All posts by admin

Jejak Keislaman RA. Kartini

Salin saji, sepenggal catatan menyongsong Hari Kartini,

Dalam suratnya kepada Stella Zihandelaar bertanggal 6 November 1899, RA Kartini menulis;

“Mengenai agamaku, Islam, aku harus menceritakan apa? Islam melarang umatnya mendiskusikan ajaran agamanya dengan umat lain. Lagi pula, aku beragama Islam karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, jika aku tidak mengerti dan tidak boleh memahaminya?”

“Alquran terlalu suci; tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun, agar bisa dipahami setiap Muslim. Di sini tidak ada orang yang mengerti Bahasa Arab. Di sini, orang belajar Alquran tapi tidak memahami apa yang dibaca”.

“Aku pikir, adalah gila orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibaca. Itu sama halnya engkau menyuruh aku menghafal Bahasa Inggris, tapi tidak memberi artinya”.

“Aku pikir, tidak jadi orang soleh pun tidak apa-apa asalkan jadi orang baik hati. Bukankah begitu Stella?”

RA Kartini melanjutkan curhat-nya, tapi kali ini dalam surat bertanggal 15 Agustus 1902 yang dikirim ke Ny Abendanon.

“Dan waktu itu aku tidak mau lagi melakukan hal-hal yang tidak tahu apa perlu dan manfaatnya. Aku tidak mau lagi membaca Alquran, belajar menghafal perumpamaan-perumpamaan dengan bahasa asing yang tidak aku mengerti artinya”.

“Jangan-jangan, guruku pun tidak mengerti artinya. Katakanlah kepada aku apa artinya, nanti aku akan mempelajari apa saja. Aku berdosa. Kitab ini teralu suci, sehingga kami tidak boleh mengerti apa artinya”.

Nyonya Fadhila Sholeh, cucu Kyai Sholeh Darat, menceritakan pertemuan RA. Kartini dengan Kyai Sholeh bin Umar dari Darat, Semarang — lebih dikenal dengan sebutan Kyai Sholeh Darat dan menuliskan kisah tsb sbb:

Takdir, menurut Ny Fadihila Sholeh, mempertemukan Kartini dengan Kyai Sholel Darat. Pertemuan terjadi dalam acara pengajian di rumah Bupati Demak Pangeran Ario Hadiningrat, yang juga pamannya.

Kyai Sholeh Darat memberikan ceramah tentang tafsir Al-Fatihah. Kartini tertegun. Sepanjang pengajian, Kartini seakan tak sempat memalingkan mata dari sosok Kyai Sholeh Darat, dan telinganya menangkap kata demi kata yang disampaikan sang penceramah.

Ini bisa dipahami karena selama ini Kartini hanya tahu membaca Al Fatihah, tanpa pernah tahu makna ayat-ayat itu.

Setelah pengajian, Kartini mendesak pamannya untuk menemaninya menemui Kyai Sholeh Darat. Sang paman tak bisa mengelak, karena Kartini merengek-rengek seperti anak kecil. Berikut dialog Kartini-Kyai Sholeh.

“Kyai, perkenankan saya bertanya bagaimana hukumnya apabila seorang berilmu menyembunyikan ilmunya?” Kartini membuka dialog.

Kyai Sholeh tertegun, tapi tak lama. “Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?” Kyai Sholeh balik bertanya.

“Kyai, selama hidupku baru kali ini aku berkesempatan memahami makna surat Al Fatihah, surat pertama dan induk Alquran. Isinya begitu indah, menggetarkan sanubariku,” ujar Kartini.

Kyai Sholeh tertegun. Sang guru seolah tak punya kata untuk menyela. Kartini melanjutkan; “Bukan buatan rasa syukur hati ini kepada Allah. Namun, aku heran mengapa selama ini para ulama melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al Quran ke dalam Bahasa Jawa. Bukankah Al Quran adalah bimbingan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?”

Dialog berhenti sampai di situ. Ny Fadhila menulis Kyai Sholeh tak bisa berkata apa-apa kecuali subhanallah. Kartini telah menggugah kesadaran Kyai Sholeh untuk melakukan pekerjaan besar; menerjemahkan Alquran ke dalam Bahasa Jawa.

Setelah pertemuan itu, Kyai Sholeh menerjemahkan ayat demi ayat, juz demi juz. Sebanyak 13 juz terjemahan diberikan sebagai hadiah perkawinan Kartini. Kartini menyebutnya sebagai kado pernikahan yang tidak bisa dinilai manusia.

Surat yang diterjemahkan Kyai Sholeh adalah Al Fatihah sampai Surat Ibrahim. Kartini mempelajarinya secara serius, hampir di setiap waktu luangnya. Sayangnya, Kartini tidak pernah mendapat terjemahan ayat-ayat berikut, karena Kyai Sholeh meninggal dunia.

Kyai Sholeh membawa Kartini ke perjalanan transformasi spiritual. Pandangan Kartini tentang Barat (baca: Eropa) berubah. Perhatikan surat Kartini bertanggal 27 Oktober 1902 kepada Ny Abendanon.

“Sudah lewat masanya, semula kami mengira masyarakat Eropa itu benar-benar yang terbaik, tiada tara. Maafkan kami. Apakah ibu menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal yang sama sekali tidak patut disebut peradaban”.

“Tidak sekali-kali kami hendak menjadikan murid-murid kami sebagai orang setengah Eropa, atau orang Jawa kebarat-baratan”.

Dalam suratnya kepada Ny Van Kol, tanggal 21 Juli 1902, Kartini juga menulis; “Saya bertekad dan berupaya memperbaiki citra Islam, yang selama ini kerap menjadi sasaran fitnah. Semoga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat agama lain memandang Islam sebagai agama disun dalam surat ke Ny Abendanon, bertanggal 1 Agustus 1903, Kartini menulis; “Ingin benar saya menggunakan gelar tertinggi, yaitu Hamba Allah SWT.

RA Kartini pernah punya pengalaman tidak menyenangkan saat mempelajari Islam. Guru ngajinya memarahinya karena dia bertanya tentang arti sebuah ayat Al-Qur’an. Ketika mengikuti pengajian Kiai Soleh Darat di pendopo Kabupaten Demak yang bupatinya adalah pamannya sendiri, RA Kartini sangat tertarik dengan Kiai Soleh Darat. Saat itu beliau sedang mengajarkan tafsir Surat Al-Fatihah.

RA Kartini lantas meminta romo gurunya itu agar Al-Qur’an diterjemahkan. Karena menurutnya tidak ada gunanya membaca kitab suci yang tidak diketahui artinya. Pada waktu itu penjajah Belanda secara resmi melarang orang menerjemahkan Al-Qur’an. Dan para ulama waktu juga mengharamkannya. Mbah Shaleh Darat menentang larangan ini. Karena permintaan Kartini itu, dan panggilan untuk berdakwah, beliau menerjemahkan Qur’an dengan ditulis dalam huruf Arab pegon sehingga tak dicurigai penjajah.

Kitab tafsir dan terjemahan Al-Qur’an itu diberi nama Faidh al-Rahman fi Tafsir Al-Qur’an. Tafsir pertama di Nusantara dalam bahasa Jawa dengan aksara Arab. Jilid pertama yang terdiri dari 13 juz. Mulai dari surat Al-Fatihah sampai surat Ibrahim.

Kitab itu dihadiahkannya kepada RA Kartini sebagai kado pernikahannya dengan RM Joyodiningrat, Bupati Rembang. Mulailah Kartini mempelajari Islam dalam arti yang sesungguhnya.

Kartini amat menyukai hadiah itu dan mengatakan: “Selama ini al-Fatihah gelap bagi saya. Saya tak mengerti sedikitpun maknanya. Tetapi sejak hari ini ia menjadi terang-benderang sampai kepada makna tersiratnya, sebab Romo Kyai telah menerangkannya dalam bahasa Jawa yang saya pahami.”

Melalui kitab itu pula Kartini menemukan ayat yang amat menyentuh nuraninya. Yaitu Surat Al-Baqarah ayat 257 yang mencantumkan, bahwa Allah-lah yang telah membimbing orang-orang beriman dari gelap kepada cahaya (Minadh Dhulumaati ilan Nuur)

Kartini terkesan dengan kalimat Minadh-Dhulumaati ilan Nuur yang berarti dari gelap kepada cahaya karena ia merasakan sendiri proses perubahan dirinya.

Kisah ini sahih, dinukil dari Prof KH Musa al-Mahfudz Yogyakarta, dari Kiai Muhammad Demak, menantu sekaligus staf ahli Kiai Soleh Darat.

Dalam surat-suratnya kepada sahabat Belanda-nya, JH Abendanon, Kartini banyak sekali mengulang-ulang kalimat “Dari Gelap Kepada Cahaya” ini. Sayangnya, istilah “Dari Gelap Kepada Cahaya” yang dalam Bahasa Belanda “Door Duisternis Tot Licht” menjadi kehilangan maknanya setelah diterjemahkan Armijn Pane dengan kalimat “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Mr. Abendanon yang mengumpulkan surat-surat Kartini menjadikan kata-kata tersebut sebagai judul dari kumpulan surat Kartini. Tentu saja ia tidak menyadari bahwa kata-kata tersebut sebenarnya dipetik dari Al-Qur’an. Kata “Minazh-Zhulumaati ilan-Nuur“ dalam bahasa Arab tersebut, tidak lain, merupakan inti dari dakwah Islam artinya: membawa manusia dari kegelapan (jahiliyyah atau kebodohan) ke tempat yang terang benderang (petunjuk, hidayah atau kebenaran).

“Selamat Hari Kartini”



Ali bin Abi Thalib Mengecam Yang Mengkhianatinya

Di dalam kamus Lisanul Arab, makna Syiah adalah seseorang yang menyepakati suatu hal. Atau orang-orang yang bersepakat dalam suatu permasalahan. Atau sekelompok orang yang memiliki suatu kesepakatan, mereka mengikuti pendapat seseorang di antara mereka (Lisanul Arab, Harfu asy-Syin: islamweb).

Setelah Amirul Mukminun Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu wafat, umat Islam berbeda pendapat dalam menyikapi para pembunuhnya. Ali berpendapat Muawiyah harus berbaiat kepadanya terlebih dahulu, baru urusan pembunuh Utsman bisa diselesaikan. Sedangkan Muawiyah sebagai keluarga Utsman, menuntut agar para pembunuh sepupunya itu segera diadili. Orang-orang yang sepakat dengan pendapat Ali, disebut Syiahnya Ali. Sedangkan orang-orang yang sepakat dengan Muawiyah disebut Syiahnya Muawiyah. Inilah makna asal dari Syiah. Seiring zaman, Syiah Ali terus berkembang. Bahkan sekarang pendapat mereka tentang Ali sangat ekstrim.

Ali dan Syiahnya

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu mengeluhkan pendukungnya, yaitu penduduk Kufah. Ia berkata, “Umat-umat terdahulu takut terhadap kezhaliman para pemimpinnya. Tapi aku, justru takut akan kezhaliman rakyatku. Aku mengajak kalian untuk berjihad, namun tak ada yang menyambut ajakanku. Aku berbicara pada kalian, tetapi kalian tak mendengarkan. Aku mengajak kalian kepada kebaikan secara rahasia dan terang-terangan, tapi kalian tak menurut. Aku menasihati kalian, tapi kalian tak menerima. Apakah kalian ada? Hakikatnya kalian tak ada. Apakah kalian hamba sahaya? Tapi seolah-olah kalian sebagai majikan.

Aku bacakan hukum pada kalian, namun kalian lari darinya. Aku nasihati kalian dengan nasihat yang bagus, namun kalian lari darinya. Aku ajak kalian berjihad menghadapi para pembelot, tapi belum sempat aku mengakhiri perkataanku, kalian sudah bubar kembali ke tempat kalian. Dan kalian manipulasi nasihat yang diberikan. Aku meluruskan kalian pada pagi hari. Sore harinya kalian kembali padaku dalam keadaan bengkok bak punggung ular. Yang memberi nasihat telah melemah, tapi yang dinasihati makin mengeras.

