All posts by Admin

Ramadhan, Internalisasi Ukhuwah Untuk Bangsa

ramadhan,-internalisasi-ukhuwah-untuk-bangsa

Dalam Kitab Al Hikam karya Ibnu Atha’illah Al Iskandari, diterangkan nasehat: “Janganlah kalian saling mendeki, janganlah saling memarahi, janganlah saling menghindar. Jadilah kalian semua, wahai hamba Allah, sebagai saudara”. Pesan menjaga persaudaraan seperti yang disampaikan Ibnu Athaillah, banyak diulas di dalam Al-Qur’an maupun Hadis. Dan di negara kita sendiri, pesan tentang pentingnya menjaga persaudaraan, telah […]

Artikel Ramadhan, Internalisasi Ukhuwah Untuk Bangsa pertama kali di publikasikan oleh MUI Jatim.



Buka Puasa Bersama, MUI Bali Tegaskan Tak Bergerak ke Ranah Politik Praktis tapi ke Politik Strategis

buka-puasa-bersama,-mui-bali-tegaskan-tak-bergerak-ke-ranah-politik-praktis-tapi-ke-politik-strategis

MUI BALI – Jajaran pengurus dan Dewan Pertimbanga Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Bali menggelar buka puasa bersama di Aula Yayasan Sekolah Harapan Mulia, jalan Pura Demak Denpasar Ahad (10/4) baru lalu.


Buka puasa yang didahului rapat koordinasi membahas masalah-masalah keumatan ini berlangsung dinamis. Dipandu Sekretaris Umum MUI Bali H. Ismoyo S. Soemarlan, mengurai banyak hal keumatan diantaranya banyaknya keluhan kekurangan guru agama Islam, khususnya di sekolah negeri di Bali.
Hal ini diungkapkan Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI Bali, H. M. Taufik As’adi, bahwa kekurangan guru agama Islam di SD Negeri maupun swasta akibat gurunya pensiun. “Pemerintah sejauh ini belum mempekerjakan guru pengganti, ini harus menjadi perhatian MUI. Ini agar tidak sampai mengganggu akidah umat Islam, juga agama lain,” tandas Taufik As’adi.
Selanjutnya secara bergantian, para narahubung yakni Ketua Umum MUI Bali H. Mahrusun Hadyono; Bendahara Umum MUI Bali H. Mardi Sumitro; Anggota DPD RI Dapil Bali H. Bambang Santoso, memaparkan pokok-pokok pikirannya terkait masalah keuamatan di Bali. Termasuk melanjutkan aspirasi membangun musala di lingkungan kampus di Bali, khususnya di Unversitas Udayana.
Ketua Umum MUI Bali H. Mahrusun Hadyono menegaskan, MUI tidak bergerak dalam ranah politik praktis, tetapi politik tinggi (strategis). Diingatkan agar tidak membahas agenda politik praktis. “Tugas MUI menyelesaikan masalah/isu keumatan di sekitar kita,” tegas Mahrusun.
Sementara itu anggota DPD RI H. Bambang Santoso menekankan, ulama itu tafaku fiddin, fikul waqi, memiliki sifat akhlaqul karimah yang tercermin dari tidak adanya jara antara ucapan dan perbuatan. “DPD masuk ke komite yang tidak ada hubungan dengan keumatan; Untuk menguatkan misi keumatan, maka diperlukan kekuatan silaturahim,” tegasnya.
Bambang Santoso juga mengutip pesan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla bahwa kekuatan utama di partai politik terletak di kekuatan silaturahim.
Secara akseleratif, Bendahara Umum H. Mardi Sumitro menggarisbawahi pentingnya mapping masalah umat agar terpetakan rencana tindakan, tindakan lapangan, dan pengawasan kegiatannya. “Bagian dari masalah keumatan adalah membangun ekonomi berbasis masjid. Kegiatan ini sudah berjalan dan perlu sosialisasi,” tegas Mardi Sumitro.
Pelengkap dalam sesi diskusi, Totok Nugroho dari Crisis Centre MUI Bali menyinggung tentang pentingnya konsolidasi keberadaan Crisis Centre dan Lembaga Penanggulan Bencana di lingkungan MUI Bali.
Dari komisi Ukhuwah, Andi Udin Saransi menyoroti tempat ibadah umat Islam di lingkungan Kampus Unud dapat dikomunikasikan secara silent dengan pihak tertentu di kampus tersebut. Andi Saransi dan Rochtri siap menjembatani kominikasi dengn pejabat rektorat Unud, termasuk komunikasi dengan pihak desa adat.
Sedang H. Deden mengingatkan MUI dan DPD RI perlu bersinergi membuat program pelatihan calon politisi. (ismoyo soemarlan/rid)

The post Buka Puasa Bersama, MUI Bali Tegaskan Tak Bergerak ke Ranah Politik Praktis tapi ke Politik Strategis appeared first on MUI BALI.



