan mereka dan meminta kepada Allah SWT untuk mengampuni dosa dan kesalahan mereka, Nabi juga sangat mengenal anak-anak.
Dikatakan bahwa ketika Nabi Muhammad SAW sedang berdoa, dia mendengar seorang anak kecil menangis dan menjadi khawatir tentang anak itu. Nabi kemudian mempercepat shalatnya karena mengetahui bahwa ibunya pasti sangat khawatir dengan tangisan putranya.


عن عبدالله ابن أبي قتادة الأنصاري، عن أبيه قال قال رسولُ الله ﷺ
إنِّي لَأَقُومُ إلى الصَّلَاةِ وأَنَا أُرِيدُ أنْ أُطَوِّلَ فِيهَا، فأسْمَعُ بُكَاءَ الصَّبِيِّ، فأتَجَوَّزُ في صَلَاتي كَرَاهيةَ أنْ أشُقَّ علَى أُمِّهِ

Dari Abu Qatadah Al-Anshari dari ayahnya RA, Rasulullah SAW bersabda, “ “Sesungguhnya aku mengerjakan sholat dan berniat melakukannya dalam waktu yang lama. Tetapi aku mendengar seorang anak kecil menangis maka aku mempercepat shalat. Karena aku tahu bahwa ibunya pasti sangat sangat khawatir tentang tangisan putranya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Keeempat, toleran

Sifat pemurah Rasulullah selanjutnya yang harus dimiliki setiap Muslim adalah selalu bersikap toleran. Kualitas ini membuat seseorang taat kepada Allah SWT semaksimal mungkin. Misalnya, kesabaran dalam menghadapi cobaan atau kejadian yang tidak menyenangkan dan kemampuan untuk menerimanya dengan sepenuh hati.


عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ: “كُنْتُ أَمْشِي مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآله وسَلَّمَ، وَعَلَيْهِ بُرْدٌ نَجْرَانِيٌّ غَلِيظُ الحَاشِيَةِ، فَأَدْرَكَهُ أَعْرَابِيٌّ فَجَبَذَهُ بِرِدَائِهِ جَبْذَةً شَدِيدَةً، حَتَّى نَظَرْتُ إِلَى صَفْحَةِ عَاتِقِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ قَدْ أَثَّرَتْ بِهَا حَاشِيَةُ البُرْدِ مِنْ شِدَّةِ جَبْذَتِهِ، ثُمَّ قَالَ: يَا مُحَمَّدُ، مُرْ لِي مِنْ مَالِ اللهِ الَّذِي عِنْدَكَ. فَالْتَفَتَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ ضَحِكَ، ثُمَّ أَمَرَ لَهُ بِعَطَاءٍ”.

Dari Anas bin Malik RA, dia berkata, “Saya pernah berjalan dengan Rasulullah, yang pada waktu itu mengenakan sorban dari daerah Najran, yang tebal bahannya. Kemudian seseorang dari desa mengikutinya, penduduk badui itu menarik sorbannya begitu keras hingga aku melihat bekas luka di sisi leher Nabi karena gaya tarik-menarik. Kemudian badui itu berkata, “Wahai Muhammad, berilah aku kekayaan Allah yang kamu miliki!” Rasulullah SAW menoleh dan tertawa. Dia memerintahkan untuk memberikan kepada badui hadiah.” (HR Bukhari dan Muslim)

Kelima, dermawan

Kedermawanan Rasulullah SAW dikenal dengan kebesaran dan kedermawanan jiwanya. Memberikan sesuatu dari Allah SWT tanpa keegoisan dan kemunafikan. Kisah kedermawanannya diceritakan dalam banyak hadits, salah satunya adalah hadits berikut ini:


عن أنس بن مالك رضي الله عنه: أن رجلًا سأل النبي صلى الله عليه وسلم غنمًا بين جبلين، فأعطاه إياه، فأتى قومه فقال: أيْ قومِ، أسلموا، فوالله إن محمدًا ليعطي عطاءً ما يخافُ الفقر،

Dari Anas bin Malik RA dia berkata, “Seorang pria mendatangi Nabi SAW dan meminta kambing yang jumlahnya sama dengan jarak antara dua gunung, maka beliau memberikan apa yang dia minta. Si pria lantas pulang ke kaumnya dan berkata, “Wahai umatku, masuklah ke agama Islam, karena Muhammad akan memberimu hadiah yang tidak akan kamu inginkan lagi khawatir jatuh miskin.” (HR Muslim).

(Siti Nurmah Putriani, ed: Nashih)



Pelukan Terakhir Ibunda Aminah untuk Muhammad SAW dalam Balutan Novel

Oleh: Dr Mujahidin Nur Lc MA, anggota Komisi Infokom MUI, penulis novel best seller “Pelukan Terakhir Ibunda Aminah”

Panas matahari sedang memuncak. Cuaca seakan sedang mengamuk. Angin menghembuskan hawa panas yang membakar dibarengi sinar matahari yang menjilat-jilat permukaan bumi. Unta-unta pun merendahkan kepala dan lehernya ke tanah, berlindung dari angin yang membakar dan menghamburkan debu-debu.

Ditengah terik yang begitu menyengat Aminah, didampingi Muhammad dan Barakah siang itu meninggalkan Yatsrib sesudah berjiarah ke makam suaminya Abdullah. Beberapa lama sesudah perjalanan mereka lalui, tiba-tiba Aminah merasakan sakit yang menusuk-nusuk dada. Ia menoleh pelan ke arah pembantunya, Barakah dan berkata dengan lirih, “Ini adalah perjalanan yang panjang, wahai Barakah.”

Pada mulanya Barakah hanya terdiam. Ia tidak mengerti apa yang dimaksud tuan putrinya. Dengan tersenyum simpul, ia menjawab, “Ini adalah jalan yang telah kita lewati sejak sebulan yang lalu, Tuan putriku. Aku pikir tidak ada satu pun yang berubah. Kita telah menempuh jarak dua marhalah, masih tersisa delapan marhalah lagi. Dengan kehendak Allah, kita akan melewatinya dan sampai ke Makkah dengan selamat.”

Beberapa saat suasana hening. Kafilah kecil ini kembali berjalan menyusuri gurun pasir yang tandus. Tiba-tiba Aminah merasakan sakit di dadanya semakin dahsyat dan menjadi-jadi. Sambil menahan rasa sakit yang makin tak terperi itu ia berkata kepada Barakah dengan suara sedih, “Tidak, wahai Barakah. Perjalanan ini akan menjadi perjalanan panjang yang tiada akhir.”

Pandangan matanya mulai lemah. Kepalanya pening. Kemudian pelan-pelan Aminah menoleh memandangi putranya tercinta, Muhammad SAW. Ia berkata dengan lembut dan penuh kasih-sayang, “Bagaimana denganmu, wahai Muhammad SAW?” sesudah mengatakan itu tiba-tiba mata Aminah terpejam pelan.