Wahai orang-orang yang hadir di sini tapi pikirannya entah di mana, yang berbeda-beda keinginannya, dan yang menjadi ujian bagi para pemimpinnya. Teman kalian tunduk kepada Allah. Sedangkan kalian mendruhakai-Nya. Aku sungguh sangat berharap -demi Allah- Muawiyah akan menukar kalian dariku, seperti menukar dinar dengan dirham, dimana dia mengambil dariku sepuluh orang di antara kalian dan memberiku seorang dari mereka.

Wahai penduduk Kufah, aku diuji melalui kalian dengan lima masalah: (1) kalian ini tuli tapi punya pendengaran, (2) bisu tapi bisa berbicara, (3) buta tapi punya penglihatan, (4) pengecut ketika menghadapi peperangan; dan (5) tidak ada teman yang dapat dipercaya ketika mendapat ujian. Celaka kalian! Kalian seperti kawanan unta kehilangan pengembalaannya, jika digiring dari satu sisi dia lari ke sisi yang lain (al-Khamis, Inilah Faktanya Hal: 247-248, mengutip dari Najhul Balaghah 1/187-189).

Tidak hanya sampai di situ, bahkan mereka juga menuduh Ali radhiallahu ‘anhu sebagai pembohong. Syarif ar-Radhi meriwayatkan dari Amirul Mukminin, Ali radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Amma ba’du.. Wahai penduduk Irak! Kalian itu seperti wanita hamil yang ketika kehamilannya telah sempurna ia keguguran, suaminya mati, menjanda dalam waktu yang lama, dan pusakanya diwarisi orang yang hubungan kekeluargaannya sangat jauh dengannya. Demi Allah, aku tidak mendatangi kalian dengan sukarela, tapi aku datang kepada kalian (tinggal di Irak) dengan terpaksa. Aku sudah mendengar bahwa kalian mengatakan bahwa Ali berbohong. Semoga Allah membinasakan kalian. Kepada siapa aku pernah berbohong?” (al-Khamis, Inilah Faktanya Hal: 249, mengutip dari Najhul Balaghah 1/118-119).

Ali radhiallahu ‘anhu juga mengatakan, “Semoga Allah memerangi kalian! Kalian mencemari hatiku dengan nanah, memenuhi dadaku dengan amarah, mencekokiku dengan kesedihan, seteguk demi seteguk, dan kalian merusak pikiranku dengan kedurhakaan dan pengkhianatan.” al-Khamis, Inilah Faktanya Hal: 249, mengutip dari Najhul Balaghah 1/187-189).

Penilaian Para Sahabat Terhadap Syiah Ali

Karena itu, wajar para sahabat khawatir kepada Husein bin Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhuma yang menyambut undangan penduduk Irak.

Pertama: Abdullah bin az-Zubair

Saat Husein bin Ali radhiallahu ‘anhuma hendak berangkat ke Irak, Abdullah bin az-Zubair radhiallahu ‘anhuma berkata padanya, “Engkau hendak pergi ke mana? Apakah engkau ingin pergi ke tempat kaum yang telah membunuh ayah dan saudaramu? Janganlah engkau pergi.” (al-Khamis, Inilah Faktanya Hal: 236, mengutip dari al-Bidayah wa an-Nihayah, 8/163).

Kedua: Abu Said al-Khudri

Ia berkata, “Wahai Abu Abdullah (kunyah Husein), aku ingin menasihatimu, dan aku benar-benar menyayangi kalian (ahlul bait). Aku sudah mendengar kabar bahwa sekelompok Syiahmu di Kufah telah menyuratimu dan mengajakmu untuk pergi ke tempat mereka. Padahal aku telah mendengar ayahmu berkata, ‘Demi Allah, aku telah bosan dan marah kepada mereka. Mereka pun telah marah dan bosan padaku. Mereka sama sekali tidak pernah menepati janji. Siapa saja yang mendapat dukungan mereka, maka dia telah mendapatkan anak panah yang tumpul. Demi Allah, mereka sama sekali tak mempunyai niat dan tekad untuk membela suatu urusan. Mereka juga sama sekali tidak mempunyai kesabaran dalam peperangan’.” (al-Khamis, Inilah Faktanya Hal: 236, mengutip dari al-Bidayah wa an-Nihayah, 8/163).

Pendapat Ulama Syiah Ali

Pertama: Murtadha al-Muthahhari

Ia berkata, “Tidak diragukan lagi bahwa penduduk Kufah (Irak) adalah pendukung Ali dan yang membunuh Imam al-Husein adalah pendukungnya (Syiahnya) sendiri.” (al-Khamis, Inilah Faktanya Hal: 255, mengutip dari al-Malhamatul Husainiyah, 1/129).

Kedua: Kadzim al-Ihsa-i an-Najafi

Ia berkata, “Pasukan yang keluar untuk memerangi Imam al-Husein berjumlah tiga ratus ribu orang. Semuanya penduduk Kufah. Tidak ada orang Syam (Syiah nya Muawiyah), Hijaz, India, Pakistan, Sudan, Mesir, dan Afrika di antara mereka. Mereka semua adalah orang Kufah yang berkumpul dari berbagai daerah.” (al-Khamis, Inilah Faktanya Hal: 255, mengutip dari Asyura, Hal: 89).

Ketiga: Husein bin Ahmad al-Baraqi an-Najafi

Mengutip ucapan al-Qazwini: “Di antara perbuatan sangat keji yang dilakukan orang-orang kufah adalah mereka menuduh al-Hasan bin Ali dan membunuh al-Husein setelah mereka mengundangnya.” (al-Khamis, Inilah Faktanya Hal: 255, mengutip dari Tarikhul Kufah, Hal: 113).

Keempat: Muhsin al-Amin

Ia mengatakan, “Ada dua puluh ribu orang penduduk yang membaiat al-Husein dan mengkhianatinya, lalu memeranginya. Padahal, baiat itu masih mereka pegang. Hingga akhirnya mereka membunuhnya.” (al-Khamis, Inilah Faktanya Hal: 255, mengutip dari A’yanusy Syiah, 1/26).

Seorang ulama Syiah, ath-Thusi, memasukkan Ubaidullah bin Ziyad dalam sahabat-sahabat ali bin Abi Thalib. (al-Khamis, Inilah Faktanya Hal: 255, mengutip dari Rijal ath-Thusi, Hal: 54. Terbitan al-Matba’ah al-Haidariyyah, Najaf, 1961 M, dengna tahqiq Muhammad Shadiq Bahrul Ulum).

Ulama Syiah yang lain, An-Nazimi asy-Syahrudi, mengomentari Syamr bin Dzul Jausyan (orang yang memerintahkan pasukan untuk membunuh Husein): “Pada Perang Shiffin, ia berada di dalam barisan pasukan Amirul Mukmin Ali bin Abu Thalib.” (al-Khamis, Inilah Faktanya Hal: 255, mengutip dari Mustadrakat Ilm Rijalul Hadits karya al-Allamah an-Nazimi asy-Syahrudi, 6/220 bagian ke-6899, terbitan Mu-assasah an-Nasyr al-Islami, Qumm, 1425 H).

Sumber:
– al-Khamis, Utsman bin Muhammad. 2012. Huqbah min at-Tarikh, Terj. Inilah Faktanya. Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi’i.

Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07)
Read more http://kisahmuslim.com/5884-ali-bin-abi-thalib-mengecam-syiah-yang-mengkhianatinya.html



Abu Ayyub al-Anshari, Sang Penjamu Nabi

Siapakah Abu Ayyub al-Anshari? Abu Ayyub al-Anshari radhiallahu ‘anhu adalah sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari kalangan Anshar. Namanya adalah Khalid bin Zaid bin Kulaib bin Malik bin an-Najjar. Ia dikenal dengan nama dan kun-yahnya. Ibunya adalah Hindun binti Said bin Amr dari Bani al-Harits bin al-Khazraj. Ia adalah


Haji Wada’ – Haji Perpisahan Rasulullah SAW

Haji Wada’ dikenal juga dengan nama Haji Perpisahan Nabi Muhammad Saw. Beliau mengumumkan niatnya pada 25 Dzulqaidah 10 H atau setahun sebelum beliau wafat. Dari sekian banyak hikmah dari Haji Wada’ ini adalah pesan kemanusiaan yang terungkap dari khutbah beliau.

PERSIAPAN KEBERANGKATAN

Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Jabir ra, ia berkata: “
”Selama 9 tahun tinggal di Madinah Munawwarah, Rasulullah saw belum melaksanakan Haji. Kemudian pada tahun kesepuluh beliau mengumumkan hendak melakukan haji. Maka berduyun-duyun orang datang ke Madinah, semuanya ingin mengikuti Rasulullah saw dan mengamalkan ibadah haji sebagaimana amalan beliau.”

Tahun kesebelas Hijrah, haji pertama Rasulullah saw dan kaum Muslimin tanpa ada seorang musyrik pun yang ikut didalamnya, Untuk pertama kalinya pula, lebih dari 10.000 orang berkumpul di Madinah dan sekitarnya, menyertai Rasulullah saw melakukan perjalanan ke Makkah, dan sekaligus inilah haji terakhir yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Rombongan haji meninggalkan Madinah tanggal 25 Dzulqa’dah , Rasulullah disertai semua isterinya, menginap satu malam di Dzi Al-Hulaifah, kemudian melakukan Ihram sepanjang Subuh, dan mulai bergerak.

Seluruh padang terisi gema suara mereka yang mengucapkan, “

“Labbaik, Allahumma labbaik… Labbaik, laa syarika laka, ! Aku datang memenuhi panggilanmu, Allahumma, ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu…Labbaik, aku datang memenuhi panggilan-Mu. Segala puji, kenikmatan, dan kemaharajaan, hanya bagi-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu… Labbaik, aku datang memenuhi panggilan-Mu. “

Jabir berkata: “

“Setelah onta yang membawanya sampai di lapangan besar aku lihat sejauh pandangan mata lautan manusia mengitari Rasulullah saw, di depan , belakang, sebelah kiri dan kanan beliau. Rasulullah saw sendiri berada di hadapan kami dan di saat itu pula beliau menerima wahyu.”

Hingga hari itu, belum pernah menyaksikan pemandangan di muka bumi seperti yang ada pada saat itu. Lebih dari 100.000 orang, laki-laki dan perempuan dibawah sengatan matahari yang amat terik dan di padang pasir yang sebelumnya tak pernah dikenal orang bergerak menuju satu arah.

Ada perbedaan pendapat di kalangan para perawi. Ahlul Madinah berpendapat bahwa Rasulullah saw melaksanakan haji ifrad, sedangkan yang lainnya berpendapat bahwa beliau melakukan haji Qiran.

PERJALANAN SAMPAI DI MAKKAH

Rasulullah saw memasuki kota Mekkah dari bagian atas dari jalan Kada‘ hingga tiba di pintu Banu Syaibah. Ketika melihat Ka‘bah beliau mengucapkan do‘a:

“Ya Allah tambahkanlah kemuliaan, keagungan, kehormatan, dan kewibawaan kepada rumah ini. Tambahkanlah pula kemuliaan, kehormatan, kewibawaan, keagungan dan kebajikan kepada orang yang mengagungkannya di antara orang-orang yang mengerjakan haji dan umrah.”

Rasulullah saw melaksanakan ibadah hajinya seraya mengajarkan manasik dan sunnah-sunnah haji kepada orang-orang yang menunaikan ibadah haji bersamanya.

KHUTBAH RASULULLAH DI PADANG ARAFAH

Di Padang Arafah, segala puji kepada Allah dan shalawat bergema ketika Rasulullah saw berdiri untuk memulai khutbah.

“Wahai umat manusia, dengarkanlah yang akan aku katakan di sini. Mungkin saja setelah tahun ini, aku tidak akan bertemu lagi dengan kalian di tempat ini, untuk selamanya.”

