All posts by Admin

Lantik Pengurus MUI Kota Tasikmalaya, Kiai Rachmat Syafei: Jaga Visi Bersama

JAKARTA — Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Provinsi Jawa Barat KH Rachmat Syafe’I meresmikan kepengurusan MUI Kota Tasikmalaya masa bakti 2018-2030 di Gedung Serbaguna Bale, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (05/12). KH Ate Musodiq terpilih sebagai ketua umum, KH Aminudin Busthomi sebagai sekretaris umum, dan Heri Hendriyana sebagai Bendahara.

Kepada pihak-pihak yang akan membawa MUI Tasikmalaya berjalan lima tahun ke depan, Kiai Rachmat berpesan agar pengurus bisa menjaga visi bersama MUI. Isi visi tersebut adalah menjaga berbagai hal yang bertentangan dengan agama serta menjaga keutuhan NKRI.

“Visi bersama ialah untuk memerangi dan mencegah berbagai hal bertentangan dengan Agama, termasuk menjaga keutuhan Negara kesatuan Republik Indonesia mulai dari tindakan radikalisme, intelorisme, politik praktis dan lainnya,” ungkapnya.

Untuk mewujudkan visi tersebut, Kiai Rachmat berpesan agar ada peran aktif pengurus MUI Kota Tasikmalaya mencegah perpecahan di antara umat Islam. Sejak dulu tugas MUI, paparnya, adalah wadah berkumpul dan bersatunya umat Islam.

“MUI sudah sejak dulu menjadi wadah persatuan umat Islam. Semua golongan di MUI tidak ada yang beda.” ujarnya.

Sementara itu, Walikota Tasikmalaya Budi Budiman berharap, pelantikan ini mempererat jalinan kerjasama Pemda dengan MUI Kota Tasikmalaya, sehingga lahir keselarasan program untuk membangun Kota Tasikmalaya yang lebih baik lagi di masa mendatang.

Ia juga berharap MUI dan semua lapisan masyarakat membantu Pemda menegakkan Perda Tata Nilai Nomor 7 Tahun 2014. Perda tersebut, paparnya, kini menjadi program unggulan pemda dalam membangun akhlak masyarakat di Tasikmalaya.

“Semaraknya penyakit sosial di Kota Tasikmalaya, seperti LGBT, Miras, Narkoba dan lainnya itu semua tak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah saja, tetapi sudah menjadi bagian MUI dan juga semua kalangan masyarakat,” paparnya. (Azhar/Din)

The post Lantik Pengurus MUI Kota Tasikmalaya, Kiai Rachmat Syafei: Jaga Visi Bersama appeared first on Majelis Ulama Indonesia.



Santri Afghanistan Diajak Belajar Toleransi dalam Keberagaman

BALI — Majelis Ulama Indonesia (MUI) bersama Sekretariat Wakil Presiden mengajak 79 santri Afghanistan untuk belajar toleransi dalam keberagaman di Universitas Udayana, Bali pada Kamis (29/11).

79 santri asal Afghanistan itu sedang melakukan pendalaman keagamaan (short course) selama empat bulan di Indonesia.

Muhammad Siradj Parwito, asisten Deputi Setwapres RI, menyampaikan bahwa kunjungan ini merupakan rangkaian program short course selama di sini.

“Sebelumnya mereka telah belajar pendalaman Agama Islam di Pondok Pesantren Tazakka Batang dan Daarul Amanah, “ ujar Siradj.

Kedatangan rombongan MUI bersama santri Afghanistan disambut oleh perwakilan Rektor Udayana, Prof Dr Ida Bagus Wyasa Putra di Auditorium Universitas Udayana.

“Salam hangat dari ibu rektor, Kami mengapresiasi program kerjasama MUI dan Setwapres ini, “ kata Prof Ida.

Lebih lanjut, kata Ida, pihaknya mengharapkan siswa Afghanistan dapat memperoleh pelajaran persatuan dalam keberagaman.

“Semoga para santri dapat belajar tentang pendidikan multikulutral, “ katanya.

Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional, KH Muhyiddin Djunaidi, mengaskan bahwa umat Islam di Indonesia berkomitmen menjadi penengah dalam bentuk dialog antara Afghanistan dan Pakistan.

 

Indonesia, kata Kiai Muhyiddin, memiliki Pancasila sebagai dasar negara yang berfungsi untuk mempersatukan bangsa Indonesia.

“Pancasila menyatukan masyarakat Indonesia yang beragam dengan Bhineka Tunggal Ika-nya, “ kata Kiai Muhyiddin.

Kekuatan bangsa Indonesia, lanjutnya, berasal dari keragaman yang ada di dalamnya, baik agama, etnis, maupun suku bangsa.

Dirinya berharap, Indonesia bisa dijadikan contoh dalam menciptakan kedamaian dan ketentraman di Afghanistan dengan Islam yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. (Ichwan/Din)

The post Santri Afghanistan Diajak Belajar Toleransi dalam Keberagaman appeared first on Majelis Ulama Indonesia.



Sekjen MUI Perbolehkan Aksi 212 dengan Beberapa Syarat

JAKARTA — Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Anwar Abbas mengatakan gelaran Reuni Akbar Alumni Aksi 212 boleh dilaksanakan dengan syarat tidak menimbulkan kekacauan. Para peserta aksi, menurutnya, juga harus tetap menaati aturan-aturan yang berlaku.