Muhammad SAW menoleh ke arah ibunya. Tatapan mata Muhammad SAW yang tajam bisa menyingkap betapa rasa sakit yang sedang diderita oleh ibunya tercinta. Tiba-tiba dada Muhammad SAW bergemuruh, hatinya merasakan kepedihan yang tiada tara. Ia mendekap ibunya kuat-kuat sambil berkata, “Ada apa, ibuku? Buka matamu dan lihatlah aku. Bicaralah kepadaku, Ibu!” Namun perempuan mulia itu tetap diam. Ia terkulai lemas dengan mata terpejam.

Muhammad SAW segera mengambil air kemudian mengalirkannya ke kedua telapak tangannya yang mungil, perlahan ia mengusap wajah ibunya, lalu ia menggapai tangan ibunya sambil mencoba membangkitkannya. Barakah yang berada disampingnya berusaha untuk membantu Muhammad SAW dengan rasa sedih yang menggelora. Namun Aminah tak juga bangkit dan tidak pula membuka kedua matanya. Ia masih terbujur di atas sekedup dengan napas terengah-engah. Muhammad SAW berteriak-teriak panik. Sedangkan Barakah menampari kedua pipinya.

Melihat Aminah terbujur dan kepanikan Muhammad SAW serta Barakah, Kafilah pun berhenti. Para tabib segera bertindak mengobati Aminah. Mereka berusaha menyelamatkan bidadari kafilah dan cahayanya yang terang. Aminah seorang figur agung yang mempunyai hati yang lembut, kecerdasan pikiran, dan keindahan jasmani.

Hati mereka teriris-iris menyaksikan Aminah dan anak kecilnya yang meratap. Sesudah beberapa lama mereka berusaha, tiba-tiba mereka terdiam. Wajah mereka pucat pasi. Dari sudut mata mereka butiran-butiran bening menetes pelan menyusuri pipi. Mereka merasakan kesedihan dan penyesalan yang sangat hebat karena tidak dapat menyembuhkannya. Mereka tertunduk diam tanpa kata, mengalirkan air mata, berpikir apa yang akan dapat mereka perbuat saat takdir Tuhan menjemput.

Ketika hati masing-masing dilanda kakalutan yang hebat, tiba-tiba Aminah terlihat membuka matanya. Wajah Muhammad SAW, Barakah, dan rombongan kafilah seketika berhias cahaya kebahagiaan. Dengan tatapan yang lembut Aminah memandangi Barakah, sesudah itu bibirnya berusaha mengatakan sesuatu disela-sela napasnya yang terengah-engah, “Muhammad SAW, wahai Barakah! Aku tinggalkan ia di bawah penjagaanmu,” ujarnya dengan nada berat.

Sesudah menyelesaikan kalimatnya Aminah kemudian menoleh ke arah putranya dan berkata dengan suara amat lirih, “Aku titipkan engkau kepada Allah, wahai anakku, Zat yang menghendakkimu sendirian tanpa ayah dan ibu semata-mata karena hal yang di ketahui oleh-Nya. Dialah zat yang Mahapemurah. Dia akan menjaga serta melindungimu dengan kasih sayang ayah dan ibumu.”

Kembali Aminah menoleh ke pembantunya. Dengan tatapan lemah ia kembali mengulangi perkataanya kepada Barakah, “Muhammad, wahai Barakah! Engkau akan menggantikanku sebagai ibunya. Jagalah ia! Kembalilah ke Makkah bersamanya dan serahkan ia kepada kakeknya, Abdul Muthalib. Bukalah kedua matamu lebar-lebar. Awasi para penjahat yang selalu berkerumunan di sekitarnya di perkampungan bani Sa’ad dan Yastrib.”

Kemudian Aminah menoleh kembali ke arah putranya, ia merasa ajalnya semakin dekat. Dengan detak jantung yang naik turun, ia berkata, “Tuhan telah memanggilku, Anakku, dan aku akan memenuhi panggilannya. Aku tidak bisa menunda lagi. Tuhan menghendaki aku berbaring didekat ayahmu, untuk selamanya, seperti yang aku harapkan. Jangan kau lupakan ibumu yang di semayamkan di tengah-tengah padang pasir. Jangan kau lupakan ayahmu yang terbaring di Yastrib. Berhentilah sejenak untuk mendoakan kami ketika engkau sedang melakukan perjalanan ke negeri Syam dengan membawa perniagaanmu yang besar, juga saat engkau kembali dari sana. Roh kami selalu bersamamu Muhammad, di saat engkau pergi dan pulang. Kami akan bahagia saat engkau berdiri di sisi kuburan, menyampaikan salam kepada kami. Ibumu dan juga ayahmu, Wahai Muhammad SAW!”

Mulut yang fasih itu tiba-tiba terkatup. Kata-kata pun terputus. Tak ada lagi suara yang penuh belas kasih. Muhammad SAW berteriak-teriak histeris. Betapa tidak kesedihan sesudah berjiarah dan menyaksikan pusara ayahnya, Abdullah ternyata bertambah dengan perpisahan yang harus ia rasakan karena kepergian ibunya tercinta, Aminah, untuk selama-lamanya. Muhammad SAW menangis tegugu-gugu membuat semua orang yang mendengarnya larut dalam mahaduka yang mendalam. Barakah yang berada disampingya tak kalah sedih dengan yang dirasakan Muhammad SAW.

Ia menangis tersedu-sedu dan menumpahkan semua air matanya ditengah gurun pasir yang tandus. Seluruh kafilah berkumpul mengitari Aminah, kedukaan merajai suasana dan menggenangkan air mata mereka. Tangisan si kecil Muhammad yang kini yatim piatu, sendiri, tanpa ayah dan ibu menghancurkan hati mereka berkeping-keping.

Sesudah kesedihan yang mereka rasakan sedikit berkurang. Mereka kemudian mengurusi jenazah Aminah. Ketika mata mereka secara seksama menyaksikan wajah Aminah mereka melihat cahaya terang, dan menemukan senyum lebar di bibirnya. Mereka bertanya-tanya tentang keindahan dan keagungan yang belum pernah mereka saksikan ini.

Setelah Barakah menciumi Aminah dengan tangis dan isak, ia membungkus jasadnya dengan kain kafan, lalu menyerahkannya kepada kafilah. Mereka pun membawanya ke liang lahat yang telah mereka persiapkan di tengah padang pasir Abwa’. Di sana, menaruh jasad suci itu, lalu menuruknya dengan tanah. Sejenak mereka berdiri di sisi depan kuburan, menangis, berdoa, dan memintakan rahmat.

Setelah itu, mereka kembali ke tunggangan masing-masing, berjalan ke kota Makkah dalam diam. Hati mereka tersayat-sayat oleh tangis si kecil yang merengek-rengek serta meminta agar di kembalikan kepada ibunya dan di tinggalkan sendirian di samping kuburannya. Barakah pun tidak berhenti meratap. Ia memeluk Muhammad SAW dengan kedua lengannya. Bersama si kecil, ia menaiki unta Aminah dan meninggalkan unta yang lain berjalan di sampingnya. Setelah meninggalkan Aminah di tengah padang pasir tanpa harapan untuk kembali bertemu, seluruh kafilah berjalan dengan hati teriris-iris. Muhammad SAW dan Barakah tangis mereka pecah disepanjang jalan menuju kota Makkah.*

Tag:
Maulid nabi, rasulullah, muhammad, ibu rasulullah, ibunda nabi, aminah, lahirnya muhammad, kota makkah, lahirnya nabi



Momentum Maulid Nabi SAW, Sekjen MUI: Refleksi Perbaikan Akhlak

JAKARTA— Hari ini, Sabtu (8/10/2022), bertepatan dengan 12 Rabiul Awal 1444 Hijriyah, sebagai hari lahirnya Nabi Muhammad SAW.