Mendengar ucapan Rasulullah saw, sebagian pengikutnya terheran-heran, sebagian lagi tertunduk sedih, sebagian lagi terdiam karena penasaran menanti perkataan Rasulullah selanjutnya. Saat berkumpulnya pengikutnya mengitari Rasulullah saw di Padang Arafah ini, umat Islam kemudian mengenalnya dengan peristiwa wuquf. Jadi, tak heran orang yang menunaikan ibadah wuquf, biasanya terkenang dengan khutbah Rasulullah.

Karena Haji Wada’ disebut juga haji perpisahan atau terakhir bagi Rasulullah saw, kaum Muslim yang berada di Arafah kala itu, begitu seksama mendengar khutbah Rasulullah saw. Mereka ingin semua pesan yang disampaikan beliau terserap dalam hati sanubari sebagai bekal di kemudian hari. Apalagi Rasulullah saw dalam kata sambutan khutbahnya mengingatkan dirinya kemungkinan tak akan bertemu lagi dengan mereka setahun lagi.

Rasulullah saw berkata,”Tahukah kalian, bulan apa ini?”

Mereka serentak menjawab, ”Bulan Haram” …..

Rasulullah saw mengulangi lagi kalimatnya,,,,

“Wahai manusia, dengarkanlah apa yang hendak kukatakan. Mungkin sehabis tahun ini, aku tidak akan bertemu lagi dengan kalian di tempat ini untuk selama-lamanya…. Hai manusia, sesungguhnya darah dan harta benda kalian adalah suci bagi kalian (yakni tidak boleh dinodai oleh siapapun juga) seperti hari dan bulan suci sekarang ini di negeri kalian ini. Ketahuilah, sesungguhnya segala bentuk perilaku dan tindakan jahiliyah tidak boleh berlaku lagi. Tindakan menuntut balas atas kematian seseorang sebagaimana yang berlaku di masa jahiliyah juga tidak boleh berlaku lagi. Tindak pembalasan jahiliyah seperti itu pertama kali kunyatakan tidak berlaku ialah tindakan pembalasan atas kematian Ibnu Rabi‘ bin al Harits.

Riba jahiliyah tidak berlaku, dan riba yang pertama kunyatakan tidak berlaku adalah riba Abbas bin Abdul Muthalib. Sesungguhnya segala macam riba tidak boleh berlaku lagi ……

Hai manusia, di negeri kalian ini, setan sudah putus harapan sama sekali untuk dapat disembah lagi. Akan tetapi masih menginginkan selain itu. Ia akan merasa puas bila kalian melakukan perbuatan yang rendah. Karena itu hendaklah kalian jaga baik-baik agama kalian!….

Hai manusia sesungguhnya menunda berlakunya bulan suci akan menambah besarnya kekufuran. Dengan itulah orang-orang kafir menjadi tersesat. Pada tahun yang satu mereka langgar dan pada tahun yang lain mereka sucikan untuk disesuaikan dengan hitungan yang telah ditetapkan kesuciannya oleh Allah. Kemudian mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan mengharamkan apa yang telah dihalalkan Allah.

Sesungguhnya jaman berputar seperti keadaannya pada waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun adalah dua belas bulan. Empat bulan diantaranya adalah bulan-bulan suci. Tiga bulan berturut-turut : Dzul Qa‘dah, Dzul Hijjah, dan Muharram. Bulan Rajab adalah antara bulan Jumadil Akhir dan bulan Sya‘ban…“

Takutlah Allah dalam memperlakukan kaum wanita, karena kalian mengambil mereka sebagai amanat Allah dan kehormatan mereka dihalalkan bagi kalian dengan nama Allah. Sesungguhnya kalian mempunyai hak atas para istri kalian dan mereka pun mempunyai hak atas kalian. Hak kalian atas mereka ialah mereka sama sekali tidak boleh memasukkan orang yang tidak kalian sukai ke dalam rumah kalian. Jika mereka melakukan hal itu maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak membahayakan. Sedangkan hak mereka atas kalian ialah kalian harus memberi nafkah dan pakaian kepada mereka secara baik.

Maka perhatikanlah perkataanku itu, wahai manusia, sesungguhnya Aku telah sampaikan. Aku tinggalkan sesuatu kepada kalian, yang jika kalian pegang teguh, kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya.

Wahai manusia, dengarkanlah taatlah sekalipun kalian diperintah oleh seorang hamba sahaya dari Habasyah yang berhidung gruwung, selama ia menjalankan Kitabullah kepada kalian.
Berlaku baiklah kepada para budak kalian….. berilah mereka makan apa yang kalian makan dan berilah pakaian dari jenis pakaian yang sama dengan kalian pakai. Jika mereka melakukan sesuatu kesalahan yang tidak bisa kalian ma‘afkan maka juallah hambah-hamba Allah itu dan janganlah kalian menyiksa mereka.

Wahai manusia, dengarkanlah perkataanku dan perhatikanlah! Kalian tahu bahwa setiap orang Muslim adalah saudara bagi orang-orang Muslim yang lain, dan semua kaum Muslimin adalah saudara. Seseorang tidak dibenarkan mengambil sesuatu dari saudaranya kecuali yang telah diberikan kepadanya dengan senang hati, karena itu janganlah kalian menganiaya diri sendiri …
Ya Allah sudahkah kusampaikan?

Kalian akan menemui Allah maka janganlah kalian kembali sesudahku menjadi sesat, sebagian kalian memukul tengkuk sebagian yang lain. Hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir, barangkali sebagian orang yang menerima kabar (tidak langsung) lebih mengerti daripada orang yang mendengarkannya (secara langsung). Kalian akan ditanya tentang Aku maka apakah yang hendak kalian katakan?”

Kaum Muslimin menjawab:

“Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan (risalah), telah menunaikan dan memberi nasehat.“ Kemudian seraya menunjuk ke arah langit dengan jari telunjuknya,”

Rasulullah saw bersabda: “Ya Allah, saksikanlah, saksikanlah, saksikanlah”

KEBERANGKATAN RASULULLAH KE MUZDALIFAH DAN MINA

HAJ/ARAFATRasulullah saw tetap tinggal di Arafah hingga terbenam matahari. Pada saat terbenam matahari itu Rasulullah saw berserta orang-orang yang menyertainya berangkat ke Muzdalifah. Seraya memberikan isyarat dengan tangan kanannya beliau bersabda: “Wahai manusia, harap tenang, harap tenang!“.

Kemudian beliau menjama‘ takhir shalat maghrib dan Isya‘ di Muzdalifah kemudian sebelum terbit matahari beliau berangkat ke Mina, lalu melontar Jumratul Aqabah dengan tujuh batu kecil seraya bertakbir di setiap lontaran. Setelah itu beliau pergi ke tempat penyembelihan lalu menyembelih 63 binatang sembelihan (budnah). Kemudian beliau menyerahkan kepada Ali untuk menyembelih sisanya sampai genap 100 sembelihan. Setelah itu beliau naik kendaraannya berangkat ke Ka‘bah (ifadhah) lalu shalat dhuhur di Mekkah, dan pergi mendatangi Banu Abdul Muthalib yang sedang mengambil air Zamzam lalu bersabda:

“Timbalah wahai banu Abdul Muthalib, kalaulah tidak karena orang-orang berebut bersama kalian, niscaya aku menimba bersama kalian.“

Kemudian mereka memberikan setimba air kepadanya dan beliaupun minum darinya. Akhirnya Rasulullah saw berangkat kembali ke Madinah.

BEBERAPA IBRAH YANG BISA KITA AMBIL DARI HAJI WADA’

Pertama, Bilangan Haji Rasulullah saw dan Waktu disyari‘atkannya Haji

Para Ulama berselisih pendapat: Apakah Rasulullah saw pernah melakukan haji di dalam Islam selain pelaksanaan haji ini?

Turmudzi dan Ibnu Majah meriwayatkan bahwa beliau pernah melakukan ibadah haji tiga kali sebelum hijrahnya ke Madinah. Al Hafidz Ibnu Hajar di dalam Fath-hul Bari berkata:

Pendapat ini didasarkan kepada jumlah kedatangan utusan Anshar yang pergi ke Aqabah di Mina setelah haji Pertama, mereka datang lalu membuat janji. Kedua, mereka datang lalu melakukan baiat yang pertama. Ketiga mereka datang lalu melakukan baiat kedua.

Diantara para Ulama ada yang meriwayatkan bahwa Rasulullah saw sebelum Hijrah melakukan haji setiap tahun.
Kendatipun demikian, tidak diragukan lagi bahwa kewajiban haji ini disyariatkan pada tahun ke 10 Hijriah. Sebelum tahun ini haji bukan merupakan kewajiban. Setelah tahun ini Rasulullah saw tidak pernah melakukan haji selain dari haji tersebut. Oleh karena itu diantara para sahabat banyak yang menamakan haji wada‘ ini dengan Hijjatul Islam atau Hijjatu Rasulillah saw. Imam Muslim menjadikan nama yang terakhir (Hijjatu Rasulillah saw) sebagai judul hadits-hadits mengenai haji Rasulullah saw ini.

Diantara dalil yang membuktikan bahwa haji belum diwajibkan sebelum tahun ke-10 Hijri, ialah riwayat ynag disebutkan oleh Bukhari dan Muslim mengenai utusan Abdul Qais yang datang menemui Nabi saw. Di dalam riwayat tersebut diceritakan bahwa mereka berkata kepada Rasulullah saw:

“Perintahkan kepada kami dengan perkara yang tegas yang akan kami lakukan dan kami perintahkan pula kepada orang-orang di belakang kami, yang dengan itu kami dapat masuk surga.“

Rasulullah saw bersabda: “Aku perintahkan kalian dengan empat hal dan Aku larang kalian dari empat hal pula.“  Selanjutnya Rasulullah saw menyebutkan empat perintah tersebut seraya bersabda: “Aku perintahkan kalian agar beriman kepada Allah, menegakkan shalat , menunaikan zakat, puasa bulan Ramadhan dan memberikan seperlima dari harta rampasan.“

Nampaknya Rasulullah saw menyebutkan soal keimanan kepada Alah hanyalah sebagai tambahan empat perkara tersebut, karena ia sangat dikenal oleh mereka. Tetapi beliau mengulangi perintah tersebut untuk menegaskan dan menjelaskan bahwa ia (keimanan) merupakan asas bagi empat perkara yang disebutkan sesudahnya.

Kedatangan utusan ini (Banu Abdul Qais) adalah pada tahun ke-9 Hijriah. Seandainya haji sudah diwajibkan pada waktu itu niscaya Rasulullah saw akan menyebutkannya diantara sejumlah hal yang diwajibkan kepada mereka.

Kedua: Makna Agung dari Haji Rasulullah saw

Haji Rasulullah saw ini memiliki makna yang sangat besar yang berkaitan dengan dakwah Islam kehidupan Rasulullah saw dan sistem Islam.

Kaum Muslimin telah belajar dari Rasulullah saw tentang shalat, puasa, zakat dan segala hal yang berkenaan dengan peribadatan dan kewajiban mereka. Kini Rasulullah saw tinggal mengajarkan kepada mereka manasik dan cara pelaksanaan ibadah haji, setelah tradisi-tradisi jahiliyah ynag biasa dilakukan pada musim-musim haji itu dihapuskan oleh beliau bersamaan dengan penghancuran berhala yang ada di dalam baitullah.

Ajakan untuk melaksanakan ibadah haji ke Baitullah tetap berlaku hingga Hari Kiamat. Ia adalah ajakan Abul Anbiya, Ibrahim as, berdasarkan perintah dari Allah swt. Tetapi berbagai penyimpangan jahiliyah dan kesesatan kaum penyembah berhala telah menambahkan kedalamnya berbagai tradisi yang bathil dan mencampurkannya dengan berbagai bentuk kekafiran dan kemusyrikan. Kemudian Islam datang untuk membersihkan segala macam karat dan kotoran yang melekat pada ibadah ini, sehingga menjadi bersih kembali dan memancarkan cahaya tauhid serta dilakukan atas dasar ubudiyah secara mutlak kepada Allah.