Opini: Iman Sebagai Kokohnya Taqwa

opini:-iman-sebagai-kokohnya-taqwa

IMAN SEBAGAI MODAL KOKOHNYA TAQWA
Dr. Efa Rodhiyah Nur, M.H.
Dekan Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan Lampung

Bulan ramadhan adalah wadah kebaikan, dan merupakan lahan bagi setiap insan unuk berlomba-lomba dalam melakukan amal shalih. Dalam hal ini Allah swt., firmannya: “Wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan kepada kalian berpuasa sebagaimana puasa itu telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.” (al-Baqarah: 183). Ayat ini mengisyaratkan kepada seluruh umat Islam untuk meneguhkan keimanannya, dengan sapaan “wahai orang-orang yang beriman” sapaan ini seharusnya dirasakan oleh seluruh umat Islam yang beriman, namun senyatanya, kualitas keimanan tidaklah sama.

Berbicara tentang keimanan seseorang, maka nabi Muhammad saw, bersabda dalam suatu hadis “Iman seseorang naik dan turun, iman naik disebabkan karena ketaatan dan turun karena kemaksiatan”(al-Hadis). Menelaah hadis tersebut, bahwa keimanan seseorang akan istiqqamah dan senantiasa konsisten, sehingga secara serentak hatinya menerima seruan tersebut dan melaksanakan atas inti dari perintah untuk menjalankan suatu kewajiban, yaitu ibadah puasa.

Namun di sisi lain, iman seseorang juga mengalami masa mengurang, bila mana selalu menjalankan bentuk-bentuk kemaksiatan, yang sehingganya akan dapat menutup relung hatinya, dan bahkan mengikis spirit keagamaannya serta melemahnya aktivitas ibadah yang seharusnya dilakukan, termasuk dalam hal menjalankan ibadah puasa, sehingga mengabaikan dan mengingkari atas kebenaran dari perintah tersebut dengan meninggalkannya.

Spirit ibadah puasa sejatinya adalah tercapainya derajat ketaqwaan kepada Allah swt. Ibadah puasa juga merupakan salah satu syari’at yang telah diperintahkan kepada para umat terdahulu (syar’u man qablana), dan kemudian syari’at ini diperintahkan kembali kepada umat Nabi Muhammad untuk menjalankan iadah puasa, sebagaimana termaktub dalam ayat “kutiba ‘alaikum al-shiyam” lafadz kutiba yang bermakna adalah diwajibakan, artinya perintah tersebut telah termaktub pada kitabnya para Nabi terdahulu “kama kutiba ‘alaikum al-shiyam” sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kalian.

Target dari ibadah puasa yang merupakan jihad, sekaligus ujian bagi orang-orang yang benar-benar beriman akan dibuktikan dengan melaksanakan atau tidaknya ibadah puasa, padahal ibadah puasa sejatinya untuk menjadi orang yang bertaqwa ,”la’allakum tattaquun”.

Maka sesungguhnya taqwa bukanlah menjadi jaminan bagi orang yang berpuasa kecuali ia berpuasa dengan sungguh-sungguh, yang dibarengi dengan rasa keimanan, sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Barang siapa yang berpuasa ramadhan dengan penuh rasa keimanan, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang akan datang dan yang telah lalu” (HR. Bukhari Muslim). Puasa yang benar akan terpenuhinya target, yaitu terjaga dari kemaksiatan, menjadi lemah syahwatnya, serta dapat terhindar perbuatan yang dilakukan oleh umat-umat sebelum kita. Semoga kita selalu mendapatkan bimbingan Allah dan dapat tercapai ketaqwaan di bulan suci Ramadhan ini. Amin.