“Asal jangan melanggar undang-undang, jangan chaos, harus memperhatikan rambu akhlakul karimah,” ungkapnya di Jakarta, Kamis (29/11).

“Aksi tersebut boleh kok, dan dijamin undang-undang. Kebebasan berekspresi. Orang diberikan hak berekspresi,” imbuhnya.

Aksi reuni tersebut menurutnya juga sah-sah saja selama masa aksi tidak mengeluarkan ujaran kebencian, saling mencela atau mengejek pihak-pihak lain. Untuk menjaga hal tersebut terkendali, dosen UIN Jakarta ini meminta pihak-pihak yang tidak terlibat aksi juga menjaga diri. Kepada yang tidak ikut aksi, ia meminta agar menghormati dan tidak menganggu, sehingga tidak timbul kegaduhan.

“Tapi yang diimbau bukan cuma yang ikut 212, yang tidak ikut juga menghormati, tidak mencaci, mencela, mengambat. Kalau enggak suka, silakan buat saja hal serupa. Jadi jangan yang enggak ikut mencela dan mengambat, jangan. Ini kan negara demokrasi,” ujarnya.

Sebelumnya santer terdengar kabar aksi tersebut sarat muatan politik, namun Buya Anwar menilai hal tersebut menjadi urusan partai politik atau politikus sendiri. Asal, imbuhnya, semua kegiatan tetap berjalan etis, sehingga tidak menimbulkan kegaduhan yang meresahkan.

“Terserah parpol mau ngapaian, apalagi ini tahun politik. Ya, lakukanlah secara baik, etis, berakhlak, melanggar aturan, tidak chaos, yang lain jangan ganggu, jangan mancing-mancing,” pungkasnya. (Azhar/Din)

The post Sekjen MUI Perbolehkan Aksi 212 dengan Beberapa Syarat appeared first on Majelis Ulama Indonesia.



Ketua MUI Bidang Pemberdayaan Ekonomi Umat: Pesantren akan Jadi Penggerak Ekonomi Indonesia

JAKARTA — Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Pemberdayaan Ekonomi Umat, Lukmanul Hakim mengatakan, pesantren mampu menjadi motor penggerak ekonomi Indonesia. Perkataan tersebut bukan tanpa alasan, karena disampaikan saat PT Kimia Farma menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan 30 Pesantren di Pulau Jawa, Rabu (28/11) pagi, di Jakarta.

“Dengan kerja sama ini, pesantren-pesantren akan menjadi motor penggerak ekonomi Indonesia. Kerjasama bidang kesehatan, dari mulai klinik obat nanti akan ada pembinaan dari Kimia Farma,” ungkapnya.

Kerjasama tersebut, paparnya, merupakan bentuk Arus Baru Ekonomi Indonesia yang selama ini dicanangkan MUI sejak April 2017 lalu. Dengan potensi sumberdaya yang luar biasa, tugas pesantren tinggal mengubah potensi tersebut menjadi nyata. Bila sumberdaya itu dikembangkan, maka akan menggerakkan ekonomi berbasis keumatan.

“Pesantren itu sumber dayanya banyak dan punya potensi yang luar biasa. Pesantren itu mengarahkan santri-santrinya apa aja jadi, bisa tinggal kita bagaimana mengkonversi itu,” katanya.

Pada kesempatan itu, pria yang juga menjabat direktur LPPOM MUI ini menerangkan, PT Kimia Farma akan bekerjasama dengan 30 pondok pesantren di Pulau Jawa guna membangun klinik-klinik di masing-masing pondok pesantren. Tidak hanya klinik, di pesantren-pesantren itu juga akan dibuat lahan pertanian yang ditanami tumbuhan obat-obatan.

Ke depan, ia berharap kerjasama seperti ini meluas sampai ke pesantren-pesantren luar Jawa, bahkan kalau bisa dari Sabang sampai Merauke.

“Kita harapkan nanti Kimia Farma juga bisa membantu pengembangan ekonomi pesantren dari Sabang sampai Merauke,” paparnya. (Azhar/Din)

The post Ketua MUI Bidang Pemberdayaan Ekonomi Umat: Pesantren akan Jadi Penggerak Ekonomi Indonesia appeared first on Majelis Ulama Indonesia.



Pertentangan Islam dan Kebangsaan Sudah Selesai Sejak Negara Didirikan

Jakarta – Sejak Indonesia pertama kali berdiri pasca kemerdekaan, diskusi pertentangan antara Islam dan kebangsaan sudah selesai. Para pendiri bangsa telah mengkompromikan dua hal itu sejak awal kemerdekaan. Demikian disampaikan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma’ruf Amin di Jakarta, Rabu (28/11).

“Para ulama kita di Indonesia sudah dapat menyelesaikan, mengkompromikan antara Islam dan kebangsaan. Sehingga Islam dan kebangsaan tidak ada lagi pertentangan, tidak ada lagi konfrontatif,” katanya.

Pertentangan Islam dan kebangsaan yang muncul belakangan ini, paparnya, merupakan mispersepsi atau pandangan yang tidak tepat. Islam dan kebangsaan itu saling terkait dan tidak perlu dipertentangkan.

“Apabila masih ada yang persoalkan bisa mispersepi keislamannya, sehingga tidak bisa memahami kebangsaan. Atau mispersepi tentang kebanggasaanya sehingga tidak bisa memahami tentang kedua hubungan keduanya,” ungkapnya.