Oleh sebab itu, Rasulullah saw mengumumkan kepada semua orang bahwa beliau hendak menunaikan ibadah haji. Dan karena itu pula, orang-orang datang dari segala penjuru ingin melaksanakan ibadah haji bersama beliau agar dapat melakukan amalan-amalan ibadah haji secara benar dan tidak terjerumus melakukan sisa-sisa tradisi jahiliyah.

Nampaknya Rasulullah saw telah diberitahu suatu isyarat bahwa tugasnya di muka bumi sudah hampir selesai.

Amanah (dakwah Islam) telah tersampaikan, bumi jazirah telah penuh dengan tanaman tauhid dan Islam pun telah menyebar serta menyerbu hati manusia di setiap tempat.

Kaum Muslimin yang pada hari itu sudah berjumlah banyak yang menyebar di berbagai penjuru sangat merindukan pertemuan dengan Rasul mereka dan ingin mendapatkan nasehat-nasehat serta petunjuknya. Demikian pula Rasulullah saw beliau sangat merindukan pertemuan dengan mereka, terutama dengan lautan manusia yang baru saja masuk Islam dari berbagai penjuru jazirah Arabia yang belum pernah mendapatkan kesempatan yang cukup untuk bertemu dengan beliau. Kesempatan yang paling besar dan paling indah untuk pertemuan tersebut hanyalah didapatkan dalam kesempatan ibadah haji ke Baitullah dan di padang Arafat. Pertemuan antara Ummat dan Rasulnya di bawah naungan salah satu syiar Islam yang terbesar. Pertemuan yang menurut pengetahuan Allah dan ilham Rasul-Nya sebagai pertemuan tausiyah (nasehat) dan wada‘ (perpisahan).

Rasulullah saw juga ingin bertemu dengan rombongan kaum Muslimin yang datang sebagai hasil jihad selama 23 tahun, guna menyampaikan kepada mereka tentang ajaran Islam dan sistemnya dalam suatu ungkapan yang singkat tapi padat, dan nasehat yang ringkas tetapi sarat dengan ungkapan perasaannya dan getaran-getaran cintanya terhadap ummatnya. Dari wajah-wajah mereka Rasulullah saw ingin melihat potret akan datang, sehingga semua nasehat dan pesan-pesannya bisa sampai kepada mereka dari balik tembok-tembok jaman dan dinding-dinding kurun.

Itulah sebagian makna haji Rasulullah saw: Hijatul Wada‘ (haji perpisahan). Makna ini akan anda saksikan secara jelas di dalam khutbahnya yang disampaikan di lembah Urnah pada hari Arafah.

Ketiga : Renungan Tentang Khutbah Wada‘

Sungguh kalimat-kalimat yang disampaikan di padang Arafah begitu indah. Beliau bukan saja berbicara kepada mereka yang hadir di padang Arafah tetapi kepada semua generasi dan sejarah sesudah mereka. Kalimat-kalimat ini disampaikannya setelah beliau menyampaikan amanah, menasehati Ummat dan berjihad di jalan dakwah selama 23 tahun tanpa bosan dan jemu. Demi Allah, betapa indahnya saat itu. Saat di mana ribuan kaum mualaf berhimpun di sekitar Rasulullah saw dengan penuh ketaatan dan ketundukkan, padahal mereka sebelumnya memusuhi dan memeranginya. Ribuan orang mualaf yang memenuhi padang Arafah sejauh mata memandang dari berbagai arah itu menjadi bukti kebenaran firman Allah:

“Sesungguhnya Kami menolong Rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari Kiamat).“ QS Al-Mukminin : 51

Dan wajah-wajah ummat manusia, dengarkanlah perkataanku. Mungkin sehabis tahun ini, Aku tidak akan bertemu lagi dengan kalian di tempat ini untuk selama-lamanya….“

Dunia terdiam mendengarkan khutbah beliau. Semuanya hening mendengarkan kalimat perpisahan yang keluar dari lisan Rasulullah saw, setelah dunia seisinya berbahagia dengan kehadirannya selama 23 tahun. Kini setelah bertugas melaksanakan perintah Allah dan menanamkan pohon-pohon keimanan di bumi, beliau mengisyaratkan sebuah perpisahan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini beliau ingin menyampaikan secara singkat prinsip-prinsip Islam yang dibawanya dan diperjuangkannya selama ini, dalam ungkapan yang singkat tapi sangat makna.

Subhanallah! Alangkah agung dan indahnya khutbah ini! Seolah-olah taushiah beliau ini diilhami oleh realitas berbagai penyelewengan yang akan dilakukan oleh beberapa kaum dari ummatnya sepanjang jaman, akibat mengikuti orang lain dan meninggalkan cahaya yang akan diwariskannya kepada mereka.

Sabda beliau:
“Wahai manusia, sesungguhnya darah dan harta benda kalian adalah suci bagi kalian (yakni tidak boleh dinodai oleh siapapun juga) sampai kalian bertemu dengan Rabb kalian, seperti hari dan bulan suci sekarang ini:“

Di akhir khutbahnya Rasulullah saw mengulang sekali lagi wasiat ini dan menegaskan akan pentingnya hal tersebut, dengan menyatakan:

“Kalian tahu bahwa setiap Muslim adalah saudara bagi orang Muslim yang lain, dan semua kaum Muslimin adalah bersaudara. Seseorang tidak dibenarkan mengambil sesuatu dari saudaranya kecuali yang telah diberikan kepadanya dengan senang hati, karena itu janganlah kalian menganiaya diri sendiri. Ya Allah, sudahkan kusampaikan?“

Kitapun sekarang menjawab: “Demi Allah engkau telah menyampaikannya wahai Rasulullah. Barangkali kita sekarang ini lebih patut untuk memberikan jawabannya kepadamu wahai Rasulullah. Ya Allah, beliau telah menyampaikannya! …Kendatipun kami belum sepenuhnya melaksanakan tanggung jawab tersebut.

Tema kedua dari khutbah beliau: Bukan sekedar tausiah tetapi merupakan qoror (keputusan) yang diumumkan kepada semua orang, kepada mereka yang hadir di sekitarnya dan juga kepada ummat-ummat yang akan datang sesudahnya.

Qoror itu berbunyi:
“Sesungguhnya segala macam riba tidak boleh berlaku lagi! Tindakan menuntut balas atas kematian seseorang sebagaimana yang berlaku di masa jahiliyah juga tidak boleh berlaku lagi. Riba jahiliyah tidak boleh berlaku lagi.“

Apa maknanya yang terkandung di dalam qoror ini? Ia menegaskan bahwa segala macam hal yang pernah dibanggakan dan dipraktekkan oleh jahiliyah, diantaranya seperti tradisi fanatisme, kekabilahan, perbedaan-perbedaan yang didasarkan kepada bahasa, keturunan, dan ras, atau penghambaan seseorang terhadap sesamanya dan pemerasan (riba), dinyatakan tidak berlaku lagi. Pada hari ini praktek-praktek jahiliyah itu merupakan barang busuk yang telah ditanam oleh syariat Allah ke dalam perut bumi. Praktek-praktek jahiliyah itu dalam kehidupan seorang Muslim pada hari ini letaknya berada di bawah telapak kaki. Ia adalah najis yang harus dibersihkan.

Tema ketiga dari khutbah beliau: Menyatakan tentang keserasian jaman dengan nama-nama bulan yang disebutkan, setelah sekian lama dipermainkan oleh orang-orang Arab di masa jahiliyah dan permulaan Islam.

Tema keempat dari khutbah beliau : Wasiat Rasulullah saw agar berlaku baik terhadap kaum wanita. Wasiat ini, yang ditegaskan dalam kalimat yang singkat tapi padat, menghapuskan segala bentuk penganiayaan terhadap kaum wanita dan memperkokoh jaminan hak-hak asasinya dan kehormatannya sebagai manusia.

Tema kelima dari khutbah beliau: Rasulullah saw meletakkan semua problematika manusia di hadapan dua sumber nilai: siapa yang berpegang teguh dengan keduanya maka dijamin akan terhindar dari segala macam kesengsaraan dan kesesatan.

Tema keenam dari khutbah beliau: Penjelasan Rasulullah saw tentang hubungan yang seharusnya dibina antara seorang Hakim (penguasa) atau Khalifah atau Kepala Negara dan rakyatnya. Ia adalah hubungan ketaatan dari rakyat terhadap pimpinannya betapapun keturunan, warna kulit, dan bentuk lahiriyahnya selama dia tetap menjalankan hukum Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Tetapi apabila dia menyimpang dari keduanya maka tidak ada kewajiban untuk taat kepadanya.

Demi Allah, itu bukan hanya kesaksian ribuan kaum Muslimin yang pernah berhimpun di sekelilingmu di pada Arafah wahai Rasulullah! Tetapi itu juga merupakan kesaksian kaum Muslimin di setiap generasi dan jaman sampai Allah mewariskan bumi seisinya: Kami bersaksi wahai Rasululllah saw bahwa Engkau telah menyampaikan telah menunaikan dan memberi nasehat. Semoga Allah memberikan balasan kepadamu dengan sebaik-baik balasan yang diberikan kepada seorang Nabi dari ummatnya.

Sumber : buku Sirah Nabawiyah karangan Dr. Muhammad Sa`id Ramadhan Al Buthy, alih bahasa (penerjemah): Aunur Rafiq Shaleh, terbitan Robbani Press



Wafatnya Abu Thalib Kesedihan Mendalam Bagi Rasulullah

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling ridha terhadap takdir Allah. Beliau adalah teladan, bagaimana selayaknya seseorang bersikap dalam menghadapi ujian hidup. Tapi, beliau juga memiliki sisi manusia umumnya. Merasakan apa yang dirasakan manusia biasa. Beliau merasakan lapar, sakit, perih karena luka, dan bersedih. Di antara peristiwa yang


Tips Kuliah di Mesir

1) Biasanya pembukaan pendaftaran untuk seleksi Timur tengah (Mesir, Sudan, Maroko) akan dibuka pada pertengahan menjelang akhir bulan April Hingga Mei.

2) Seleksi terdiri dua tahapan, yaitu :
A. Ujian Lisan
B. Ujian Tulis

Yang diujikan pada kedua Seleksi ini tidak akan berbeda jauh, meliputi :

– Hapalan al-Qur’an minimal 3 juz (Juz 1, Juz 2 & Juz 30)
– Kaidah bahasa Arab (Nahwu, Sharaf, Balaghoh)
– Pengetahuan Islam mendasar (Fiqh, Hadis, Tafsir, Sejarah Dan lainnya)
– Insya’ (Mengarang dalam berbahasa Arab)

Sembari menunggu Jadwal seleksi, silahkan dipersiapkan materinya sebaik mungkin

3) Tempat seleksi meliputi 9 Kota Besar Di seluruh Indonesia : Medan, Palembang, Pekanbaru, Aceh, Jakarta, Surabaya, Makassar, Banjarmasin, Jogjakarta.

4. Hasil Seleksi akan diumumkan biasanya setelah Idul Fitri

5. Langkah Selanjutnya adalah pemberkasan (Daftar Ulang, Pembuatan Paspor, pengumpulan Ijazah, Akte kelahiran, Pengurusan visa Dan lainnya) biasanya memakan waktu cukup lama Hingga akhir Agustus

6. Akhir Agustus adalah awal pemberangkatan ke Mesir bagi yang dinyatakan Lulus Dan telah menyelesaikan pemberkasan

Akhirnya Selamat datang Di Negeri Kinanah untuk semua calon mujahidin Dan calon ulama Besar Indonesia. ?