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tidak hanya sebagai ritual yang bersifat rutinitas setiap tahun, tetapi harus dimaknai dari substansi kelahiran seorang pemimpin yang telah berhasil mengubah tatanan dunia.

Perubahan tersebut berhasil dilakukan dengan mengubah masa lalu yang disebut zaman jahiliyah ke zaman kehidupan yang membangun peradaban manusia sebagai bagian dari pemimpin yang meneruskan risalah Nabi Muhammad SAW melalui dakwah amar makruf nahi mungkar.

‘’Salah satu substansi risalah yang dibawa Nabi Muhammad SAW mengubah perilaku manusia yang lebih baik yang sering kita sebut akhlakul karimah,’’ kata Buya Amirsyah Tambunan saat dihubungi MUIDigital, Sabtu (8/10/2022).

Buya Amirsyah Tambunan menjelaskan, keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam merubah akhlak manusia pada saat itu dilakukan dengan keteladanan yang dimilikinya. Kemudian hal tersebut berhasil membentuk kehidupan manusia yang berperadaban.

Apalagi, jelasnya, Nabi Muhammad SAW memiliki visi kerasulan untuk mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam (Islam rahmatan lil ‘alamin).

Menurutnya, hal ini sangat relevan dengan misi Nabi Muhammad SAW yang membawa risalah dan menjadi contoh yang baik bagi semua makhluk di muka bumi.

‘’Tantangan yang dihadapi saat ini sangat relevan dengan misi yang dibawa Nabi Muhammad yaitu akhlakul karimah. Manusia yang tidak berhasil mengubah perilaku akan menjadi sebuah peradaban yang mundur atau yang disebut degradasi,’’ ujarnya.

Buya Amirsyah menyebut Rasulullah SAW merupakan sosok pemimpin yang tiada bandingnya dengan tokoh di permukaan bumi ini. Hal ini tercermin dari akhlak mulia yang dimilikinya, sehingga menjadi teladan bagi umat manusia.

‘’Oleh karena itu, diharapkan keteladanan ini bisa dijadikan bagian dari hikmah Maulid Nabi Muhammad SAW. Qudwah hasanah Beliau diakui bukan sebatas di kalangan dunia Islam, tapi juga di seluruh penjuru dunia,’’ kata dia.

Buya Amirsyah menerangkan bahwa peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dapat disebut sebagai ibadah aktual (ghairu-mahdhah) yang baik dan positif (bidah hasanah).

Peringatan ini, kata Buya Amirsyah, pada hakikatnya bukan sekadar perayaan yang bersifat seremonial, melainkan harus mampu memperkuat kembali sosok dan perilaku (akhlak) Nabi Muhammad SAW yang sangat mulia itu pada diri manusia, khususnya yang beragama Islam.

‘’Semua itu bermuala pada perilaku. Jadi semakin baik akhlaknya maka semakin baik keyakinan, muamalahnya, ibadahnya, begitu juga yang lain-lain. Aspek ini sangat penting ini,’’ kata dia. (Saddam Al-Ghifari, ed: Nashih)



Inilah Agenda Haul Mursyid KH. Ngali Hasyim Punggur Lampung Tengah ke-XIII

inilah-agenda-haul-mursyid-kh.-ngali-hasyim-punggur-lampung-tengah-ke-xiii

Lampung Tengah: Bertempat di komplek Pondok Pesantren Dusun Sidorahayu, Kampung Sidomulyo, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung, hari ini, Sabtu (8/10/2022) pagi digelar agenda istimewa yakni Dzikrul Maulid Nabi Muhammad SAW dan Haul Akbar Syaikh Maulana Muhammad Bahaudin Annaqsabandy sekaligus Haul Mursyid KH. Ngali Hasyim ke-XIII.

Hal tersebut disampaikan Sekretaris Panitia Haul Mursyid KH. Ngali Hasyim ke-XIII, Kiai Ahmad Khoirudin disela-sela acara tersebut, Sabtu (8/10/2022) pagi.

Ketua MWC NU Punggur ini menambahkan, ribuan muslim umumnya, khususnya warga nahdliyyin hadir dalam puncak acara hari ini, sejak kemarin para tamu sudah mulai berdatangan, wali santri, dan juga para alumni Pondok Pesantren Baitul Mustaqim yang tersebar diseluruh pelosok provinsi Lampung dan provinsi lainnya.

Berikut agenda Dzikrul Maulid Nabi Muhammad SAW dan Haul Akbar Syaikh Maulana Muhammad Bahaudin Annaqsabandy sekaligus Haul Mursyid KH. Ngali Hasyim ke-XIII meliputi :

Hari Jum’at (malam), 7 Oktober 2022 / 11 Robiul Awwal 1444 H
Sema’an Al Qur’an dan pertemuan/silaturahmi/musyawarah mursyid, badal serta pengurus thariqoh

Hari Sabtu (pagi), 8 Oktober 2022 / 12 Robiul Awwal 1444 H
Pembacaan Maulid Al Barzanji, pembacaan manaqib Syaikh Maulana Muhammad Bahaudin Annaqsabandy, dan Istighotsah kubro serta mau’idloh hasanah akan disampaikan KH. Syarif Rahmat, M.A – Pondok Cabe Ilir, Pamulang, Tanggerang Selatan, Provinsi Banten.

Hari Sabtu (malam), 8 Oktober 2022 / 12 Robiul Awwal 1444 H
Pagelaran wayang kulit dengan Ki Dalang Agus Manteb dari Gisting Bawah, Tanggamus. (Akhmad Syarief Kurniawan)







Deklarasi Dai Jawa Timur Satukan Gerakan Dakwah di Masyarakat

deklarasi-dai-jawa-timur-satukan-gerakan-dakwah-di-masyarakat

Surabaya, MUIJatim.or.id Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat konsolidasi dengan para dai daiyah di Jawa Timur untuk mempersatukan umat dalam kegiatan Diseminasi Laporan Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia dan Multaqa Duat Jawa Timur di Surabaya, Kamis (08/09/2022). Kegiatan ini dirangkai dengan dekarasi dai untuk dakwah menyatukan dan memperkokoh umat dalam kebinekaan. Ketua MUI Pusat, KH Cholil […]

Artikel Deklarasi Dai Jawa Timur Satukan Gerakan Dakwah di Masyarakat pertama kali di publikasikan oleh MUI Jatim.



HIKMAH HALAQAH: Perintah Rapatkan Shaf Dalam Shalat

hikmah-halaqah:-perintah-rapatkan-shaf-dalam-shalat

Makassar, muisulsel.com – Setelah Rasulullah saw melakukan Isra dan Mi’raj yang diperjalankan oleh Allah swt hingga ke atas Arasy, di situlah perintah melaksanakan shalat fardhu diwajibkan untuk umat Islam.