Seperti pada kesempatan-kesempatan sebelumnya, pada kesempatan itu, Kiai Ma’ruf menambahkan, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) maupun Pancasila merupakan titik temu pendiri bangsa yang berasal dari latar belakang berbeda, sehingga menjadi kesepakatan bersama. NKRI dan Pancasila adalah wadah pertemuan Islam dan nasionalis, oleh karenanya keduanya harus benar-benar dijaga.

Saat ini, imbuhnya, kesepakatan luhur itu menghadapi tantangan bernama pemahaman keagamaan yang radikal. Kelompok keagamaan seperti ini tidak mengenal kata sepakat karena munculnya bukan dari negara majemuk seperti Indonesia. (Azhar/Anam)

The post Pertentangan Islam dan Kebangsaan Sudah Selesai Sejak Negara Didirikan appeared first on Majelis Ulama Indonesia.



Sambut Maulid Nabi SAW, MUI Ajak Umat Teladani Semangat dan Visi Rasulullah

JAKARTA– Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengajak umat meneladani semangat dan visi Nabi Muhammad SAW berupa pembebasan dari ketertindasan. Ajakan ini disampaikan menyambut Maulid Nabi SAW 12 Rabiul Awal 1440 H.

“Baik ketertindasan dari kemiskinan, kebodohan maupun keterbelakangan,” kata
Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat KH Zainut Tauhid Sa’adi kepada MUI.OR.ID di Jakarta, Selasa (20/11).

Buya Zainut, begitu akrab disapa, mengatakan hakikat dari misi risalah Nabi Muhammad SAW adalah melakukan pembelaan terhadap kaum yang lemah dan tertindas dengan berempati merasakan beratnya penderitaan mereka (‘azizun ‘alaihi ma ‘anittum), memberikan rasa aman dan sentosa (harishun `alaikum), serta memberikan rasa belas kasih sayang terhadap sesama umat manusia (raufun rahim).

Dalam momentum Maulid Nabi SAW 1440 ini, kata Buya Zainut, MUI menyerukan umat Muslim mengembangkan sikap toleransi (tasamuh), keseimbangan (tawazun), dan bersikap adil (i’tidal) dalam menjalankan agama, sehingga tidak mudah terjebak dalam pertentangan dan perselisihan yang sifatnya sempit atau furuiyah. Perselisihan furuiyah itu selama ini jadi bahan untuk merusak silaturahim antara sesama umat dan eksternal umat beragama.

Dia menegaskan, seruan ini sesuai dengan misi Nabi Muhammad SAW yang ingin mewujudkan persaudaraan Islam (ukhuwah Islamiyyah) dan persatuan umat (wihdatul ummah) sebagaimana yang dilakukan Nabi ketika menyatukan dan mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshor saat membangun kota Madinah.

MUI, kata Buya Zainut mengajak seluruh umat beragama mengembangkan hidup damai, penuh harmoni, dan toleransi (tasamuh) antarumat beragama. Hal tersebut merupakan spirit aktualisasi dari visi Islam rahmatan li al-‘alamin (agama cinta dan kasih sayang bagi semesta raya).

“Spirit maulid tersebut harus diwujudkan melalui sikap dan perilaku keberagamaan yang santun, rukun, toleran, saling menghormati, dan menerima perbedaan keyakinan,” ujarnya.

Momentum Maulid, jelas dia, hendaknya dimaknai dalam rangka peneguhan sikap dan aktualisasi nilai-nilai perdamaian, apresiasi terhadap kebhinekaan, dan penghormatan terhadap nilai demokrasi, hukum, dan HAM.

Buya Zainut menambahkan MUI mengajak menjaga dan merawat NKRI. Kemerdekaan Indonesia yang diraih dengan perjuangan dan pengorbanan baik jiwa dan raga seluruh rakyat Indonesia adalah negara perjanjian yang mengikat seluruh komponen bangsa untuk hidup bersama secara damai, rukun, dan harmonis. “Untuk hal itu harus terus dijaga dan dipertahankan oleh seluruh bangsa Indonesia,” kata dia.

Tidak lupa, imbuh Buya Zainut, MUI mengajak menggunakan momentum Maulid Nabi Muhammad SAW untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Dengan berbuat kebajikan dan beramal saleh dengan cara meneladani sifat dan akhlak mulia Nabi Muhammad SAW sebagaimana misi kenabiannya yaitu menyempurnakan kemuliaan akhlak umat manusia. (Azhar/Nashih)

The post Sambut Maulid Nabi SAW, MUI Ajak Umat Teladani Semangat dan Visi Rasulullah appeared first on Majelis Ulama Indonesia.



Indonesia Berkhidmat, Rakernas IV MUI Kirimkan Guru Ngaji ke Pelosok Papua

JAKARTA– Majelis Ulama Indonesia (MUI) akan melakukan pengiriman guru ngaji ke sejumlah wilayah Papua Barat melalui Program Indonesia Berkhidmat bertepatan dengan Rapat Kerja Nasional ke-IV di Raja Ampat, Papua Barat pada 22 November.

Sekretaris Panitia Steering Committee (SC), Rofiqul Umam Ahmad, mengatakan merupakan permintaan dari masyarakat setempat yang di daerahnya hampir tidak ada ustaz sama sekali. Kondisi ini pun disambut baik Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Umat MUI KH Cholil Nafis dengan menyiapkan sejumlah guru ngaji.