—-

1) Untuk pendaftaran, silahkan kunjungi link : http://diktis.kemenag.go.id/timteng12/ (akan bisa diakses, setelah pengumuman seleksi sudah resmi dibuka)

2) Info terkait Al-Azhar, Pemberkasan Dan lainnya silahkan kunjungi link : http://maba.waag-azhar.or.id/index.php

info: Al-Azhar Centre Medan (AC Medan)



Ujian Nasional MA, Spirit Mewujudkan Generasi Emas Indonesia

Sarilamak (Inmas)–Seperti diketahui Ujian Nasional (UN) Tahun 2017 dilaksanakan dengan menggunakan dua model, Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) serta Ujian Nasional Berbasis Kertas dan Pensil (UNKP) dengan mengunakan naskah soal dan lembar jawaban UN berbasis kertas dan mengunakan pensil. Khusus untuk Madrasah Aliyah (MA) di Lima Puluh Kota seluruhnya menggunakan metode UNKP yang secara Nasional dijadwalkan mulai hari ini (10/04) sampai tiga hari kedepan.

H. Ramza Husmen Kakan Kemenag Lima Puluh Kota disela-sela monitoring UN di Komplek MAS Darul Funun menjelaskan, UN merupakan kegiatan pengukuran capaian kompetensi lulusan pada mata pelajaran tertentu secara Nasional dengan mengacu kepada Standar Kompetensi Lulusan.

Disamping itu hasil Ujian Nasional dapat menjadi bahan pemetaan prestasi peserta didik sekaligus pemetaan kompetensi tenaga pendidik di madrasah,oleh sebab itu saya berharap agar seluruh satuan pendidikan Madrasah untuk membuat analisis dari setiap proses penilaian yang dilakukan, harap Ramza.

Disisi lain Ramza menghimbau, agar seluruh pihak yang terlibat dalam pelaksanaan Ujian Nasional tahun 2017 dapat menyatukan tekad agar kualitas pelaksanaan Ujian Nasional dapat ditingkatkan dari tahun ketahun, mari kita sukseskan pelaksanaan ujian Nasional ini dengan menghindari segala bentuk manipulasi, mari kita jadikan Ujian Nasional ini sebagai momentum untuk menjauhkan praktek kecurangan, prestasi yes, jujur harus, moto Ujian Nasional tersebut merupakan internalisasi dari cita-cita mewujdukan generasi emas Indonesia 2025.

Spirit Ujian Nasional harus dijadikan sebagai bagian ikhtiar mewujudkan Generasi Emas Indonesia dan saya pastikan madrasah berada di garda terdepan untuk mewujudkannya, pungkas Ramza.

Hal tersebut diamini H. Irwan Kasubag Inmas Kanwil Kemenag Sumtera Barat beserta rombongan tim Monitoring UN MA Kanwil, secara umum kita berharap agar pelaksanaan UN MA berjalan dengan sukses tanpa kendala yang berarti. Harapan tersebut mensyaratkan seluruh pengelola UN MA untuk istiqomah sesuai dengan POS UN yang telah ditepakan. Disamping itu tentu kita juga berharap hasil akhir UN MA menempatkan peserta didik madrasah dapat bersaing dengan lulusan lembaga pendidikan lainnya, ujar pria mudah senyum ini.

Sebelumnya H.Safrijon Kasi Pendidikan Madrasah Kemenag Lima Puluh Kota dalam keterangan persnya menjelaskan, tahun 2017 terdapat enam MA di Lima Puluh Kota yang menjadi penyelenggara UNKP dari 12 MA yang ada. Tahun ini MA kita masih menggunakan metode UNKP karena kita masih melakukan berbagai persiapan untuk UNBK, kita targetkan dua tahun kedepan seluruh penyelenggaraan UN MA kita sudah berbasis komputerisasi, tukuk Putra Blok M ini.

Dijelaskan juga bahwa pelaksanaan UNKP dimulai pada jam 10. 30 setelah UNBK dilaksanakan, terdapat bidang studi yang di ujian selama UNKP, Matematika, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan materi pilihan sesuai dengan jurusan masing-masing. Untuk Lima Puluh Kota tercatat 108 peserta didik yang menjadi peserta UNKP yang berasal dari 12 MA dengan 6 MA sebagai penyelenggara, simpul Safrijon. Madrasah Lebih Baik (APP/Rina)



H. Zakaria : Pemilu OSIM PP Darul Funun Pentas Pembelajaran Berdemokrasi

Sarilamak, (Inmas)–Organisasi Intra Madrasah (OSIM) merupakan bagian tak terpisahakan dari sistem pendidikan di madrasah. OSIM wadah untuk menampung berbagai minat dan bakat peserta didik, lebih dari itu OSIM merupakan bagian dari proses kaderisasi kepemimpinan. Hukum alam memastikan bahwa kepemimpinan harus diwarisi antara generasi.

Hal tersebut ditegaskan H. Zakaria Kasi Pd. Pontren Kemenag Lima Puluh Kota, Kamis (06/04) terkait kegiatan pemilihan ketua OSIM Pondok pesantren Darul Funun.

Mendalam disampaikan, melalui kegiatan pemilihan ketua OSIM diharpakan akan lahir pemimpin OSIM PP Darul Funun memilki visi jauh kedepan, pemilihan tersebut sekaligus merupakan pentas bagi peserta didik untuk belajar berdemokrasi berkeadaban.

“Yang menang jangan sombong, rangkul teman yang lain, begitu juga dengan yang kalah jangan patah arang, menang dengan kesatria, kalah dengan terhormat begitulah prinsip sederhana berdemokrasi yang harus tercermin di PP Darul Funun”, harap Zakaria.

“Kantor (Kemenag Lima Puluh Kota Red) menudukung serta memberikan apresiasi atas terselengaranya pesta demokrasi di PP Darul Funun, saya berharap agar proses tersebut melahirkan hasil yang dapat memberi nilai lebih dalam meningkatkan kualitas pendidikan di PP Darul Funun”, tungkas Zakaria lagi.

H. Adia Putra Pimpinan PP Darul Funun menjelaskan, pemilihan Ketua OSIM di lingkungan PP Darul Funun dilakukan melalui pemilihan langsung, dengan mengambil format pemilu, mulai dari sistim pendaftaran kandidat, tahapan kampanye, pemberian hak suara samapai penghitungan suara. Yang lebih menarik Adia menjelaskan dalam pemberian suara panitia menyiapkan kertas suara, bilik suara, kotak suara serta tinta sebagai bukti bahwa santri/wati telah menyalurkan haknya, ini sengaja dibuat semirip mungkin dengan pemilu agar santri/wati memilki pengalaman dalam pemilu, jelas pensiunan Kemenag ini.

Pemilu Ketua OSIM sekaligus merupakan bagian dari praktek pendidikan karakter yang selama ini kita genjot bersama, melalui kegiatan pesta demokrasi ini saya berharap nilai-nilai karakter dapat diaplikasikan secara nyata dalam praktek sehari-hari santri/wati.

Sebanyak 300 santri/wati mulai dari kelas VII hingga kelas XII semuanya wajib mengikuti jalannya proses pemilihan ketua OSIM yang digelar tersebut. Yuhilmi Waka Kesiswaan PP Darul Funun mengatakan pemilihan pengurus OSIM layaknya pemilu bertujuan untuk melatih dan mengenalkan kepada santri/wati agar mengetahui proses pemilu pada umumnya.

Sementara itu, Wahid salah satu kandidat calon ketua OSIM mengatakan pemilihan ketua OSIM melalui cara seperti ini menurutnya lebih memberikan pengalaman dan pembelajaran tersendiri dalam berdemokrasi. Meski usia kami belum cukup untuk mengikuti kegiatan pemilu pada umumnya, setidaknya melalui kegiatan seperti ini, kami mendapatkan ilmu pendidikan cara berdemokrasi yang baik dan benar”, ucap santri kelas XI ini. (APP)|DW

Sumber berita: https://sumbar.kemenag.go.id/berita/483644/h-zakari-pemilu-osim-pp-darul-funun-pentas-pembelajaran-berdemokrasi



Jejak Umat Islam di Kota Madrid

Wilayah Madrid telah dihuni sejak zaman kuno. Kota yang dikenal sebagai ibu kota Spanyol itu berasal dari pemukiman kecil orang-orang Romawi yang dibangun di tepi Sungai Manzanares yang disebut Matrik. Pada akhir periode Visigothic (abad ke-7), pemukiman ini banyak ditinggalkan oleh penghuninya. Hanya terdapat sebuah desa kecil di sana. Barulah


Kalimat Yang Baik Yang Menguatkan (Motivasi)

Hari itu, KH. Hasyim Asy’ari kedatangan tamu agung, Panglima Besar Jenderal Soedirman. Sang Jenderal yang sedang sakit tetap bersikukuh untuk sowan kepada Mbah Hasyim demi mendapatkan taujih/arahan dan doa dalam berjuang membela negara.

Memasuki pelataran rumah, Yusuf Hasyim muda (putra KH. Hasyim Asy’ari) menyambut dengan hangat sang jenderal tersebut.

“Pak Dirman, saya mau ikut berperang bersama Anda,” ucap Yusuf Hasyim.
“Pemuda yang hebat dan pemberani!” jawab Pak Dirman, tanpa mengiyakan ataupun menolak keinginan Yusuf Hasyim.

Barulah setelah bertemu Mbah Hasyim, Jenderal Soedirman menyampaikan keinginan Yusuf Hasyim tersebut kepada sang Ayahanda. Mbah Hasyim tersenyum, lalu berkata,

“Bukan hanya Yusuf, seluruh santriku dan bahkan aku sendiri pun siap bergabung bersama.”

Mendengar kata-kata Mbah Hasyim, Pak Dirman sontak merasa mendapat suntikan obat dan dorongan semangat. Seketika Pak Dirman bangkit dan berdiri tegap. Lenyaplah sakitnya.

Terlepas dari keyakinan banyak orang bahwa itu adalah salah satu karomah Mbah Hasyim, benar-benar terbukti bahwa kalimah thayyibah (ucapan yang baik) bisa menjadi kekuatan motivasi bagi siapa pun yang mendengarnya. Menyejukkan, menenteramkan, menenangkan, menegarkan, membangkitkan semangat, menggelorakan darah juang, dan menjadi obat bagi siapa saja yang membutuhkan.

Rasulullah Saw bersabda:

« لاَ عَدْوَى ، وَلاَ طِيَرَةَ ، وَيُعْجِبُنِى الْفَأْلُ » . قَالُوا وَمَا الْفَأْلُ قَالَ « كَلِمَةٌ طَيِّبَةٌ

“Tidak dibenarkan menganggap penyakit menular dengan sendirinya (tanpa ketentuan Allah) dan tidak dibenarkan beranggapan sial. Sedangkan al-fa’lu membuatku takjub.” Para sahabat bertanya, “Apa itu al-fa’lu (optimistis)?” Beliau menjawab, “Yaitu kalimat yang baik.” (HR. Bukhari no. 5776 dan Muslim no. 2224).



Motivasi dari Rektor Universitas M. Natsir Dr. Muslim Suardi. M. Si

Alhamdulillah, Rektor Universitas M. Natsir, Bapak Dr. Muslim Suardi. M. Si, Apt. berkenan memberikan motivasi kepada siswa MA kelas XII Darul Funun.

Semoga apa yang disampaikan memberikan manfaat dan menjadi dorongan semangat untuk terus berprestasi.



Liko Pontren Cup Perdana Sukses, Ponpes Darul Funun Abasyiah Juara Umum

Sarilamak (Inmas)–Kejuaran Bulu Tangkis antara santri tingkat Kabupaten Limapuluh Kota dengan label Pontren Cup I Liko Tahun 2017 dihelat dari tanggal 20-23 Maret 2017 berlangsung meriah dengan menyuguhkan pertandingan sengit setiap partai yang dimaiankan di Auala megah Kemenag Limapuluh Kota.

Memasuki babak final Kamis (23/3) Pondok Pesantren Darul Funun Abasyiah keluar sebagai juara umum Liko Pontren Cup I Tahun 2017. Gelar juara umum didapat setelah pasangan ganda putra PP Darul Funun mejuarai nomor ganda putra, serta juara II pada ganda campuran. Atas raihan prestasi tersebut PP darul Funun berhak untuk membawa pulang piala bergilir Kakan Kemenag Lima Puluh Kota yang diserahkan Jumat (24/03).