Di dalam pelaksanaan shalat wajib, ada banyak hal-hal yang harus diperhatikan termasuk juga diantaranya sunah-sunah yang perlu dilakukan sebelum melaksanakan shalat. Salah satu diantaranya adalah merapatkan shaf.

Rasulullah saw memerintahkan kepada kita jika dalam melaksanakan shalat fardhu secara berjamaah, salah satu hal yang harus diperhatikan adalah merapatkan shaf. Rasul sangat melarang kepada kita apabila dalam shalat jamaah, shafnya ada yang tidak bagus atau tidak lurus atau tidak rapat dan itu bukan tanpa alasan. Hal itu berpengaruh dalam kehidupan bermasyarakat.

Sebuah hadis dari Anas bin Malik menyebutkan tentang perintah merapatkan shaf bahwa Rasulullah bersabda, “Sawwu shufufakum fainna taswiatas shaffi min tamaamis shalah” (Rapatkanlah shaf-shaf kalian karena sesungguhnya shaf yang rapat adalah bagian dari kesempurnaan shalat). Anas bin Malik pun melihat para jamaah saling merapatkan bahu dan kakinya.

Akan tetapi, hal ini sedikit bertentangan saat masa pandemi beberapa waktu yang lalu, di mana kita diperintahkan untuk menjaga jarak dalam shalat sedangkan masjid adalah tempat yang suci dan jamaah masuk ke dalam masjid dalam keadaan suci pula.

Lalu, apa Hikmah dibalik perintah untuk merapatkan shaf dalam shalat?, Apa dampak yang akan kita rasakan di dalam merapatkan shaf shalat untuk kehidupan bermasyarakat kita?.(NAP)

Simak Rahasianya dalam ulasan video lengkap berikut ini

The post HIKMAH HALAQAH: Perintah Rapatkan Shaf Dalam Shalat appeared first on MUI Sul Sel.



Opini: PERINGATAN MAULID NABI MERUPAKAN EKSPRESI KEBAHAGIAAN

opini:-peringatan-maulid-nabi-merupakan-ekspresi-kebahagiaan

PERINGATAN MAULID NABI MERUPAKAN EKSPRESI KEBAHAGIAAN
Prof. H. Wan Jamaluddin Z, M.Ag., P.hD
Rekor UIN Raden Intan Lampung

Maulid Nabi adalah hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, sang pembaharu dan pembawa reformasi bagi kehidupan manusia yang sesuai harkat dan martabatnya sebagai Khalifah, dan bukan kedzaliman yang merajalela sebagaimana kehidupan Jahiliyah. Beliau dilahirkan pada hari senin tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah, karena pada masa itu belum adanya tahun Hijriyah, sehingga setiap nama tahun dinisbatkan pada kejadian yang ada, yang mana pasukan Raja Abrahah dengan mengendarai gajah ingin berupaya menghancurkan Ka’bah, namun atas ijin Allah yang berkehendak lain, hingga Allah mengutus burung Ababil dengan membawa batu dari neraka yang dilemparkan kearah pasukan gajah, hingga pasukan tersebut binasa seperti daun yang dimakan ulat.
Secara historis bahwa Nabi Muhammad SAW, dilahirkan di Makkah, oleh seorang Ibu bernama Aminah dan Ayahnya Abdullah, yang membawanya keliling Ka’bah setelah kelahirannya, sebagai wujud rasa cintanya seorang kakek atas kelahiran cucunya yang Yatim, karena ditinggal oleh ayahnya dimasa beliau dalam kandungan, hingga diberinya nama Muhammad yang berarti mulia, sebuah nama yang dipakai sebagai nama kehormatan pada saat itu di kota Makkah.
Adapun Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, adalah sebuah peringatan untuk mengingatkan kita kepada sesok Nabi yang selama ini kita teladani yang baiik (uswatun hasanah) .
Sejatinha bahwa Nabi Muhammad SAW, selama hidupnya tidaklah pernah memperingati hari kelahirannya, meskipun demikian beliau selalu mensyukuri pada hari kelahirannya dengan cara melaksanakan ibadah puasa pada hari senin, sebagai hari yang istimewa.
Dari realita ini, maka setidaknya kita sebagai umatnya untuk turut serta memandang bahwa peringatan Maulid Nabi adalah sesuatu yang baik dan membawa kebaikan bagi umat Islam, adapun point penting yang dapat kita ambil adalah, Pertama, bahwa Nabi Muhammad adalah sesosok Nabi yang kita teladani, sehingga memperingati hari kelahirannya sangatlah banyak uswah hasanah yang dapat kita penting, mulai dari bagaimana keteladan ibunya yang telah merawat saat kehamilannya, bagaimana kebahagiaan kakeknya atas kelahirannya, hingga nampak adanya tanda-tanda kenabiah beliau dalam sejarah yang ada.
Kedua, dilahirkannya manusia di muka bumi ini adalah dalam keadaan fitrah, sehingga orang tua menjadi penentu bagi keyakinan anaknya, apakah akan menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi, sedangkan keimanan yang kita miliki dan melekat pada diri kita yaitu ajaran Islam haruslah kita syukuri, sehingga dikatakan bahwa seorang anak dilahirkan dalam keadaan fitrah adalah seperti halnya kertas putih yang belum terwarnai atau tercoret oleh warna sedikitpun. Ketiga, bahwa Peringatan Maulid Nabi adalah awal tonggak sejarah dimana agama Islam lahir di muka bumi ini sebagai risalah yang menyempurnakan risalah-risalah sebelumnya, karena agama Islam datang bukanlah di ruang yang kosong, melainkan telah ada aturan atau ajarah yang telah melekat pada umat sebelumnya, sehingga dikatakan bahwa ajaran Islam bukanlah syariat baru, melainkan syariat penyempurna atas syariat-syariat sebelumnya.
Pelajaran besar yang dapat kita petik dalam Peringatan Maulid Nabi adalah bahwa ajaran Islam ada yang bersifat perintah beserta tata cara pelaksanaannya, seperti ibadah shalat yang harus dijalani lima waktu dalam sehari, puasa wajib pada bulan ramadhan, sehingga tidak hanya waktu, melainkan juga tatacara pelaksanaannya, dan ada pula ajaran Islam yang diperintahkan dan tidak terikat atas perintahnya salah tata cara pelaksanaannya, misalnya perintah dzikir yang dapat dilakukan kapan saja, baik dalam keadaan berdiri, duduk maupun berbaring.
Peringatan nama termasuk katagori sebuah tradisi yang kita jalani dengan harapan mengharapkan keberkahan dan ridha pada Allah Ta’ala, dengan ekspresi yang berbeda-beda dalam pelaksanaannya, hingga kita sadar akan kebenaran Allah dan Rasul-Nya.
Dengan peringatan Maulid Nabi ini, semoga kita semua senantiasa diingatkan untuk bersama-sama mengekspresikan kebahagiaan kita dengan cara memperingati Maulid Nabi yaitu hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, agar keberkahan dan rahmahnya senantiasa menjadi tauladan bagi kita semua, Amin.