“Jumlah guru ngaji yang akan dikirimkan pada tahap peluncuran nanti sekitar lima orang, merekaberasal dari berbagai pondok pesantren dan dibekali MUI,” kata Rofiq saat berbincang dengan MUI.OR.ID, Selasa (20/11) di Gedung MUI Pusat, Menteng, Jakarta Pusat.

Rofiq menambahkan, para guru ngaji tersebut, akan mengabdi atau berkhidmat di tempat yang telah ditentukan minimal enam bulan. Mereka akan mengajarkan kepada masyarakat setempat praktik-praktik keseharian, ibadah, dan membaca Alquran. (Ichwan/Nashih)

The post Indonesia Berkhidmat, Rakernas IV MUI Kirimkan Guru Ngaji ke Pelosok Papua appeared first on Majelis Ulama Indonesia.



Dongkrak Mutu, DPS Lembaga Keuangan Syariah Gelar Forum Tahunan

JAKARTA– Dewan Pengawas Syariah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Lembaga Keuangan Syariah menggelar forum tahunan (ijtima samawi). Kegiatan yang berlangsung di Hotel Mercure Ancol, Jakarta, Kamis (08/11) ini diresmikan Ketua Umum non-aktif MUI yang juga Ketua Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI KH Ma’ruf Amin.

Dalam sambutannya, Kia Ma’ruf mengatakan ijtima sanawi merupakan kegiatan rutin DNS setahun sekali. Kegiatan ini bertujuan menguatkan ekonomi syariah melalui penguatan internal DSN dalam hal ini DPS.

“Kita terus melakukan upaya penguatan di dalam menguatkan, kita memulai dari sesuatu yang tidak ada, dari semangat yang kita sebut dengan memasyaratkan ekonomi syariah dan mensyariahkan ekonomi masyarakat, ” kata dia.

Dia mengatakan dua hal inilah yang menjadi tema DSN MUI sekarang ini. Dia juga sempat menyinggung perkembangan perbankan asuransi dan pasar modal yang sudah mencapai 5,85 persen.

Ketua Panitia Ijtima Sanawi 2018, KH.l Salahuddin Al Aiyub menambahkan, ijtima sanawi kali ini dihadiri DPS DSN MUI dan petinggi OJK. Hampir semua anggota DPS dari berbagai bidang hadir dalam acara ini.

Dia mengatakan, ijtima sanawi tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Biasanya, pada acara ini, akan ada pemaparan fatwa-fatwa terbaru yang dihasilkan MUI. Namun kali ini, pemaparan seperti itu telah dilaksanakan pada kegiatan sebelumnya yaitu pra ijtima sanawi.

Menurut dia, tujuan Ijtima sanawi yaitu meningkatkan kualitas DPS dari dalam. Misalnya merespons permasalahan-permasalahan dengan solusi terbaik.

“DPS akan mencari formula terbaik untuk menyelesaikan masalah terbaik, sehingga tidak terkait masalah fatwa dan sosialisasi,” kata dia sembari berharap masukan peserta soal informasi tentang hal-hal baru untuk menunjang kinerja.

Dia menyebutkan, melalui kegiatan ini diharapkan memperbaiki pangsa pasar ekonomi syariah yang terus-terusan stagnan di angka 5 persen.

“Kita berharap ekonomi syariah yang stagnan di angka 5 persen, bisa merangkak dengan cepat,” kata dia. (Azhar/Nashih)

The post Dongkrak Mutu, DPS Lembaga Keuangan Syariah Gelar Forum Tahunan appeared first on Majelis Ulama Indonesia.



Para Dai Dituntut Aktif Sebarkan Konten Dakwah di Media Sosial

JAKARTA– Para pendakwah dituntut aktif mengisi konten dakwah di media sosial. Upaya ini sebagai cara menjawab tantangan perubahan di era milenial dan digital seperti sekarang.

Pernyataan ini disampaikan Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis saat membuka Halaqah Dakwah Nasional dan Literasi Keuangan Syariah di Hotel Acacia, Jakarta, Rabu (07/11).

“Facebook tak terhindarkan, twitter tak terhindarkan, instagram tak terhindarkan, kalau kita tidak aktif di media sosial, maka yang ada di ruang media sosial hanyalah hal-hal yang buruk atau hal-hal yang tidak bisa mengarah kepada kebaikan yang bukan keteladanan,” ujar dia.

Menurut Kiai Cholil, di tengah zaman yang mendorong seseorang terus eksis ini, para dai memang dihadapkan kekhawatiran riya’. Tetapi, dia meyakini melalui penataan hati, kekhawatiran seperti itu bisa dihindari dengan niat mengisi ruang publik melalui kebaikan-kebaikan yang harus diutamakan.

“Zaman seperti ini, kita tidak bisa diam, kebenaran diam itu tidak bisa, karena kita takut riya’ lalu diam tidak bisa, yang perlu ditata hanya hatinya bahwa kita tidak boleh riya’, tapi ruang publik itu harus diisi dengan kebaikan-kebaikan,” ujar dia.

Cara seperti ini, lanjut Kiai Cholil, mau tidak mau harus dilakukan. Hal ini melihat fenomena dai yang tampak akhir-akhir ini. Dulu, seorang dai berpengaruh bisa diukur dari banyaknya majelis taklim dan waktu mengajarnya, sehingga dia bisa kenal dengan muridnya. Namun hal seperti itu saat ini sudah tidak begitu berlaku karena perubahan tadi.

“Sekarang yang banyak mengisi taklim bisa diukur, di youtube viewernya berapa, di twitter followernya berapa, ini menjadi kuantitatif di era milenial,” ungkapnya.