Ifkar Kasubag TU Kemenag Limapuluh Kota didampingi H. Zakaria Kasi Pd Pontren Kemenag Lima Puluh Kota disela-sela pemberian hadiah menyampaikan, apresiasi dan rasa bangga atas suksesnya pergelaran Liko Pontren Cup I Tahun 2017 yang digagas Seksi Pd. Pontren. Saya bangga karena kegiatan ini murni di sponsori oleh para pengiat Pondok Pesantren.

Hal ini merupakan bukti nyata bahwa kebersamaan mampu melahirkan inovasi yang baik untuk terwadahnya kreativitas serta minat santri/wati, jelas alumni PGA Payakumbuh ini. Kedepanya saya berharap kegiatan Liko Pontren Cup dapat diteruskan untuk tahun-tahun selanjutnya, ini merupakan tradisi baru yang perlu dipertahankan serta ditingkatkan baik pada aspek kualitas maupun kwantitas, simpul kandidat Doktor IAIN Imam Bonjol Padang ini.

Hal senada disampaikan Zakaria Kasi Pd. Pontren Kemenag Limapuluh Kota, atas nama panitia saya menyampaikan ucapan terimakasih yang setinggi-setingginya kepada para donator yang telah mewakafkan materi, tenaga serta waktu untuk suksenya turnamen bergensi ini. Dijelaskan pula ide dasar kejuaran Liko Pontren Cup merupakan upaya untuk mencari serta terfasilitasinya talenta-talenta muda berbakat yang menjamur di Pondok Pesantren.

Saya yakin bahwa para santri/wati memiliki berbagai kreativitas dalam berbagai bidang yang mereka tekuni, oleh sebab itu tugas kita semua ialah meyediakan wahana penyaluran kreativitas tersebut, kejuaran ini merupakan salah satu dari media tersebut, pungkas Bapak mudah senyum ini.

Data yang dipublikasikan oleh bagian humas Panitia Liko Pontren Cup I 2017 berikut daftar pemenang kejuaran yang untuk pertama kalinya baru bergulir tahun ini. Ganda Putra juara I pasangan Ramadan dan Arda Hafizul dari PP Darul Funun, juara II Riki Lamen dan M.Al Amin dari PP Al-Kautsar, juara III pasangan Ainal Yaqin dan M.Efendi dari PP Assadiyah.

Untuk Ganda Putri, juara I Desi Nurfia Fatimah dan Dwi Putri Amelia dari PP AL-Manar, juara II Ringga Restu Oktavia dan Kintan Puji Rahayu dari PP MTI Tabek Gadang, juara III pasangan Siti Hanifah dan Rahmi Gumita Putri dari PP Syech.Adimin Ar-Radji. Sedangkan di nomor ganda campuran, PP Al-Makmur Tungkar meraih jauara I melalui pasangan Riorahmat dan Annisa, pasangan Rahmatul Wahid dan Hafizah Alkairiyah dari PP Darul Funun keluar sebagai juara II, juraa III dikunci pasangan Joni Hidayat dan Maya Paramita dari PP MTI Tabek Gadang. Selamat terus berprestasi (APP/Rina)

Sumber: https://sumbar.kemenag.go.id/berita/476661/liko-pontren-cup-i-2017-ponpes-darul-funun-abasyiah-juara-umum



Darul Funun Raih Juara Umum Pondok Pesantren Cup 1 se-Kabupaten Limapuluh Kota

Alhamdulillah…!!!

Selamat kepada para atlit yang bersumbangsih menjadikan Pesantren Darul Funun menjadi juara umum kejuaraan olah raga Pondok Pesantren Cup 1 se-Kabupaten Limapuluh Kota.

Mens sana in corpore sano.
Didalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat.



Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, Utsman bin Affan

Dia adalah laki-laki yang hebat. Memiliki nama besar dalam sejarah dunia. Namun capaiannya tidak banyak dikisahkan. Tidak seperti Abu Bakar dan Umar bin al-Khattab radhiallahu ‘anhuma. Bukan berarti capaiannya kalah mentereng dari kedua pendahulunya. Dialah juga pahlawan dalam arti sebenarnya.

Nasab

Dialah Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu. Utsman bin Affan adalah salah seorang yang paling pertama menerima Islam, beriman kepada Nabi ﷺ, dan mendukung perjuangan beliau ﷺ. Disebutkan bahwasanya Utsman bin Affan adalah laki-laki keempat yang menerima dakwah Islam.

Utsman lahir dari klan Umayyah, kabilah kaya dan terkemuka dari suku Quraisy. Ia memiliki status sosial dan ekonomi yang tinggi, namun ia seorang laki-laki sederhana dan rendah hati. Ketika ayahnya meninggal, sang ayah meninggalkan warisan besar untuk Utsman. Ia diwariskan bisnis keluarga. Bisnisnya terus berkembang, hingga ia menjadi salah seorang terkaya di Mekah.

Pribadi Yang Mulia

Laki-laki Quraisy ini dikenal dengan gelaran Dzun Nurain, pemilik dua cahaya. Karena ia menikahi dua orang putri Rasulullah ﷺ. Yang pertama Ruqayyah. Setelah Ruqayyah meninggal, Utsman dinikahkan Nabi ﷺ dengan putrinya Ummu Kultsum. Ummu Kultsum juga meninggal di masa hidup Nabi ﷺ.

Dia melakukan dua kali hijrah, yang pertama ke Habasyah. Di sana ia sukses dalam berbisnis. Namun, dua tahun kemudian ia kembali ke Maekah. Dan kemudian turut serta hijrah ke Madinah.

Pada saat Perang Badar, istri Utsman, putri Nabi ﷺ, Ruqayyah, menderita sakit parah. Utsman tinggal di Madinah untuk menemani istrinya yang sakit. Karena itulah ia tidak turut serta dalam Perang Badar. Pelajaran bagi kita, seorang tokoh besar dan berpengaruh di masyarakat, Utsman bin Affan, setia menemani istrinya di hari terakhir. Ia adalah seorang laki-laki baik yang penuh kasih dan manusia penyayang. Sesampainya kabar kemenangan kaum muslimin di Badar, saat itu pula Ruqayyah telah meninggal dan telah dimakamkan.

Utsman bin Affan terkenal dengan sifat malu dan kemurahan hati yang tak berujung. Diriwayatkan, bahwa Nabi Muhammad ﷺ berbaring di rumahnya sementara bagian dari kaki beliau terlihat. Abu Bakar meminta izin untuk masuk, beliau mengizinkannya dan berbicara dengannya. Kemudian Umar bin al-Khattab meminta izin masuk, beliau juga mengizinkannya dan berbicara kepadanya. Lalu Utsman bin Affan meminta izin masuk, lalu Nabi ﷺ duduk dan merapikan pakaiannya. Utsman pun diizinkan masuk dan beliau berbicara kepadanya.

Ketika Utsman pergi, Ummul Mukminin Aisya radhiallahu ‘anha bertanya, “Abu Bakar datang Anda tidak bergerak. Umar datang Anda tidak juga bergerak, tapi ketika Utsman datang, Anda duduk dan merapikan pakaian Anda?”

Nabi ﷺ menjawab, “Apakah aku tidak merasa malu dengan seorang laki-laki yang para malaikat merasa malu?” (Sahih Muslim, hadis: 2401). Betapa agung dan terhormat laki-laki ini, bahkan para malaikat surga pun menaruh penghormatan khusus padanya.

Kedermawanan Menantu Rasulullah ﷺ

Kemurahan hati dan kedermawanannya, terus tiada henti. Ia merasa bahagia menghabiskan sejumlah besar kekayaannya untuk membantu umat Islam.

Tak beberapa lama setelah kaum muslimin hijrah ke Madinah, mereka mengalami kesulitan air. Dan mereka sangat membutuhkan sumber air minum. Sementara itu, hanya ada satu sumur di sekitar mereka. Sumur itu dimiliki oleh seorang pria Yahudi. Si Yahudi menjual air kepada kaum muslimin dengan harga yang begitu tinggi. Kondisi hidup pun kian sulit.

Nabi Muhammad ﷺ memotivasi para sahabatnya, siapa yang dapat membeli sumur milik si Yahudi (Sumur Ruma), kemudian mendermakannya untuk kaum muslimin. Imbalannya adalah sebuah rumah di surga.

Utsman bin Affan yang pertama maju. Dia mendekati si Yahudi, mencoba membeli sumur. Awalnya Yahudi itu menolak tawaran Utsman. Kemudian Utsman menawarkan membeli setengahnya. Satu hari menjadi milik Utsman, dan hari berikutnya menjadi miliki si Yahudi. Begitu seterusnya. Yahudi itu pun menerima tawaran Utsman. Pada hari giliran Utsman, ia memberikan air gratis untuk semua orang. Dan di hari berikutnya, tak ada yang datang untuk mengisi air. Sumur itu pun tak menghasilkan uang lagi untuk laki-laki Yahudi itu. Akhirnya, si Yahudi menjual setengah sisanya kepada Utsman.

Utsman bin Affan memberikan air sumur tersebut secara gratis kepada masyarakat. Hingga hari ini, air sumur tersebut masih digunakan.

Berulang kali, kemurahan hati Ustman menjadi berkah bagi kaum muslimin di masa-masa sulit. Pernah terjadi kemarau panjang di masa kekhalifahan Umar bin al-Khattab. Satu tahun penuh tak juga turun hujan. Tanaman layu dan mati. Masyarakat ditimpa bencana kelaparan. Lalu datang sebuah kafilah dengan 1.000 onta yang sarat dengan biji-bijian dan perlengkapan. Barang-brang kebutuhan itu baru saja tiba dari Suriah. Semuanya adalah milik Utsman bin Affan.

Para pedagang dan pembeli cepat-cepat bernegosiasi dengan Utsman. Menawar dan membeli barang-barangnya untuk untuk melepaskan diri dari lilitan kesulitan. Mereka menawar, membeli biji-bijian dengan keuntungan 5%, tapi tawaran mereka ditolak sang pemilik. Kata Utsman, ada tawaran yang lebih baik dari yang mereka berikan. Barangnya sudah ditawar dengan keuntungan sepuluh kali laba. Para pedagang dan pembeli merasa putus asa dengan tawaran Utsman. Mereka tidak sanggup membayar lebih dari penawar yang telah Utsman sebutkan. Sejurus kemudian, Utsman bagikan gratis barang-barang dagangannya. Allah lah yang akan membalasnya sepuluh kali lipat bahkan sampai tujuh ratus kali lebih. Utsman distribusikan seluruh persediaan biji-bijian tersebut kepada orang-orang miskin, gratis!

Dalam hukum ekonomi, saat permintaan naik, maka harga barang pun akan naik. Namun itu tidak berlaku bagi Utsman, saat permintaan masyarakat naik karena terdesak dan sangat butuh akan bahan pangan, saat itu pula ia turunkan harga. Ia bagikan secara cuma-cuma. Dan ia jadikan momen tersebut untuk ‘berniaga’ dengan Allah ﷻ. Perdagangan yang tak akan rugi.

Utsman juga pernah menginfakkan harta 1000 dinar untuk membiayai pasukan di masa-masa sulit (jaisyul usrah). Jika satu dinar sama dengan 2,3 juta. Maka satu kali infak tersebut, Utsman mengeluarkan uang 2,3 Milyar. 2,3 Milyar di zaman itu, berbeda nilainya dengan zaman sekarang. Di zaman itu nilai uang jauh lebih tinggi dibanding sekarang. hingga Rasulullah ﷺ bersabda,

مَا ضَرَّ ابْنَ عَفَّانَ مَا عَمِلَ بَعْدَ الْيَوْمِ.

“Tidak membahayakan bagi Utsman apa yang dia kerjakan setelah hari ini.” Beliau mengucapkannya berulang-ulang. (HR. Ahmad).