Di Festival Ekonomi Syariah, LPPOM MUI Jatim Sosialisasikan Prosedur Pengurusan Sertifikat Halal

di-festival-ekonomi-syariah,-lppom-mui-jatim-sosialisasikan-prosedur-pengurusan-sertifikat-halal

SURABAYA – Bank Indonesia (BI) kembali menggelar Festival Ekonomi Syariah (Fesyar). Ajang ini merupakan rangkaian kegiatan menuju perhelatan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) dan bentuk dukungan BI terhadap visi Indonesia sebagai pusat pengembangan ekonomi dan keuangan syariah dunia. Opening Ceremony Fesyar untuk Regional Jawa pada tahun 2022 dilaksanakan di Atrium Tunjungan Plaza 6, Surabaya, Kamis […]

Artikel Di Festival Ekonomi Syariah, LPPOM MUI Jatim Sosialisasikan Prosedur Pengurusan Sertifikat Halal pertama kali di publikasikan oleh MUI Jatim.



GORESAN HATI: Kewajiban Istri Terhadap Suami

goresan-hati:-kewajiban-istri-terhadap-suami

Makassar, muisulsel.com – Beberapa Kewajiban Istri Terhadap Suaminya;

1. Taat dipimpin seperti taatnya warga pada pemimpin negara

قَالَ الله تَعَالَى: { اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ ۗ} [النساء: 34].

Laki-laki (suami) adalah penanggung jawab atas para perempuan (istri) karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari hartanya.

2. Tidak menolak bila diajak bermuasyarah

(إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امرَأتَهُ إِلَى فرَاشِهِ فَلَمْ تَأتِهِ، فَبَاتَ غَضْبَانَ عَلَيْهَا، لَعَنَتْهَا المَلائِكَةُ حَتَّى تُصْبحَ)). مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

Jika seorang suami mengajak istrinya mendatangi tempat tidur, dan istrinya menolaknya maka ia dikenai murka dan ia dilaknat oleh Malaikat hingga pagi hari.

3. Tidak bermuamalah kecuali izin suami dan tidak berinteraksi dengan orang dibenci suaminya

لا يَحِلُّ لامْرَأةٍ أنْ تَصُومَ وزَوْجُهَا شَاهدٌ إلا بإذْنِهِ، وَلا تَأذَنَ في بَيْتِهِ إلا بِإذنِهِ)). مُتَّفَقٌ عَلَيهِ

Tidak dibenarkan seorang istri berpuasa sunnah saat bersama suaminya kecuali setelah mendapat izin dari suaminya.

4. Menjaga dan mengurusi barang dan amanah suaminya

، وَالمَرْأةُ رَاعِيةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجها وَوَلَدهِ، فَكُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ)). مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.

Seorang istri adalah pengayom dan pelindung rumah dan anak-anaknya. Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kepemimpinan kalian akan dimintai pertanggungjawaban.

5. Tulus memuliakan suami diatas semua manusia, kecuali Rasul saw

لَوْ كُنْتُ آمِرًا أحَدًا أنْ يَسْجُدَ لأحَدٍ لأمَرْتُ المَرأةَ أنْ تَسْجُدَ لزَوجِهَا. رواه الترمذي

Andaikan boleh sujud kepada seorang manusia, niscaya aku perintahkan istri bersujud kepada suaminya.

6. Selalu ridha pada kondisi selama suami tetap di jalan Ridha Allah.

((أيُّمَا امْرَأةٍ مَاتَتْ، وَزَوْجُهَا عَنْهَا رَاضٍ دَخَلَتِ الجَنَّةَ)). رواه الترمذي

Jika seorang istri meninggal dunia, dan suaminya ridha terhadapnya maka tempatnya adalah surga.

7. Bertutur kata yang baik dan halus pada suami

: ((لا تُؤْذِي امْرَأةٌ زَوْجَهَا في الدُّنْيَا إلا قَالَتْ زَوْجَتُهُ مِنَ الحُورِ العِينِ لا تُؤذِيهِ قَاتَلكِ اللهُ ‍!

 فَإِنَّمَا هُوَ عِنْدَكِ دَخِيلٌ يُوشِكُ أنْ يُفَارِقَكِ إِلَيْنَا)). رواه الترمذي

Jika seorang istri menyakiti suaminya, maka para bidadarinya akan berkata. Jangan engkau ganggu dia, sebab Allah akan murka kepadamu. Sungguh suamimu itu hanyalah tamumu, dan tak lama lagi ia akan kembali dan datang kepada kami.

8. Tidak memprovokasi suami pada hal yang tidak halal

((مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً هِيَ أضَرُّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّساء)). مُتَّفَقٌ عَلَيهِ

Cobaan terberat yang akan kalian hadapi sepeninggalku wahai para lelaki, adalah cobaan terhadap wanita. 

9. Selalu patuh keputusan final suami selama itu di jalan Allah Swt.

: ((إِذَا دَعَا الرَّجُلُ زَوْجَتهُ لحَاجَتِهِ فَلْتَأتِهِ وَإنْ كَانَتْ عَلَى التَّنُور)). رواه الترمذي

Jika seorang suami mengajak istrinya, hendaklah si istri memenuhi ajakan suaminya meskipun ia sedang berada di depan perapian. (sangat sibuk).

Istri yang menjalankan semua kewajiban ini, merekalah yang dikategorikan pendamping suami yang mulia dan setia. (NAP)

والله اعلم

The post GORESAN HATI: Kewajiban Istri Terhadap Suami appeared first on MUI Sul Sel.



BSI Salurkan Dana Bantuan Program Keumatan Melalui MUI

JAKARTA-Bank Syariah Indonesia (BSI) menyalurkan bantuan program keumatan melalui Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebesar Rp 5 Miliar.

Bantuan tersebut diserahkan langsung secara simbolik oleh Direktur Utama BSI Hery Gunardi kepada Wakil Ketua Umum MUI KH Marsudi Syuhud.

Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatakan, tujuan dari bantuan dana keumatan melalui MUI ini karena MUI dan BSI memiliki tujuan yang sama untuk mengayomi masyarakat dan umat agar lebih baik dan sejahtera.

“BSI juga sama lembaga keuangan atau bank yang memang tujuannya ingin meningkatkan kesejahteraan nasabahnya, masyarakat dan umat. Itu tujuan dari kerja sama, dan mempererat hubungan baik,” kata Direktur Utama BSI, di Aula Buya Hamka, Gedung MUI, Jakarta Pusat, Jumat (7/10/2022).

Selain itu, Hery Gunardy menyebut bahwa MUI merupakan stake holder utama dari BSI. Sehingga, hubungan antara MUI dan BSI untuk mengayomi masyarakat dan umat harus lebih baik.

Apalagi, kata Hery, beberapa pengurus BSI yang berada di Dewan Komisaris dan Dewan Pengawas Syariah berasal dari pengurus MUI.