Meskipun harus mengisi media sosial, dia mengingatkan para dai agar tetap menjaga nilai-nilai luhur yang sebelumnya sudah dibawa. Para Dai juga bisa menengok fatwa medsosiah MUI sebagai pedoman. Dengan begitu, meskipun cara berdakwah berbeda, nilai dan pelajaran yang disampaikan bisa tetap sama.

“Model dan cara dakwahnya harus sesuai perkembangan zaman tapi value, nilainya tetap harus ada yang kita bawa.” katanya. (Azhar/Nashih)

The post Para Dai Dituntut Aktif Sebarkan Konten Dakwah di Media Sosial appeared first on Majelis Ulama Indonesia.



Waketum MUI : Selain Ilmu Agama, Dakwah Juga Harus Menggunakan Strategi dan Perencanaan

JAKARTA -– Wakil Ketua Umum Majelis Indonesia, Prof Yunahar Ilyas, menekankan para da`i untuk berdakwah tidak hanya bermodal ilmu, tapi juga mengatur strategi saat membuka Halaqah Dakwah Nasional dan Literasi Keuangan Syariah Rabu (7/11) di The Acacia Hotel, Kramat, Senen, Jakarta Pusat.

“Dakwah bil hikmah dalam Tafsir Al-Muyassar bermakna bin nashhi (Al-Qur`an dan As-Sunnah) wal aqli (Ide dan Pemikiran), “ terang Prof Yunahar.

Sebagai pendakwah, sambungnya, para dai harus mengerti dan faham keadaan mad`u (orang yang didakwahi) terkait materi dan metode apa yang tepat untuk disampaikan.

Semua isi Al-Qur`an dan As-Sunnah, lanjutnya, sudah mutlak benar 100%. Tetapi, dari enam ribuan ayat itu perlu dipilah dan dipilih terkait kebutuhan objek yang didakwahi (mad`u).

“Menentukan pesan yang tepat untuk audiens adalah hal terpenting dalam berdakwah, saat takziah jangan menyampaikan ayat tentang la in syakartaum, “ kata Prof Yun, Dosen Pascasarjana Muhammadiyah.

Dalam berdakwah, terangnya, perencanaan dan persiapan sangat penting, untuk itu, para dai perlu melakukan penelitian dan survei dakwah.

Lebih lanjut, Ketua Komis Dakwah dan Pengembangan Masyrakat, KH Cholil Nafis, mengatakan saat ini sedang finalisasi penyusunan Peta Dakwah yang nantinya akan dicetak dan dibagikan ke para dai.

Peta dakwah, lanjut Kiai Cholil, merupakan kumpulan data dan informasi soal umat Islam di suatu wilayah. Nantinya, hasil data itu akan berguna dalam merumuskan strategi dakwah yang tepat karena setiap wilayah punya pendekatan dakwah yang berbeda.

“Peta dakwah itu meliputi kondisi umat Islam di Indonesia yang menjadi objek dakwah, dengan peta ini diharapkan dakwah dapat bersinergi lebih maksimal. Dari situ, juga dapat dirumuskan metode yang tepat digunakan dalam berdakwah, secara lisan, tulisan, atau praktek langsung pemberian solusi ke umat, “ kata Kiai Cholil.

Pembuatan peta dakwah, lanjut Kiai Cholil, bermula dari kegiatan rutin yang dilaksanakan MUI bersama ormas Islam tingkat daerah.(Ichwan/Din)

The post Waketum MUI : Selain Ilmu Agama, Dakwah Juga Harus Menggunakan Strategi dan Perencanaan appeared first on Majelis Ulama Indonesia.



Ketua Dewan Pertimbangan MUI Raih Penghargaan Ketujuh Kalinya di Level Internasional

JAKARTA — Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Prof Din Syamsuddin menerima penghargaan “The Order of Rising Sun, Gold, and Silver Star” dari Istana Kekaisaran Tokyo, Selasa(6/11) waktu setempat. Kaisara Akihito langsung menyerahkan penghargaan itu kepada pria yang kerap disapa Prof Din tersebut. Sebelumnya, Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe telah mengumumkan orang-orang yang menerima penghargaan ini. Pengharagaan ini merupakan penghargaan ketujuh di level internasional yang diterima Guru Besar UIN Jakarta ini.

Humas Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia, Aya Kumakura mengatakan, bintang jasa ini diperuntukkan bagi insan yang berperan dan berdedikasi mempromosikan interaksi antara pemerintah dan masyarakat Jepang dengan masyarakat Islam.

“Prof Din juga dinilai memiliki peran dalam dialog antar agama dan menjalin hubungan antara tokoh agama dan politisi Jepang, sehingga meningkatkan rasa saling pengertian antara masyarakat Jepang dan masyarakat Islam Indonesia, ” ungkapnya melalui keterangan tertulis.

Prof Din sendiri selama ini dikenal sebagai ketua Centre for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC). Melalui lembaga tersebut, Prof Din telah mencatatkan sejarah hubungan yang baik dan luas dengan Jepang. Bahkan sejak tahun 2007, Prof Din telah menjabar Presiden-Moderator Asian Conference of Religions for Peace yang bermarkas di Tokyo. Ia juga sudah berulangkali diundang sebagai pembicara forum-forum akademik di Doshidha University maupun Waseda University di Tokyo.