Opini: Ramadhan Sarana Melatih Akhlak

opini:-ramadhan-sarana-melatih-akhlak

Ramadhan Sarana Melatih Akhlak
Oleh: Prof. Wan Jamaluddin, M. Ag., Ph. D
Rektor UIN Raden Intan Lampung

Ramadhan sering disebut sebagai bulan yang penuh keberkahan karena pada bulan ramadhan Allah swt, melipat gandakan pahala pada siapa saja yang mengerjakan amal shalih, tidak hanya pada ibadah puasanya dan shalat malamnya, namun juga segala kebaikan yang kita lakukan akan Allah lipat gandakan dibulan yang penuh keberkahan ini. Menyegerakan dalam berbukan merupakan fadhilah, dan melaksanakan sahur di malam harinya juga merupakan fadhilah. Lebih dari itu, puasa ramadhan yang dilakukan oleh setiap orang yang beriman, senantiasa tidak terasa berat, walaupun dikerjakan selama satu bulan lamanya, hal itu tentunya atas dasar spririt untuk menggapai ridha Allah, yaitu nilai derajat tertinggi di sisinya adalah ketaqwaan.

Selain banyaknya keberkahan di bulan tersebut, bulan ramadhan juga kerap disebut sebagai bulan al-Qur’an (syahrul qur’an) yaitu bulan diturunkannya al-Qur’an. Karena pada bulan ramadhan tersebut diturunkannya al-Qur’an, pada saat Rasulullah saw menyendiri di sebuah gua Hira, yang merupakan tradisi yang dilakukan oleh para nenek moyang tersebut, maka ketika itulah Allah mengutus Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu pertama, yaitu surat al-Alaq. Nabi bergetar hatinya antara sadar dan penuh rasa ketakutan diajarilah oleh Malaikat Jibril untuk melafadzkan wahyu Allah tersebut.

Bulan ramadhan acap dikenal juga dengan bulan penuh ampunan (syahrun maghfirah), hal itu karena Allah swt., senantiasa mengampuni dosa setiap hamba yang senang menyambut datangnya bulan ramadhan dan menjalankan ibadah puasa penuh dengan keimanan kepada Allah swt. hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadis Nabi Muhammad saw, Barang siapa menjalankan ibadah puasa dengan penuh keimanan, maka Allah akan mengampuni dosanya yang akan datang” (HR. Bukhari Muslim)

Bulan ramadhan juga sering disebut bulan persaudaraan (syahrul ukhuwwah), yang mana pada bulan ramadhan kaum muslimin diharapkan untuk dapat menjaga persaudaraan dengan cara memberikan zakat, dan bersama-sama melestarikan tradisi shalat tarawih bersama dengan dipandu oleh para muadzin serta bersama-sama bertadarus al-Qur’an serta bersilaturahmi sebagai upaya untuk meraih keberkahan.

Di bulan ramadhan yang suci dan penuh kemuliaan, umat Islam senantiasa berlomba-lomba untuk melaksanakan ibadah, sehingga kerap kali disebut sebagai bulan ibadah (syahrul ibadah), yaitu bulan yang membuka peluang bagi kaum muslimin untuk beribadah sebanyak-banyaknya, karena Allah akan senantiasa melipat gandakan segala pahala dari ibadah hamba-Nya pada bulan ramadhan, bahkan orang yang membaca al-Qur’an akan mendapatkan nilai pahala, bukan hanya pada setiap kalimat atau ayatnya, bahkan setiap huruf mendapatkan nilai pahala di dalamnya, masya Allah.

Menjalankan ibadah puasa berarti mengalami suatu ujian yaitu menahan dari lapar dan dahaga serta segala yang membatalkannya, sehingga membutuhkan keseriusan, dan kesungguhan, yang kemudian disebut sebagai bulan jihad (Syahrul Jihad), artinya bahwa puasa merupakan jihad untuk menahan hawa nafsu, menjaga dari lapar dan dahaga mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari dan dari segala hal yang membatalkannya. Sayhrut tarbiyah, bahwa bulan ramadhan merupakan bulan untuk melatih diri kita dan anak-anak kita agar belajar berpuasa, beribadah, membaca al-Qur’an, berdzikir dan sebagainya.

Pada bulan ramadhan ini ada satu kemuliaan dimana pada bulan tersebut lebih mulai daripada seribu bulan, malam itu disebut sebagai lailatul qadr. Pada bulan ini juga dibukanya pintu surga dan ditutupnya pintu neraka, hal ini senagaimana disampaikan oleh hadist Rasulullah saw., “Apabila ramadhan datang maka pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan syaithan-syaithan dibelenggu” (HR. Bukhari). Dalam hadist yang lain dikatakan “Telah datang kepadamu Ramadhan, bulan yang penuh barakah”(HR. Nasa’i dan Ahmad).