BSI, ujarnya, melalui DSN MUI sangat membutuhkan fatwa-fatwa, baik yang sudah ada maupun fatwa baru dalam rangka menjalankan bisnis dan mengembangkan prodak, serta membina institusi lain.

“Karena pada dasarnya BSI berdasarkan fiqh dan hadist. Kita butuh pengembangan, tujuan-tujuan sosial, pendidikan dan pada dasarnya meningkatkan kemampuan anggota masyarakat serta memberikan dukungan kepada MUI untuk bisa menjalankan tugasnya lebih baik,” kata Hery.

Sementara itu, pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Umum MUI KH Marsudi Syuhud menyampaikan bahwa kerja sama antara MUI dan BSI merupakan kerja sama antara agen finance dan ummah.

“Dua agen ini nenyatu akan menjadikan kekuatan bangsa Indonesia yang besar,” ujarnya.

Kiai Marsudi menegaskan, apabila kedua sentral ini bersatu maka masyarakat ekonominya akan tumbuh.

“Kalo bangsa dan masyarakat ekonominya tumbuh, itulah yang disebut kemakmuran,” tegasnya.

(Sadam Al-Ghifari/Angga)



MUILenial Podcast MUI Jatim Part III Paparkan Tujuan Akreditasi

muilenial-podcast-mui-jatim-part-iii-paparkan-tujuan-akreditasi

SURABAYA, MUI JATIM – Podcast Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim Part III membahas terkait akan diadakannya akreditasi yang nantinya akan diikuti oleh seluruh MUI di tingkat kabupaten/kota se-Jatim. Muhammad Noor Hasanuddin selaku Ketua Komisi Pengkajian, Penelitian dan Pelatihan memaparkan tujuan dan latar belakang diadakanya akreditasi. “Bahwa untuk menjadikan organisasi sesuai dengan standar organisasi menurut Peraturan […]

Artikel MUILenial Podcast MUI Jatim Part III Paparkan Tujuan Akreditasi pertama kali di publikasikan oleh MUI Jatim.



Mahfud Md Temui Tim Rekonsiliasi, Janji Tuntaskan 13 Pelanggaran HAM Berat

mahfud-md-temui-tim-rekonsiliasi,-janji-tuntaskan-13-pelanggaran-ham-berat

Surabaya – Menko Polhukam Mahfud MD mengungkap pemerintah serius untuk menuntaskan 13 pelanggaran HAM berat yang ditetapkan oleh Komnas HAM. Mahfud sengaja datang ke Surabaya untuk bertemu dengan Tim Rekonsiliasi dan mempersiapkan pelaksanaan Keppres No 17 Tahun 2022 tentang Penyelesaian Non-Yudisial Kasus Pelanggaran HAM Berat.
“Ada 13 pelanggaran HAM berat. Yang 9 terjadi sebelum tahun 2000, nah itu nanti DPR yang akan bicara. Kita menyelesaikan Wasior Wamena, Aceh, kita usaha,” jelas Mahfud kepada wartawan di Hotel Mercure Grand Mirama Surabaya, Rabu (21/9/2022).

Artikel Mahfud Md Temui Tim Rekonsiliasi, Janji Tuntaskan 13 Pelanggaran HAM Berat pertama kali di publikasikan oleh MUI Jatim.



HIKMAH HALAQAH: Esensi Ketaatan Kepada Allah dan Rasul

hikmah-halaqah:-esensi-ketaatan-kepada-allah-dan-rasul

Makassar, muisulsel.com – Allah swt berfirman di dalam al Quran surah An-Nisa: 159 “Yaa Ayyuhal Ladzina Amanu ‘Athi’ullaha wa ‘Athi’urrasul wa Ulil Amri Minkum” (Wahai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul serta ikutilah penguasa di antaramu). Apa makna dari ayat ini?. Di sini Allah ingin menyampaikan esensi ketaatan kepada Allah itu mutlak dan begitu pula ketaatan kepada Rasulullah itu mutlak.

Para ulama memahami ayat ini bahwa esensi dari ketaatan kepada Allah itu direalisasikan dan diamalkan mengikuti petunjuk al Quranul Karim sebagai pedoman hidup dan petunjuk yang menjamin manusia selamat di dunia dan akhirat kelak.

Taat kepada Allah itu berarti mengikuti dan melaksanakan segala tuntunan Allah yang ada di dalam al Quran, baik itu dalam bentuk perintah maupun dalam bentuk larangan. Ada banyak perintah Allah di dalam al Quran yang menyatakan bahwa segala perintah itu membawa kemaslahatan bagi umat manusia serta seluruh larangan Allah itu harus dihindari sebab dalam larangan itu ada mudarat atau bahaya baik untuk kehidupan di dunia ini maupun di akhirat.

Selanjutnya, dalam sambungan ayat menyebutkan tentang ketaatan kepada Rasul, Ulama memahami bahwa kata Rasul di sini adalah seseorang yang diberi tugas sebagai Nabi yang sesungguhnya mendapatkan informasi penting dari Allah swt. Dengan kata lain, Nabi menerima wahyu sekaligus meneruskan kepada umat sehingga dikatakan Rasul.

Oleh karena itu, segala tuntunan dan perintah Allah di dalam al Quran yang tidak terperinci akan diurai oleh Rasul, sehingga ketaatan kepada Rasul itu sama dengan ketaatan kepada Allah.

Lalu bagaimana eksistensi Muhammad saw sebagai seorang Nabi dan Rasul, serta eksistensinya sebagai Ulil Amri dan masyarakat biasa. (NAP)

Simak ulasannya dalam video berikut ini

The post HIKMAH HALAQAH: Esensi Ketaatan Kepada Allah dan Rasul appeared first on MUI Sul Sel.



Pentingnya Pemahaman Islam Wasathiyah Bagi Pengurus DKM

BANDUNG–Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Cholil Nafis menilai pentingnya pemahaman Islam Wasathiyah bagi pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM).

Kiai Cholil mengatakan, pemahaman Islam Wasathiyah sebagaimana dalam taujihad Islam Wasathiyah MUI bagi DKM bertujuan untuk menyelenggarakan dakwah yang santun.

Selain itu, terselenggaranya dakwah yang lemah lembut, mencerahkan dan memperkokoh NKRI serta Pancasila.

“Masjid sebagai pusat dakwah akan menentukan paham keagamaan dan paham kebangsaan umat. Karena itu pemahaman Islam Wasathiyah sangat penting,” ujarnya saat memberikan pembekalan bagi DKM Masjid se-Bandung Raya, dalam keterangan yang diterima MUIDigital, Kamis (6/10/2022).

Kiai Cholil menjelaskan, Islam Wasathiyah adalah cara memahami Islam dengan jalan tengah yaitu tawassuth (moderat), I’tidal, tawazun, tasamuh, musawa, dan syura.

“Pemahaman wasathiyah ini membuat umat Islam fleksibel dalam bermuamalah, termasuk dalam berbangsa dan bernegara,” pungkasnya.