Ia pun rutin hadir dan memberikan ceramah pada International Peace Prayer di Sendai Buddhist Temple, Moun Hiei, Kyoto. Sejak 2004, ia telah melahirkan kegiatan sosial baik di Jepang maupun Indonesia melalui kerjasama dengan Association on Communication of Transcultural Studies Foundation (ACT Foundation) maupun perusahaan-perusahaan jepang yang berafiliasi dengan Partai Demokratik Liberal.

Selain Prof Din, ada sembilan orang lainnya berasal dari Asia maupun luar Asia yang menerima Penghargaan “The Order of Rising Sun, Gold, and Silver Star” itu. Sebelum penghargaan yang ketujuh ini, Prof Din sudah pernah menerima Doktor Honoris Causa dari Universitas Fatoni Thailand di Bidang Studi Islam. Pernah pula ia mendapatkan penghargaan Bintang Kelas Satu (Al-Wisām li Addarajah al-Ūla) dari Kerajaan Jordania.

World Chinese Economic Summit pada 2014 juga memberikan Livetime Achievement padanya. Dari Pemerintah Italia, Ia memperoleh Ordine della Stella d’Italia pada 2013. Setahun sebelum itu, tahun 2012, Ia memperoleh Muslim Figure Award dari Pemerintah Penang. Sementara dua tahun lalu, September 2016, Ia mendapatkan penghargaan “The Japanese Foreign Minister’s Commendation” dari menteri Luar Negeri Jepang melalui duta besar Jepang untuk Indonesia, Yasuaki Tanizak. Penghargaan kali ini pun menjadi penghargaan kedua dari Jepang untuk Mantan Ketua MUI Tahun 2014-2015 ini. (Azhar/Din)

The post Ketua Dewan Pertimbangan MUI Raih Penghargaan Ketujuh Kalinya di Level Internasional appeared first on Majelis Ulama Indonesia.



MUI Dukung Kampanye “Stop Perdagangan Satwa Dilindungi”

Guna merespons maraknya berbagai konflik kepentingan ekonomi, sosial dan lingkungan dalam masyarakat di berbagai daerah di Indonesia yang mengancam keberadaan satwa langka dan berakibat terganggunya keseimbangan ekosistem untuk kehidupan makhluk, Majelis Ulam Indonesia telah menetapkan Fatwa no. 14 tahun 2014 tentang “Pelestarian Satwa Langka untuk Menjaga Keseimbangan Ekosistem”. Salah satu ketentuan hukumnya adalah “Melakukan perburuan dan/atau perdagangan illegal satwa langka hukumnya haram

Laporan global WWF Living Planet Report 2018 yang diluncurkan pada 30 Oktober yang lalu, mengungkapkan setidaknya 60 persen hewan bertulang belakang hilang dalam kurun waktu kurang dari 50 tahun. Ancaman utama untuk spesies yang diidentifikasi dalam laporan secara langsung terkait dengan aktivitas manusia, salah satunya memperdagangkan satwa liar akibat tingginya permintaan pasar terhadap beberapa spesies.

Hilangnya satwa kunci mengganggu keseimbangan ekosistem yang pada gilirannya mengganggu rantai makanan di alam. Sebagai contoh, menurunnya populasi harimau membuat populasi babi hutan meningkat yang lalu menjadi hama bagi para petani di sekitar hutan. Kaitannya jelas sekali antara hilangnya populasi satwa kunci akan mengancam keberlanjutan pangan kita.

Indonesia diberkahi dengan kekayaan sumber daya alam dan keanekaragaman hayati termasuk satwa endemik tertinggi di dunia. Tapi perburuan dan perdagangan satwa liar membuat hutan kita makin sunyi. Sayangnya, Indonesia adalah sumber dan juga pasar dalam rantai perdagangan ilegal satwa liar di Asia. Perburuan dan perdagangan ilegal satwa ini berdampak pada keberlangsungan berbagai spesies kunci di alam serta keseimbangan ekosistem. Rantai makanan yang tidak seimbang kemudian mengakibatkan kesejahteraan masyarakat menurun.

Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk muslim terbesar didunia, namun sebagian besar masyarakatnya masih kurang memahami kearifan Islam yang mengajarkan pentingnya pelestarian/perlindungan tentang satwa seperti : Harimau, Badak, Gajah, Orang Utan dan satwa lainnya, guna menjaga keseimbangan ekosistem.

Oleh karena itu umat Islam dan masyarakat pada umumnya perlu dibangun pengertian dan kesadaran tentang kewajiban melindungi satwa, terutama yang statusnya rawan, bahkan terancam punah atau hilang dari muka bumi.

Banyak pakar berpendapat bahwa pendekatan keagamaan sangat diperlukan, disamping pendekatan hukum dan perundang-undangan (legal formal) yang bersifat kuratif. Karena pendekatan Agama lebih pada memberikan motivasi secara moral (akhlaq) yang bersifat preventif tentang perlunya melestarikan ekosistem. Hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan (Khaliq) dan antara manusia dengan sesama makhluk.

Fatwa ini telah di sosialisasikan dan diterapkan secara luas dalam kehidupan masyarakat melalui penulisan buku panduan dan khutbah Jum’at khutbah terkait dengan pandangan Islam terhadap pentingnya perlindungan satwa langka dan ekosistem. Buku-buku ini kemudian dijadikan sebagai bahan pelatihan untuk para dai (dai konservasi) di daerah kritis di Aceh, Riau dan Ujung Kulon agar dapat di dakwahkan pada masyarakatnya.