Capaian di Masa Kekhalifahan

Ketika Umar bin Al-Khattab terbunuh, dia menunjuk sebuah komite yang terdiri dari enam orang. Komite tersebut bertugas memilih siapa di antara mereka yang menjadi khalifah setelah Umar. Komite tersebut beranggotakan: Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdur Rahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, az-Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah. Setelah dua hari bermusyawarah dan setelah memastikan pendapat kaum muslimin di Madinah, pilihan pun dibuat, lima anggota komite dan kaum muslimin Madinah berjanji setia (baiat) kepada Khalifah Ketiga, Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu.

Capaian Utsman bin Affan dalam masa pemerintahannya tentu tidak bisa diringkas dalam beberapa paragrap saja. Tapi setidaknya kita tahu sebagian dari jasa besarnya. Di masanya, Islam tersebar ke Barat hingga wilayah Maroko, ke Timur hingga ke Afghanistan, dan ke Utara hingga sampai Armenia dan Azerbaijan. Ia menerapakan kebijakan yang lebih longgar, tidak seketat di zaman pendahulunya, Umar bin al-Khattab.

Selama paruh pertama pemerintahannya, dunia Islam menikmati perdamaian internal, ketenangan, dan kemakmuran ekonomi.

Kontribusi paling menonjol di masa kekhalifahan Utsman adalah penyeragaman bacaan Alquran. Karena populasi muslim tersebar di wilayah yang luas, banyak orang dari budaya lain di negeri nan jauh yang masuk Islam, kebutuhan untuk menyeragamkan bacaan Alquran pun tak bisa ditawar. Alquran dibaca dengan dialek dan bahasa yang sama. Saat itu, hanya tersisa satu copy Alquran yang dibukukan di masa kekhalifahan Abu Bakar. Mushaf tersebut disimpan di kediaman Ummul Mukminin Hafshah radhiallahu ‘anha, putri Umar bin Al-Khattab.

Utsman bin Affan meminta Alquran tersebut kepada Hafsah untuk diduplikasi. Kemudian membentuk tim yang terdiri dari: Zaid bin Tsabit, Abdullah bin az-Zubair, Sa’ad bin al-Ash, dan Abdurrahman bin al-Harits. Merekalah yang ditugaskan untuk menyalin Alquran.

Setelah selesai, salinan asli dikembalikan ke Hafsah. Sementara salinan yang baru dikirim ke berbagai negara Islam yang baru. Alquran tersebut dijadikan pedoman untuk membaca, belajar, menghafal, dan mengajarkan Alquran.

Prestasi besar lainnya adalah Utsman membuat angkatan laut muslim pertama. Ekspedisi militer muslim di laut berlayar untuk pertama kalinya di bawah kekhalifahan Utsman. Pasukan tersebut dipimpin oleh Muawiyah bin Abi Sufyan radhiallahu ‘anhu.

Utsman bin Affan adalah sosok yang tak habis untuk diceritakan dan dikagumi. Untuk lebih mengenal beliau, silahkan membaca artikel-artikel kisahmuslim.com yang lain, yang memuat tentang beliau, Dzun Nurain, Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu.

Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07)

Read more http://kisahmuslim.com/5470-pahlawan-tanpa-tanda-jasa-utsman-bin-affan.html



Seorang Anak Menjual Rumahnya Demi Bayarkan Utang Ayah

Hampir semua cerita tentang orang Arab, khususnya Arab Saudi, yang sampai kepada kita adalah tentang hal-hal negatif. Kata “Puncak”, “malas”, “kasar”, “perang” adalah sesuatu yang dijejalkan di benak kita. Sehingga ketika mendengar kata “Arab” rekam memori kita langsung menalar hal-hal buruk. Sampai kita pun rasa-rasanya tak rela Islam itu dari


Pelajaran dari Wafatnya Abu Thalib (3/3)

Dalam peristiwa wafatnya Abu Thalib, ada empat tokoh besar yang duduk bertemu. Dua orang di antaranya telah kita uraikan di tulisan sebelumnya. Banyak pelajaran yang kita dapati dan kaji dari keduanya. Pelajaran yang bisa kita adaptasi dengan realita kekinian. Berikutnya, tokoh ketiga adalah paman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu


Dari Pemeluk Hindu Hingga Menjadi Profesor Hadits Universitas Islam Madinah

Karya legendaris Prof. Dhiyaurrahman Azmi di bidang hadis akan memasukkannya pada level yang sama dengan para ulama klasik.

Saat ini, kita banyak mendengar kisah orang-orang kembali kepada fitrah mereka, memeluk Islam. Hal ini patut kita syukuri. Tapi hanya ada beberapa orang yang berasal dari kegelapan agama leluhur mereka setelah menerima cahaya Islam berhasil menghadirkan pengaruh dan kontribusi yang luar biasa untuk kemajuan pengetahuan keislaman. Jika kita melihat warisan hebat yang ditinggalkan oleh mualaf seperti Muhammad Asad, Maryam Jamilah, Dr. Maurice Bucaille, Muhammad Pickthall, Michael Wolfe, dan Pamela Taylor, pencapaian mereka benar-benar menakjubkan. Saat ini, ada tokoh yang luar biasa yang mungkin melampaui para pendahulunya. Ia adalah Prof. Muhammad Dhiya ur-Rahman Azmi. Ia memberi kontribusi yang sangat besar dalam kajian ilmu hadits. Sebuah pencapaian yang layak dikenang dan menjadi bagian dari sejarah peradaban Islam.

Islam Tak Mengenal Kasta Sosial

Muhammad Dhiya ur-Rahman Azmi dulu bernama Banke Laal. Lahir tahun 1943 dalam sebuah keluarga Hindu di desa Bilarya Ganj. Sebuah desa yang terletak di Kecamatan Azamgarh, India. Saat memeluk Islam usianya 18 tahun. Konsep kesetaraan dan keadilan yang ditawarkan Islam telah membuatnya terkesan. Menurutnya, hal itu merupakan keistimewaan dan humanisme yang hanya ada pada Islam. Alasan ini pula yang menyebabkan banyak orang-orang di anak benua India memeluk Islam. Mereka ingin lepas dari sekat-sekat kasta. Dan mendapatkan kebebasan bertindak sesuai dengan cita-cita dan kehendak mereka.

Di India ada beberapa organisasi yang memfasilitasi perpindahan agama. Kegiatan organisasi ini dikenal dengan Ghar Wapsi. Sebuah kegiatan yang difasilitasi organisasi Hindu India untuk memfasilitasi perpindahan agama seorang non-Hindu ke agama Hindu. Di masyarakat Islam India, tidak didapatkan aktivitas semacam ini. Tidak ada donasi atau bantuan materi yang didapat bagi mereka yang baru saja memeluk Islam. Sisi baiknya, seseorang yang memeluk Islam benar-benar menyambut perintah Allah dan lahir dari niat yang tulus. Jika ingin menjadi seorang muslim, hal yang harus Anda lakukan adalah memahami pesan hakiki dari Islam itu sendiri.

Dijauhi Keluarga dan Hijrah Mendalami Islam

Setelah memeluk Islam, kedua orang tua dan keluarga dekatnya memboikot Syaikh Muhammad Dhiyaurrahman Azmi. Ia pun hijrah ke Pakistan untuk mendalami agama. Ia belajar agama di Madrasah yang bekerja sama dengan Jamiah Islamiyah. Kemudian melanjutkan studi S1 di Universitas Islam Madinah (Jamiah Islamiyah Madinah), Arab Saudi. Di tempat ini, ia menjadi lulusan pertama yang pernah beragama Hindu.

Tidak berhenti hanya di tingkat sarjana, Syaikh Dhiyaurrahman melanjutkan studi pasca sarjananya (S2) ke King Abdul Aziz University di Mekah, yang kemudian dikenal dengan Ummul Qura University. Gelar doktornya ia dapatkan dari Universitas al-Azhar, Kairo.

Kepakarannya di bidang hadits adalah sesuatu yang diakui khalayak. Universitas Islam Madinah mengakuinya dengan mengangkatnya sebagai guru besar (profesor) di Fakultas Hadits kampus tersebut. Bahkan Kerajaan Arab Saudi sendiri menghadiahinya kewarga-negaraan Arab Saudi sebagai bentuk terima kasih atas kontribusi yang ia berikan dalam kajian ilmu hadits.

Syaikh Dhiyaurrahman tidak membatasi aktivitasnya hanya di bidang akademik semata. Ia juga aktif ambil bagian dalam bidang administratif. Seperti bergabung dengan Liga Muslim Dunia (Muslim World League) di Mekah. Dan juga menjadi dekan Fakultas Hadits Universitas Islam Madinah hingga pensiun. Setelah pensiun, ia diangkat menjadi pengajar di Masjid Nabawi oleh Departemen Urusan Masjid Nabawi pada tahun 2013.

Sumbangan Terhadap Peradaban Islam

Banyak karya tulis telah dibuat oleh Profesor Dhiyaurrahman Azmi. Ia menulis puluhan buku tentang berbagai topik penting dalam Islam. Tapi yang paling istimewa adalah karya monumentalnya berupa ensiklopedia hadits. Ia beri judul karyanya itu dengan al-Jami’ al-Kamil fi al-Hadits ash-Shahih ash-Shamil. Karya istimewanya ini adalah kumpulan hadits-hadits shahih yang tersebar di berbagai buku-buku klasik.

al-Jami al-Kamil fi al-Hadits ash-Shahih asy-Syamil, karya monumental Prof. Muhammad Dhiyaurrahman Azmi

Buku al-Jami’ al-Kamil fi al-Hadits ash-Shahih ash-Shamil terdiri dari 20 jilid lebih buku tebal. Yang berisi sekitar 16.000 Hadis. Memuat tentang berbagai permasalahan: akidah, hukum, ibadah, biografi Nabi, fikih, tafsir Alquran, dan masih banyak lagi. Orang-orang akan mengingat Syaikh Prof Muhammad Dhiyaurrahman Azmi dan berterima kasih padanya atas usahanya meneliti hadits. Mengumpulkannya sehingga mudah untuk dipelajari dan dibaca para pecinta hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Usahanya ini menjadi bukti bagaimana ia meneladani usaha Imam al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Turmudzi, an-Nasai, dan Imam Malik dalam meneliti dan mengumpulkan hadits.

Karya legendaris lain yang merupakan kesungguhan Prof. Azmi adalah “Encyclopedia of the Qur’an Glorious” dalam bahasa Hindi. Umat Islam pernah berkuasa selama sekitar 800 tahun di India, sayangnya tak banyak buku yang tersedia dalam bahasa asli mereka yang menjelaskan menjelaskan makna Alquran. Memberikan pencerahan tentang nilai-nilai kemanusiaan yang diberitakan Alquran.

Ensiklopedia unik yang ditulis oleh Prof. Azmi ini, mengeksplorasi lebih dari 600 topik bahasan. Buku ini merupakan buku pertama (pionir) yang ditulis tentang tema ini dalam bahasa Hindi. Dalam waktu sangat singkat, buku ini sudah dicetak sebanyak delapan kali di India. Karena respon umat yang bagus terhadap buku ini, edisi bahasa Urdu dan India pun segera dicetak pula. Bisa dikatakan, buku ini adalah salah satu buku terbaik dalam kajian Alquran. Pembahasan diurutkan berdasarkan susunan abjad. Di dalamnya juga dimuat foto dan peta tempat-tempat yang masyhur.

Penelitiannya dalam menempuh pendidikan juga merupakan penelitian yang menarik. Tesis Master-nya berjudul Abu Hurairah fi Dhau-i Marwiyatihi: Dirasatun Muqaranatun fi Miati Haditsin min Marwiyatihi adalah bentuk pembelaan terhadap sahabat Nabi, Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu. Ia membantah tuduhan yang dibuat oleh beberapa orang yang mempertanyakan keaslian hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Sedangkan disertasinya adalah penelitian terhadap kitab Aqdhiyatu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dalam bukunya Dari Ganga ke Zamzam dalam bahasa Urdu, Prof. Azmi menceritakan kisah keislamannya dan banyaknya kesulitan yang harus ia hadapi. Tentu buku ini juga menarik untuk dibaca. Kemudian karyanya yang istimewa tentang studi perbandingan agama, Dirasat al-Yahudiyah wa al-Masihiyah wa al-Adyan al-Hind juga mendapat apresiasi yang tinggi. Buku ini dijadikan acuan materi pembelajaran tingkat yang lebih tinggi di universitas-universitas di Arab Saudi. Saat ini, Prof. Azmi terlibat dalam proyek penulisan studi perbandingan agama Hindu, Budha, Jainisme, dan Sikhisme yang akan segera diterbitkan pula.