(Sadam Al-Ghifary/Angga)



MUI Jatim Bekali Santri Digital Marketing

mui-jatim-bekali-santri-digital-marketing

Probolinggo, MUI Jatim – Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat (KPEU) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur membekali usahawan pondok pesantren dengan ilmu pemasaran digital (digital marketing). Kegiatan yang digelar bekerja sama dengan Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo itu dikemas dengan Boothcamp Digital Marketing Pesantren. Kegiatan yang berlangsung pada 24-25 September 2022 itu diikuti oleh 42 […]

Artikel MUI Jatim Bekali Santri Digital Marketing pertama kali di publikasikan oleh MUI Jatim.



MUI Kecamatan Se-Negeri Sai Batin dan Para Ulama Dilantik

mui-kecamatan-se-negeri-sai-batin-dan-para-ulama-dilantik

Krui: Mengambil tempat di Gedung Selalaw Kawasan Pantai Jukung, Krui Pesisir Barat, seluruh pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kecamatan se-Kabupaten Pesisir Barat resmi dilantik pada Kamis (6/10/2022).

Ada 11 pengurus MUI Kecamatan yang dilantik berbarengan dengan kegiatan Rakerda dengan tema Penguatan Peran Ulama menuju Masyarakat Kabupaten Pesisir Barat yang religius dan Damai.

Dalam sambutannya Wakil Ketua MUI Provinsi Lampung KH Ihya Ulumuddin menyampaikan selamat atas dilantiknya jajaran pengurus MUI kecamatan di Pesisir Barat.

“Tanpa niatan ikhlas dan hidayah allah tak mungkin menjadi pengurus MUI. Tantangan ulama saat ini lebih berat dibanding zaman sebelumnya,,” ungkapnya.

Ia juga mengapresiasi moto Kabupaten Pesisir Barat yakni Negeri Sai Batin para Ulama. “Di Lampung yang berani menyebut moto dengan nama Ulama hanya Pesisi Barat,” ungkapnya.

Motto ini menunjukkan sejarah panjang Pesisir Barat merupakan kabupaten yang banyak melahirkan para ulama. Mereka juga merupakan sosok ulama sekaligus aktivis yang aktif berkiprah di organisasi masyarakat (Ormas).

Ia mengajak kepada para ulama untuk bersinergi dengan para ulama. Ia mengibaratkan hubungan antara ulama dan umara seperti dua sisi mata uang. Keduanya tidak bisa dipisahkan satu lainnya.

“Hubungan ulama dan umara juga seperti rel kereta yang berada di sebelah kanan dan kiri. Kalau salah satu rel rusak maka tidak akan bisa sampai pada tujuan,” ungkapnya mengutip persamaan yang dikutip dari Ketua Umum MUI Provinsi Lampung Prof. Moh. Mukri.

Kiai Ihya juga menyampaikan bahwa yang dinamakan ulama adalah mereka yang melihat dan memandang umatnya dengan pandangan kasih sayang.

Sementara Bupati Pesibar Agus Istiqlal mengajak para ulama di daerahnya untuk menjadi tauladan bagi umat. Ia berharap para ulama khususnya yang ada di kepengurusan MUI untuk menguatkan karakter umat dengan memberi contoh yang baik pada umat.

Hadir pada kegiatan tersebut Kepala Kemenag Pesisir Barat H Yulizar dan jajaran pengurus MUI Provinsi Lampung yakni KH. Ihya Ulumuddin (Waketum), H Mansur Hidayat (Sekum), H Suryani M Nur (Ketua), H Didi Mawardi (Ketua) dan H Muhammad Faizin (Sekretaris), Ujang Tomy (Sekretaris).







Antisipasi KDRT, Ini Nasihat Wasekjen MUI

JAKARTA – Wasekjen MUI, Dr. Badriyah Fayumi memberikan tujuh pesan untuk mengantisipasi keluarga dari KDRT.

Pertama, kata Badriyah, selalu mengingat Allah SWT bahwa menyakiti, melukai dan menzalimi makluk-Nya adalah haram. Apalagi, jika makluk-Nya tersebut merupakan amanah dari Allah SWT.

“Untuk dilindungi, dihormati, dan disayangi, telah berbuat baik, telah membahagiakan kita. Semakin besar dosanya jika menyakiti dan menzaliminya,” ujarnya kepada MUIDigital, Rabu (5/10/2022).

Kedua, ikuti uswah hasanah Rasulullah SAW. Rasul, terangnya, tidak pernah sekalipun melakukan pemukulan kepada istri, anak, cucu, Pembantu Rumah Tangga (PRT), bahkan kucing sekalipun.

Badriyah mengatakan bahwa Rasul tidak pernah menyelesaikan masalah dalam rumah tangga dengan melakukan KDRT. Termasuk saat istrinya, Ummul Mukminin Aisyah RA difitnah berselingkuh.

“Seberat apapun masalahnya, termasuk saat istri Beliau tercinta Ummul Mukminin Aisyah RA difitnah berselingkuh dalam peristiwa Hadistul Ifki (kabar bohong),” ungkapnya.

Ketiga, harus menyadari bahwa semua manusia, terutama pasangan, merupakan Bani Adam yang mulia dan harus dimuliakan. Oleh karenanya, tidak boleh dijadikan objek KDRT.

“Selalu hadirkan empati bahwa sebagaimana diri kita yang tidak ingin disakiti dan dizalimi, begitu pula pasangan kita,” pesan keempat Badriyah untuk ikhtiar menjaga keluarga dari KDRT.

Kelima, ujarnya, menjalankan muasyarah bil Ma’ruf sebagaimana diperintahkan Alquran Surah An-Nisa ayat 19 dalam menjalani relasi suami istri.

Badriyah menerangkan, bentuk muasyarah bil Ma’ruf itu diwujudkan dalam perilaku sehari-hari di antaranya jujur, setia, terbuka, tidak berbuat dan berkata yang menghina dan merendahkan.

“Tidak sewenang-wenang, saling menyayangi dan menghormati, saling berempati,” sambungnya.

Keenam, Badriyah menekankan, jika terjadi masalah dalam rumah tangga harus diselesaikan dengan cara yang beradab dan bermartabat.

“Yakni musyawarah dan dialog, bukan cara sewenang-wenang dan barbar seperti KDRT,” jelasnya.

Ketujuh, Badriyah menegaskan bahwa KDRT tidak akan menjadi solusi dalam menyelesaikan masalah dalam rumah tangga.

Badriyah meningatkan, KDRT hanya akan menjadi masalah baru serta menurunkan harkat dan martabat diri jika menjadi pelaku KDRT.

“Pelaku KDRT bukan pahlawan. Ia adalah pecundang kehidupan yang gagal mengalahkan hawa nafsu dan ego dirinya sendiri,” tegasnya.

(Sadam Al-Ghifari/Angga)



Wapres Ajak Penyuluh Agama dan Dai Edukasikan 5 Prinsip Cegah Stunting

JAKARTA— Wakil Presiden (Wapres) KH Ma’ruf Amin yang juga sekaligus Ketua Pengarah Tim Percepatan Penurunan Stunting pagi ini, Kamis (6/10/2022) memberikan arahan kepada para penyuluh agama, dai, dan daiyah di seluruh Indonesia untuk berpartisipasi aktif dalam percepatan penurunan stunting di Istana Wakil Presiden.