Seseorang dapat menghindar dari hukum dunia, tapi mereka tidak akan dapat menghindar dari ketetapan Allah SWT.

Oleh: Dr. Hayu Prabowo

The post MUI Dukung Kampanye “Stop Perdagangan Satwa Dilindungi” appeared first on Majelis Ulama Indonesia.



Sertifikasi Halal untuk UMKM Dorong Peningkatan Mutu Hadapi Pasar Global

JAKARTA-Sertifikasi halal untuk usaha mikro kecil menengah (UMKM) semakin dirasa penting untuk memberikan nilai tambah, sehingga produk-produk UMKM bisa bersaing di pasaran.

Pernyataan tersebut disampaikan Direktur Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) Lukmanul Hakim dalam Indonesia Halal Expo (Indhex) 2018, awal November lalu di Jakarta.

Dia menjelaskan, dalam konteks inilah Index 2018 dilaksanakan. Kegiatan yang mengangkat tema “Meningkatkan Daya Saing UMKM Melalui Sertifikasi Halal ini” dalam rangka meningkatkan daya saing UMKM dengan sertifikasi halal.

“LPPOM memiliki komitmen yang kuat, memberikan daya saing bagi UMKM dalam perdagangan halal,” kata dia.

Ajang tahunan ini, kata dia, juga berbarengan dengan kegiatan rapat tahunan World Halal Food Council (WHFC) di Jakarta. Peserta WHFC tersebut berasal dari dua puluh dua negara.

Ketua Umum MUI nonaktif KH Ma’ruf Amin mengatakan keberadaan UMKM menopang Indonesia menghadapi gelojak perekonomian global. “Keberadaan UMKM kita harapkan bisa menjadi kekuatan baru bagi perekonomian nasional,” ujar dia sembari memberikan apresiasi kepada LPPOM MUI dan SMESCO karena telah menyelenggarakan kegiatan ini.

Menteri Koperasi dan UKM Anak Agung Gesti Ngurah Puspayoga menyebutkan, Kementeriannya sudah bekerjasama dengan LPPOM MUI dalam rangka mengembangkan UMKM di Indonesia.

Pembukaan Indhex 2018 dihadiri Kepala BNSP Sumarna F Abdullah, Kepala BSN Bambang Prasetya, Kepala Badan POM Penny K Lukito, Kepala Badan Pemeriksa Jaminan Produk Halal (BPJPH) Sukoso, serta impinan Majelis Ulama Indonesia. (Azhar/Nashih)

The post Sertifikasi Halal untuk UMKM Dorong Peningkatan Mutu Hadapi Pasar Global appeared first on Majelis Ulama Indonesia.



Moderasi Agama Menjadi Dasar Kerukunan di Tanah Papua

Jakarta – Sekretaris Komisi Pengkajian dan Penelitian Majelis Ulama Indonesia, Rida HR Salamah mengungkapkan, kerukunan yang terjalin dalam masyarakat Papua bersumber dari moderasi agama yang dijalankan oleh masyarakat di sana.

Moderasi Agama, sebut Rida, merupakan kearifan lokal yang muncul sejak abad ke-12, setiap suku saling membangun dan menginspirasi satu sama lain untuk menjaga keharmonisan antar suku.

Awalnya, kata Rida, perjalanannya ke Papua Barat adalah untuk meneliti masuknya Islam di Papua Barat. Namun, karena hal tersebut sudah diteliti dalam sebuah disertasi, pihaknya lebih menitikberatkan pada praktik kehidupan umat beragama di Papua Barat.

“Penelitian kami lebih fokus dalam penggalian titik harmoni kehidupan antaragama. Rencana awalnya, kami akan meneliti proses masuknya Islam,” kata Rida di Gedung MUI Pusat, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (03/11) lalu.

Value dari moderasi agama tersebut, lanjut Rida, adalah family religion dan satu tungku tiga batu. Family religion adalah menganggap keluarga semua masyarakat Papua, apapun agamanya. Sehingga keharmonisan antarsuku tetap terjaga.

Satu tungku tiga batu, sambungnya, merupakan slogan masyarakat Pupua sehari-hari. Satu tungku yaitu masyrakat Papua terdiri dari tiga batu, yakni tiga agama, Islam, Kristen Protestan, dan Kristen Katolik yang saling bersinergi dalam menjaga kerukunan.

Dr. Rida HR Salamah

“Islam, Kristen Protestan, dan Kristen Katolik bersama membangun kerukunan dengan semboyan satu tungku tiga batu, toleransi antaragama pun tidak meluruhkan nilai-nilai setiap agama,” jelas Rida.

Antarmasyarakat saling memberikan toleransi, kata Rida, bahkan jika ada acara bersama alat makan dan masak untuk muslim pun khusus atau bebas dari bersentuhan dengan yang haram menurut Muslim.

Adapun konflik yang muncul, kata Rida, baru terjadi belakangan ini dan dikarenakan oleh konflik kepentingan individu.

Model penelitian ini, tutup Rida, menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu berusaha mendalami data dan informasi sampai data saturation (puas tidak ada pertanyaan lagi). Responden yang dipilih juga mengutamakan mereka para pelaku atau saksi sejarah.

“Penelitian ini dengan model kualitatif dengan metode wawancara terhadap saksi sejarah dan observasi ke 9 Kota di Papua Barat dan 2 Kota di Prov Papua sebagai persiapan Rakernas MUI 2018,” tutup Rida. (Ichwan/Anam)

The post Moderasi Agama Menjadi Dasar Kerukunan di Tanah Papua appeared first on Majelis Ulama Indonesia.