Penutup

Tidak ada yang menyangka, seorang anak laki-laki yang terlahir di sebuah keluarga Hindu di kemudian hari menjadi guru hadits di Universitas Islam Madinah dan pengajar di Masjid Nabawi. Profesor Azmi merupakan orang yang istimewa. Perjalanannya hidupnya mengajarkan kita bahwa kehidupan ini bagaikan roda yang berputar. Seseorang bisa di berada di putaran bawah menghadapi kesulitan. Kemudian berada di bagian atas menikmati kesuksesan. Seseorang harus berusaha menyelesaikan putaran kesulitan yang ia hadapi sampai ia berhasil membuktikan kepada dunia -dengan izin Allah-, ia mampu berkontribusi untuk peradaban.

Kesederhanaan memiliki peran penting dalam pembentukan karakter. Karena kesederhanaan mampu menahan seorang untuk berbuat yang tidak semestinya ia lakukan. Kesederhanaan juga menjadi perisai yang menghalangi sifat sombong. Kesederhanaan adalah kunci untuk kesalehan dan baiknya perbuatan. Kesederhanaan, sopan santun, dan kerendahan hati begitu tampak pada sosoknya.

Prof. Azmi adalah figur yang membuat kita teringat dengan kebenaran sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

النَّاسُ مَعَادِنُ كَمَعَادِنِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ خِيَارُهُمْ فِي الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُهُمْ فِي اْلإِسْلاَمِ إِذَا فَقُهُوا وَالْأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ

“Manusia ibarat barang tambang berharga seperti tambang emas dan perak. Orang yang mulia pada masa jahiliyah, akan menjadi orang yang mulia juga dalam Islam apabila ia paham agama. Ruh ibarat pasukan yang dikumpulkan, ia akan bersatu jika serasi dan akan berselisih jika tidak serasi”. (HR Muslim).

Sumber:



Pelajaran dari Wafatnya Abu Thalib (2/3)

Di tulisan sebelumnya, telah dibahas bagaimana peristiwa wafatnya paman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Thalib. Bagaimana Nabi berusaha mendakwahi sang paman di akhir hayat. Dan bagaimana pula tokoh-tokoh kekufuran, Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah, tak mau kalah menyerukan kekufuran untuk teman mereka. Orang pertama yang akan kita


100% Bisnis 100% Amal

Dari sebuah akun di facebook, saya menyalinkan ini untuk kawan semua…  (Bunda Saffa)

Seorang lelaki tua, pakaian lusuhnya menampakkan jelas kefaqiran yang ia alami, ia memasuki sebuah toko megah untuk membeli selimut, ia membutuhkan 6 buah selimut untuk keluarganya di musim dingin ini, tapi uang yang ia miliki hanya 100 riyal

Pemilik toko berkata :

Oh ada pak, saya punya selimut bagus buatan Turki, harganya juga murah, hanya 20 riyal per buah. Kalau bapak beli 5 buah akan mendapat bonus 1 buah

Lega ..
Terpancar diwajah lelaki tua itu

Segera ia mengulurkan lembaran uang 100 riyal miliknya, dengan wajah berseri sambil membawa selimut ia berlalu pergi

Teman si pedagang yang sedari tadi duduk memperhatikan ini berkata :

Engkau ini aneh sekali, bukankah kemarin engkau mengatakan selimut itu jenis selimut termahal di tokomu ini, kalau tidak salah kemarin engkau menawarkan nya padaku seharga 350 riyal per helainya

Pedagang itu menjawab :

Benar sekali, kemarin aku menjual padamu 350 riyal tidak kurang sedikitpun, kemarin aku berdagang dengan manusia, hari ini aku berdagang dengan ALLAH

Aku ingin keluarga laki-laki tua tadi dapat terhindar dari dingin di musim dingin yang akan datang sebentar lagi dan aku berharap ALLAH menghindarkanku serta keluargaku dari panas nya api neraka di akhirat nanti

Demi ALLAH, kalaulah tidak karena menjaga harga diri laki-laki tua tadi, aku tidak ingin menerima darinya uang sedikitpun, aku tidak ingin ia merasa menerima sedekah sehingga merasa malu di hadapan kita disini

Saudaraku, sungguh untuk bermuamalah yang benar kepada ALLAH, butuh seni dan akhlaq yang tinggi, semoga kita bisa mencontoh akhlaq dari pedagang tersebut ..

Karena usaha bukan hanya tentang uang dan dunia saja ..
Kita lebih butuh focus dan yang jauh lebih lagi .. ridho Allaah ..

100%BISNIS 100%AMAL



Khutbah Wada’ Rasulullah SAW

* Khutbah yang disampaikan pada saat haji wada Rasulullah SAW

Imam Muslim meriwayatkan dengan sanadnya dari Jabir ra, ia berkata:

Rasulullah saw berkata,

”Tahukah kalian, bulan apa ini?”

Mereka serentak menjawab, ”Bulan Haram” …..

Rasulullah saw mengulangi lagi kalimatnya,,,,

“Wahai manusia, dengarkanlah apa yang hendak kukatakan. Mungkin sehabis tahun ini, aku tidak akan bertemu lagi dengan kalian di tempat ini untuk selama-lamanya….

Hai manusia, sesungguhnya darah dan harta benda kalian adalah suci bagi kalian (yakni tidak boleh dinodai oleh siapapun juga) seperti hari dan bulan suci sekarang ini di negeri kalian ini.

Ketahuilah, sesungguhnya segala bentuk perilaku dan tindakan jahiliyah tidak boleh berlaku lagi.

Tindakan menuntut balas atas kematian seseorang sebagaimana yang berlaku di masa jahiliyah juga tidak boleh berlaku lagi.

Tindak pembalasan jahiliyah seperti itu pertama kali kunyatakan tidak berlaku ialah tindakan pembalasan atas kematian Ibnu Rabi‘ bin al Harits.

Riba jahiliyah tidak berlaku, dan riba yang pertama kunyatakan tidak berlaku adalah riba Abbas bin Abdul Muthalib.

Sesungguhnya segala macam riba tidak boleh berlaku lagi ……

Hai manusia, di negeri kalian ini, setan sudah putus harapan sama sekali untuk dapat disembah lagi. Akan tetapi masih menginginkan selain itu. Ia akan merasa puas bila kalian melakukan perbuatan yang rendah. Karena itu hendaklah kalian jaga baik-baik agama kalian!….

Hai manusia sesungguhnya menunda berlakunya bulan suci akan menambah besarnya kekufuran. Dengan itulah orang-orang kafir menjadi tersesat. Pada tahun yang satu mereka langgar dan pada tahun yang lain mereka sucikan untuk disesuaikan dengan hitungan yang telah ditetapkan kesuciannya oleh Allah. Kemudian mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah dan mengharamkan apa yang telah dihalalkan Allah.

Sesungguhnya jaman berputar seperti keadaannya pada waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun adalah dua belas bulan. Empat bulan diantaranya adalah bulan-bulan suci. Tiga bulan berturut-turut : Dzul Qa‘dah, Dzul Hijjah, dan Muharram. Bulan Rajab adalah antara bulan Jumadil Akhir dan bulan Sya‘ban…“

Takutlah Allah dalam memperlakukan kaum wanita, karena kalian mengambil mereka sebagai amanat Allah dan kehormatan mereka dihalalkan bagi kalian dengan nama Allah.

Sesungguhnya kalian mempunyai hak atas para istri kalian dan mereka pun mempunyai hak atas kalian. Hak kalian atas mereka ialah mereka sama sekali tidak boleh memasukkan orang yang tidak kalian sukai ke dalam rumah kalian. Jika mereka melakukan hal itu maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak membahayakan. Sedangkan hak mereka atas kalian ialah kalian harus memberi nafkah dan pakaian kepada mereka secara baik.

Maka perhatikanlah perkataanku itu, wahai manusia, sesungguhnya Aku telah sampaikan. Aku tinggalkan sesuatu kepada kalian, yang jika kalian pegang teguh, kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya.

Wahai manusia, dengarkanlah taatlah sekalipun kalian diperintah oleh seorang hamba sahaya dari Habasyah yang berhidung gruwung, selama ia menjalankan Kitabullah kepada kalian.

Berlaku baiklah kepada para budak kalian….. berilah mereka makan apa yang kalian makan dan berilah pakaian dari jenis pakaian yang sama dengan kalian pakai. Jika mereka melakukan sesuatu kesalahan yang tidak bisa kalian ma‘afkan maka juallah hamba-hamba Allah itu dan janganlah kalian menyiksa mereka.

Wahai manusia, dengarkanlah perkataanku dan perhatikanlah!

Kalian tahu bahwa setiap orang Muslim adalah saudara bagi orang-orang Muslim yang lain, dan semua kaum Muslimin adalah saudara. Seseorang tidak dibenarkan mengambil sesuatu dari saudaranya kecuali yang telah diberikan kepadanya dengan senang hati, karena itu janganlah kalian menganiaya diri sendiri …

Ya Allah sudahkah kusampaikan?

Kalian akan menemui Allah maka janganlah kalian kembali sesudahku menjadi sesat, sebagian kalian memukul tengkuk sebagian yang lain.

Hendaklah orang yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir, barangkali sebagian orang yang menerima kabar (tidak langsung) lebih mengerti daripada orang yang mendengarkannya (secara langsung).

Kalian akan ditanya tentang Aku maka apakah yang hendak kalian katakan?”

Kaum Muslimin menjawab: “Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan (risalah), telah menunaikan dan memberi nasehat.“ Kemudian seraya menunjuk ke arah langit dengan jari telunjuknya,”

Rasulullah saw bersabda:

“Ya Allah, saksikanlah, saksikanlah, saksikanlah”



Pelajaran dari Wafatnya Abu Thalib (1/3)

Saat Abu Thalib mendekati akhir usia, berkumpullah tokoh-tokoh besar di sekitarnya. Penghulu manusia, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan tokoh kekafiran juga pemuka Quraisy, Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah. Kehadiran para tokoh yang kontradiktif inilah, membuat peristiwa wafatnya Abu Thalib memuat banyak pelajaran. Ketika ajal Abu Thalib telah


Kata al-Walid bin al-Mughirah Tentang Alquran

KisahMuslim.com – Al-Walid bin al-Mughirah adalah tokoh kafir Quraisy. Ia seorang yang terpandang lagi memiliki kekayaan. Dan memiliki putra yang terpandang pula, yaitu Khalid bin al-Walid radhiallahu ‘anhu. Putranya adalah tokoh sebelum ia memeluk Islam. Dan menjadi tokoh pula setelah memeluk Islam. Sedangkan al-Walid tetap dalam kekufurannya. Dan menjadi musuh


Kata Abu Jahal Tentang Pribadi Nabi Muhammad

Al-Masur bin Mukhramah, keponakan Abu Jahal, anak dari saudari perempuannya, bertanya kepada Abu Jahal tentang pribadi Muhammad bin Abdullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “Wahai pamanku, apakah kalian menuduh Muhammad itu berdusta sebelum ia mengatakan apa yang dia katakan sekarang ini -yakni risalah kenabian-?” “Wahai anak saudariku, demi Allah! Sungguh sewaktu


Imam Muslim, Imam Para Ahli Hadits

Salah satu ulama dan imam yang terkenal di kalangan kaum muslimin adalah Imam Muslim penyusun Shahih Muslim. Umat Islam banyak membaca hadits-hadits yang beliau riwayatkan. Walaupun tidak semua orang merasa ingin tahu lebih jauh tentang nama yang mereka baca itu. Berikut ini biografi singkat dari Imam Muslim, mudah-mudahan menambah rasa