Dalam arahannya, Wapres menyampaikan bahwa para penyuluh agama memiliki kekuatan besar dan masif dalam memberikan pengaruh yang signifikan dalam mengubah perilaku masyarakat, melalui peran dan kontribusinya sebagai sumber ilmu (manbaul ‘ulum), pendidik (murabbi), penggerak (muharrik), dan teladan (uswatun hasanah) bagi masyarakat dan jamaahnya.

Wapres menilai, dengan jumlah sekitar 50.232 orang di seluruh Indonesia, para penyuluh agama memiliki peran strategis dalam mendukung upaya percepatan penurunan stunting.

Dia menjelaskan, keterlibatan penyuluh agama sangat diperlukan melalui khutbah, ceramah, dan taushiyah untuk mengajak masyarakat dalam mempercepat upaya penurunan stunting, seperti dengan mengajak masyarakat menerapkan pola hidup sehat dan bersih, serta mengimbau ibu-ibu untuk dapat memberikan ASI eksklusif selama enam bulan.

“Selain itu juga menekankan pentingnya makan makanan yang bergizi, dan perlunya meminum tablet tambah darah, sehingga anak-anak balita tidak mengalami stunting,” imbuh Wapres.

Wapres juga menekankan bahwa pendekatan keagamaan sangat penting untuk menyampaikan pesan-pesan penurunan stunting, karena masyarakat Indonesia yang mayoritas merupakan umat Muslim, menjadikan agama sebagai landasan hidup yang menentukan tujuan hingga praktik kehidupan sehari-hari, sehingga banyak masalah dapat diselesaikan dengan pendekatan keagamaan.

Menurut Wapres yang juga Ketua Dewan Pertimbangan Majeli Ulama Indonesia (MUI) ini, upaya mendorong percepatan penurunan stunting adalah langkah-langkah mulia untuk mengimplementasikan maqashid asy-syari’ah (tujuan-tujuan disyari’atkan Islam), terutama hifdh an-nafs (perlindungan jiwa), hifdh al-‘aql (perlindungan akal), dan hifdh an-nasl (perlindungan keturunan), sehingga menjadi bagian dari ibadah yang harus diamalkan dan didakwahkan kepada masyarakat.

Menutup arahannya, Wapres menyampaikan lima hal penting kepada para penyuluh agama dalam menurunkan stunting, yaitu pertama, mengajak masyarakat untuk hidup sehat dan bersih.

Kedua, mengajak masyarakat untuk makan makanan yang bergizi, terutama bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan bayi di bawah dua tahun. Ketiga, mengajak masyarakat melakukan pengasuhan keluarga yang baik kepada anak-anak.

Keempat, mengimbau pentingnya pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, makanan pendamping ASI setelah enam bulan, konsumsi tablet tambah darah (TTD) bagi remaja putri, calon pengantin, dan ibu hamil.

Terakhir, ujar Wapres, mengedukasi kepada masyarakat bahwa perkawinan harus dilakukan oleh pasangan yang sudah berusia matang, baik secara fisik, psikologis, spiritual, maupun ekonomi.

“Saya optimis, jika lima pesan ini disampaikan insya Allah kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap stunting semakin meningkat, sehingga kasus stunting di masyarakat bisa dicegah dan angka stunting bisa diturunkan secara signifikan,” kata dia.

Acara yang bertajuk “Halaqoh Nasional Pelibatan Penyuluh Agama, Dai dan Daiyah untuk mendukung Percepatan Penurunan Stunting” ini, dihadiri secara luring oleh 24 orang perwakilan Kelompok Kerja Penyuluh Agama (Pokjaluh) dan para Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama dari 12 provinsi prioritas percepatan penurunan stunting serta pimpinan perwakilan organisasi masyarakat Islam tingkat pusat.

Selain itu, peserta daring diikuti lebih dari 25 ribu orang penyuluh agama, dai, daiyah, penghulu KUA, Kantor Wilayah Kementerian Agama dan Kantor Wilayah BKKBN seluruh Indonesia, serta perwakilan dari kementerian/lembaga. (BPMI – Setwapres, ed: Nashih)



MUI: KDRT Bukan Solusi Menyelesaikan Masalah, Tapi Kezaliman

JAKARTA–Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengingatkan bahwa Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) bukanlah solusi menyelesaikan masalah, tetapi bentuk dari kezaliman.

Wasekjen MUI Bidang Perempuan, Remaja dan Keluarga, Dr. Badriyah Fayumi mengatakan, KDRT hanya akan memperbesar dan memperlebar masalah yang terjadi dalam rumah tangga.

Menurutnya, keluarga yang sakinah, mawaddah dan wa rahmah (Samara) akan memberikan maslahah pada lingkungan, masyarakat, bangsa dan alam semesta.

Badriyah menganggap bahwa KDRT merupakan penyebab dari tidak Samara dan maslahahnya dalam berumah tangga.

“KDRT itu kezaliman, merusak fisik, jiwa, kesehatan reproduksi. Bahkan, nyawa korbannya dan menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan keluarga dalam Islam. Maka KDRT adalah haram,” kata Badriyah kepada MUIDigital, Rabu (5/10/2022).

Badriyah mengingatkan bahwa menjaga diri sendiri dari perbuatan haram dan menjaga orang lain yang menjadi korban kezaliman seperti KDRT hukumnya wajib.

(Sadam Al-Ghifari/Angga)



LPPOM MUI Jatim Gelar Pelatihan Sistem Jaminan Halal

lppom-mui-jatim-gelar-pelatihan-sistem-jaminan-halal

Surabaya, MUIJatim.or.id Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim menggelar Pelatihan Sistem Jaminan Halal, Sabtu (24/09/2022). KH Ahsanul Haq, Ketua MUI Jatim mengatakan bahwa pelatihan itu penting agar masyarakat lebih bisa berhati hati dan tidak asal membeli makanan. “Makanan dimana-mana yang tanpa label halal ini amat sangat menghawatirkan kita semua […]

Artikel LPPOM MUI Jatim Gelar Pelatihan Sistem Jaminan Halal pertama kali di publikasikan oleh MUI Jatim.



Bangun Kepedulian Pengusaha terhadap MUI, Komisi Pengembangan Dana Umat Gelar Gathering

bangun-kepedulian-pengusaha-terhadap-mui,-komisi-pengembangan-dana-umat-gelar-gathering

Surabaya, MUIJatim.or.id Komisi Pengembangan Dana Umat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur menggelar acara Gathering Pengusaha Jawa Timur dengan tema Kepedulian Pengusaha Terhadap Majelis Ulama Indonesia, Ahad (25/09/2022). Jhon Hardi, Dosen FEBTD UNUSA sebagai narasumber dalam acara tersebut mengatakan bahwa Komisi Pengembangan Dana Umat memiliki peran penting untuk mendorong perusahaan dalam menyalurkan dana Corporate Social […]

Artikel Bangun Kepedulian Pengusaha terhadap MUI, Komisi Pengembangan Dana Umat Gelar Gathering pertama kali di publikasikan oleh MUI Jatim.