Semoga kita semua senantiasa diberikan kesehatan, kekuatan untuk senantiasa menjalankan ibadah dibulan ramadhan dengan ikhlas, khusyu dan penuh kepasrahan secara totalitas, sehingga dengan inilah nilai ketaqwaan akan senantiasa kita dapati. Wallahu ‘alam.



Kyai Marsudi Syuhud : Demo adalah Kritik untuk Membangun

BOGOR – Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) , KH Marsudi Syuhud mrnyebut aktivitas demo sebagai kritik. Beliau mengibaratkan kritik seperti halnya Vaksin Cobid – 19. Aksi demo atau kritik yang dilakukan oleh siapapun harus bersifat atau bertujuan untuk membangun, (11/4).

“Kritik yang membangun adalah ” Annaqdu Laisa Al Khidqu” Kritik adalah untuk memperbaiki, bukan untuk membenci, “tegasnya.

Dalam penyampaian argumennya tersebut, Kiai Marsudi mengutip kisah salah satu khalifah, yakni Sayyidina Abu Bakar Shidiq.
Sebagaimana Sayyidina Abu Bakar Shidiq setelah diangkat menjadi khalifah, beliau membuka ruang untuk dikritik.

“Saat menjadi khalifah, dalam pidato pertamanya Sayyidina Abu Bakar menyampaikan : Wahai manusia, sungguh aku telah didaulat sebagai pemimpin atas kalian, akan tetapi aku bukanlah manusia terbaik di antara kalian, bila aku membuat kebijakan yang baik, maka dukunglah aku, jika aku bersikap buruk (tidak sesuai aturan /Undang Undang) maka luruskanlah aku, ” ujar beliau saat mengutip kisah kepemimpinan khalifah Sayyidina Abu Bakar Shidiq.

Kritik dan demo dalam sebuah negara Indonesia yang bersistem Demokrasi merupakan hal yang sangat wajar. Namun demikian, dalam konteks ini kritik dan demo adalah untuk membangun dan untuk memakmurkan, bukan kritik dan demo yang menghancurkan dan merusak.

Wukalluma Yad’u Lifasadi WA Ifsaadi, watakhriibi walqotli, yad’u ilaa ma yukholifu ddiin. Segala sesuatu yang menyerukan kerusakan, sabotase, dan pembunuhan itu bertentangan dengan agama,” Ujarnya, kembali menegaskan bahwa kritik yang dilakukan harus berifat membangun.

Demonstrasi atau menyampaikan pendapat publik adalah bentuk amar ma’ruf. Hal tersebut diatur dan dibolehkan dalam negara demokrasi. Dengan begitu, diharapkan pihak – pihak yang menanganinya tetap menjaga keamanan, kenyamanan, dan tetap berahlaqul karimah untuk kepentingan hidup bersama.

(Dhea Oktaviana/Angga)



Peneliti: Moderasi Beragama dalam Konteks Bernegara Upaya Pembangunan Kebudayaan

JAKARTA – Moderasi agama dalam konteks konstitusi bernegara merupakan bagian dari revolusi mental dan pembangunan kebudayaan.

Sekretaris Lembaga Kerjasama dan Hubungan Luar Negeri Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Dr Wachid Ridwan, menyebutkan dalam webinar Kajian Dakwah Internasional yang bertajuk “Pengarusutamaan Moderasi dalam Konstitusi Bernegara” tersebut, menjelaskan umumnya terdapat prinsip-prinsip yang mengakar dalam diri seorang yang moderat.

“Sikap adaptif dan toleran biasanya terdapat pada seseorang yang memiliki jiwa moderat. Dia tidak mempertentangkan lagi antara realitas dan model yang diikutinya. Hal ini bisa karena kemapanan ilmu yang dimiliki,” ujar Wachid, pada Ahad (10/4/2022) lalu.

Menurut dia, sikap yang tidak mempertentangkan antara model realitas membuat seseorang berada pada zona nyaman. Namun di saat yang sama, kenyamanan itu tidak melemahkan individu atau kelompok terkait untuk meningkatkan kreativitas dalam beragama.

Jika melihat pada konteks keseharian, Wachid menegaskan persoalan yang kerap dihadapi adalah bagaimana menangani fundamentalisme dengan mengalihkannya kepada tindak moderat.