Perkuat Ukhuwah Wathoniyah, Rakernas MUI Akan Digelar di Raja Ampat

Jakarta – Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Periode 2015 – 2020 akan menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV di Raja Ampat, Papua Barat pada 22-24 November mendatang.

Rakernas mengangkat tema Memperteguh Ukhuwah Keumatan dan Kebangsaan dalam Memperkokoh NKRI. Tema ini dimaksudkan untuk memperkuat Ukhuwah Wathoniyah.

“Rakernas kali ini akan memperkuat ukhuwah keumatan dan kebangsaan dan menebarkan pesan-pesan kemanusian,” kata Kiai Sodiqun, Ketua Pelaksana Rakernas di Jakarta, Sabtu (03/11)

Menurutnya, Rakernas MUI tahun ini akan ada penampilan festival budaya, seperti festival shalawat dengan alat musik khas Papua yang akan dibawakan juga oleh masyarakat asli sana.

Seblumnya, sambung Kiai Shodiqun, MUI telah mengutus tim peneliti untuk melakukan penelitian tentang masuknya Islam di Papua Barat, khususnya Kabupaten Raja Ampat dan Fakfak.

Ketua MUI Papua Barat, Ustadz Anhad Nasrau, menyambut senang pergelaran tahunan tersebut. Wilayah Papua dipercaya menjadi daerah yang aman sebagai tuan rumah Rakernas 2018.

“Artinya ada kepercayaan Papua Barat menjadi daerah yang aman, tuan rumah yang baik. Bupati Raja Ampat juga sangat senang dengan adanya Rakernas itu,” kata Ustadz Anhad, seperti dikutip Republika pada (21/10) lalu.

Menurutnya, pelaksanaan Rakernas menjadi goal syiar dan dakwah di Papua Barat, dan menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang Rahmatan lil `Alamin dan semacam mata air yang menyejukan bagi semua orang. (Ichwan/Anam)

The post Perkuat Ukhuwah Wathoniyah, Rakernas MUI Akan Digelar di Raja Ampat appeared first on Majelis Ulama Indonesia.



Sholahudin Al-Aiyub: Tabayun! Jangan Sampai Jempol Lebih Cepat dari Pikiran

TARAKAN – Wakil Sekjen MUI Pusat Bidang Fatwa KH Sholahudin Al-Aiyub meminta para peserta Forum Dialog Literasi Media Berbasis Islam Wasathiyah di Tarakan Kalimantan Utara agar menjadi pelopor dalam dalam mennggunakan media sosial secara positif.

Media sosial dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat. “Konten kreatif yang positif akan menjadi kebaikan yang bergulir pahalanya,” katanya di Tarakan, Sabtu (03/11).

Forum Forum Dialog Literasi Media Berbasis Islam Wasathiyah ini merupakan rangkaian kegiatan yang diselenggarakan oleh Komisi Infokom MUI pusat bersama MUI daerah yang difasilitasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI.

“Mengapa MUI mengeluarkan fatwa tentang pedoman bermuamalah dengan media sosial, apa tidak ada urusan lain? Hal ini karena dampak media sosial atau dunia maya ini bisa lebih luas dari dunia nyata,” ujar Ust. Ayub.

Ia menyesalkan, semua orang sebenarnya paham kalau berbohong itu dosa. Akan tetapi banyak yang merasa tidak berdosa dengan menyebarkan kebohongan melalui media sosial.

“Kaidah yang kita pakai, Al-kitabu kal khitob, apa yang kita tulis dan apa yang kita sebar itu sama dengan apa yang kita sampaikan dengan lisan,” pesannya.

“Makanya kalau kita menerima infomasi kita harus tabayun dulu, klarifikasi! Jangan sampai jempol kita lebih cepat dari pikiran kita. Bahkan kadang kita belum baca informasi yang masuk ke kita sudah langsung kita sebar,” katanya.

Ketua MUI Provinsi Kalimantan Utara KH Zainuddin Dalila mengingatkan, konten negatif yang dibuat dan disebar melalui media sosial menjadi catatan buruk yang sulit termaafkan. “Kalau kita minta maaf, kita maaf kepada siapa? Semua sudah tersebar,” ujarnya.

Tahap berikutnya setelah tabayun adalah menimbang manfaat setiap konten yang akan disebar. “Kalaupun benar, harus ditimbang manfaat dan mudarat setiap informasi yang akan disebar,” ujarnya di hadapan seratusan peserta dari utusan MUI Tarakan, beberapa utusan ormas Islam, sekolah, dan perguruan tinggi.

Sebagian besar peserta terdiri dari anak-anak muda berusia 15 sampai 35 tahun. Data yang disampaikan oleh Direktur Tata Kelola dan Kemitraan Komunikasi Publik Kominfo Selamatta Sembiring, dari 150 juta pengguna media sosial, 120 juta adalah generasi milenial.

Pada sesi kedua, para peserta dibekali dengan keterampilan memproduksi konten-konten positif berupa meme dan video pendek dengan aplikasi yang sederhana dan mudah dioperasikan. Tidak sekedar memproduksi konten, para peserta juga dibekali trik bagaimana konten-konten itu menarik perhatian. (Anam)

The post Sholahudin Al-Aiyub: Tabayun! Jangan Sampai Jempol Lebih Cepat dari Pikiran appeared first on Majelis Ulama Indonesia.