“Ini perkara teoritis, bagaimana terbentuk pola pemikiran tidak moderat. Karenanya pertanyaan mengapa seseorang atau kelompok menjadi fundamental harus diperhatikan. Tentu saja sikap tersebut lahir karena dia tidak menggunakan realitas yang dialami dan dijalaninya,” tutur Wachid.

Dosen Pascasarjana Ilmu Politik UMJ tersebut juga menilai bahwa pada dasarnya kondisi yang berbeda memerlukan model realitas yang berbeda pula.

Tidak masuk akal jika berbicara tentang realitas yang bebas model. Misalnya dalam beragama umat Muslim meneladani apa yang telah Rasulullah SAW contohkan. Karenanya tidak ada realitas yang tidak ada modelnya.

Selajan dengan itu, realitas kehidupan nyata selalu berhadapan dengan hal-hal yang terkadang tidak selalu sesuai dengan keinginan. Baik saat seseorang berperan sebagai warga negara, umat beragama, hingga aggota keluarga.

“Karenanya, realitas tersebut perlu penyeimbang dengan adanya pengarusutamaan, sebagaimana kajian kita hari ini,” kata dia.

Wasathiyah Islamiyah, dalam konteks agama menurut Wachid yaitu mengapresiasi masalah ketuhanan dan kemanusiaan, kombinasi antara materialisme dan spiritualisme, wahyu dan akal, hingga antara maslahah amah (kepentingan umum) dan maslahat individu.

Dia juga menambahkan agar dapat memahami realitas hari ini kemampuan dalam untuk mengimplementasikannya muamalah sehari-hari menggunakan model yang kita ikuti.

Apabila ini selaras, maka terbentuklah moderasi. Sehingga perlu kiranya untuk mendudukan persoalan dalam memahami konteks dan realitas. (Isyatami Aulia, ed: Nashih)



Wasekjen MUI: Indonesia Bisa Jadi Role Model Kehidupan Beragama, Berbangsa, dan Bernegara


JAKARTA— Indonesia dengan bentuk NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dan dasar negara yang ideal yaitu Pancasila wajib untuk dipertahankan dan ditularkan spirit kebangsaan pada negara lain.

“Banyak analis dan pakar geopolitik yang menyebut bahwa sudah saatnya Indonesia sudah menjadi role model bagaimana menyelaraskan kehidupan beragama, bernegara, dan berbangsa,” ujar Wakil Sekjen MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Arif Fahrudin, saat menyampaikan sambutannya pada webinar Kajian Dakwah Internasional, pada Ahad lalu (10/4/2022).

Dalam webinar yang bertajuk “Pengarusutamaan Moderasi dalam Konstitusi Bernegara”, Kiai Arif menjelaskan dalam kacamata Sirah Nabawiyah, NKRI merupakan negara yang dibangun dengan spirit sejarah saat Rasulullah SAW mendirikan negara di Madinah dengan berlandaskan kemaslahatan bersama.

Kiai Arif menilai Indonesia tidak menganut bentuk negara agama tertentu, namun semua pemeluk agama dijamin hak-hak kehidupan keagamaannnya.

Di samping itu hanya di Indonesia yang menjadikan materi pendidikan agama telah diatur oleh negara untuk masuk dalam satuan pendidikan. Semua peserta didik harus diberikan materi sesuai drngan agama yang dianut.

“Bukan hanya dalam ranah pendidikan, moderasi di Indonesia bahkan menjadikan hari-hari besar agama yang diakui oleh negara hari besar nasional,” katanya.

Berdasarkan spirit tersebut, Kiai Arif menegaskan bahwa menjadi Indonesia bukan sekedar kemaslahatan dalam bentuk negara dan bangsa saja. Namun Indonesia juga cerminan bagaimana Alquran dan sunnah membawa rahmat bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Karenanya dengan spirit yang sama pula oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui penyelenggaraan webinar Internasional merupakan pengkhidmatan pada aspek duwaliyah (Internasional) dalam mengejawantahkan wasathiyatul Islam.
Kiai Arif berharap nilai-nilai, visi, dan misi perkhidmatan MUI bisa terinplementasikan sekaligus menyerap apa yang terjadi dalam konteks global. (Isyatami Aulia, ed: Nashih)



Kunjungan di MUI Klungkung

kunjungan-di-mui-klungkung

Kunjungan di MUI Klungkung, Ketua MUI Bali H. Mahrusun: Pengurus MUI Harus Bersedia Ngayah

MUI BALI – Dalam satu tarikan nafas Ramadhan dan Syawal 1443 H ini, Majelis Ulama Indonesi (MUI) Provinsi Bali mengagendakan tiga kegiatan pokok. Yakni: Buka Puasa Bersama, Kunjungan ke sembilan MUI Kabupaten/Kota se-Bali, dan Halal bil Halal.

Setelah menapak tilasi MUI Karangasem dan Bangli safari dilanjutkan Sabtu (9/4), di MUI Klungkung, Gianyar, dan Denpasar, yang dilaksanakan secara serentak pada hari Senin (11/4).

Selain dialog tentang masalah kekinian umat, masalah intern dan ekstern organisasi, masalah pembinaan organisasi, serta masalah partisipasi politik umat, pada kunjungan ke MUI Klungkung ini dibarengkan dengan Pengukuhan Pengurus MUI Kabupaten Klungkung Masa Khidmat 2020-2025.

Dalam sesi dialog dan pengukuhan yang dimulai Pukul 16.30 WITA di Pondok Pesantren Diponegoro Klungkung, dihadiri langsung oleh Ketua Umum MUI Provinsi Bali Drs. H. Mahrusun Hadyono, M.Pd.I., Sekretaris Jumari, S.P., M.Pd., dan Bendahara H. Ekky Cules, S.E. Juga, dihadiri oleh seluruh jajaran Forkopimda Klungkung, termasuk Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta, S.Pd., M.M.

Selain menyampaikan ucapan selamat bagi pengurus yang telah dikukuhkan, dalam sambutannya, Ketua Umum MUI Provinsi Bali Drs. H. Mahrusun, M.Pd.I. juga menyampaikan harapannya kepada pengurus untuk bisa bertugas dengan sungguh-sungguh, demi mencapai hasil yang sebaik-baiknya.

Drs. H. Mahrusun Hadyono M.Pd.I., mengajak MUI Klungkung menekankan bahwa pengurus MUI itu pelayan masyarakat atau pelayan public. “Sebagai Khodimul Ummah, Pengurus MUI harus mampu melayani dan lebih dekat dengan umat supaya mampu memahami denyut permsalahan yang dihadapi umat,” tandasnya.

Lebih lanjut, Ketua Umum MUI Provinsi Bali yang juga sebagai Ketua BAZNAS Provinsi Bali, menyampaikan, “Pengurus MUI juga harus mampu menjalin kerjasama dengan pemerintah (sebagai Shodiqul Hukumah), dan pihak-pihak terkait lainnya, seperti Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), dsb. Selama menjalankan tugas, niatkanlah melakukan pengabdian atau ngayah (bahasa Bali).”

Sementara dalam sambutannya, Bupati Klungkung I Nyoman Suwirta, S.Pd., M.M. menyampaikan, “Pengurus MUI bersama-sama komponen umat lainnya, harus benar-benar peduli serta turut menjaga keutuhan NKRI, menjunjung tinggi PANCASILA dan UUD 1945 sebagai landasan berbangsa dan bernegara.”

Selanjutnya, Bupati Klungkung juga mengingatkan bahwa semua agama punya tujuan yang sama, yakni untuk meningkatkan kualitas umatnya, melalui ajaran yang baik dan santun. “Apa yang kita lakukan semua ini adalah dalam rangka menjaga keutuhan dan kerukunan antar umat beragama”, demikian penuturan Bupati Klungkung dalam mengakhiri sambutannya.

Yang tidak kalah menarik pada kesempatan dialog ini adalah penuturan Ketua MUI Klungkung Mustafid Amna, Lc., M.A. di hadapan tokoh-tokoh dan para umat Islam Klungkung, yakni terkait dengan masalah partisipasi politik umat, “Bahwa Umat Islam Klungkung ini sesungguhnya terbilang besar, tapi menjadi kecil saat dibutuhkan”, demikian kelakarnya. (Kontributor: Jumari/rid)

The post Kunjungan di MUI Klungkung appeared first on MUI BALI.



Apresiasi Dakwah Digital MUI Sulsel, DMI Sulsel juga akan Optimalkan Media

apresiasi-dakwah-digital-mui-sulsel,-dmi-sulsel-juga-akan-optimalkan-media

MUIsulsel.com — Studio MUI Sulsel beberapa pekan ini makin sering dikunjungi ormas dan yayasan Islam di Sulsel. Pengurus Dewan Masjid Indonesia (DMI) Sulawesi Selatan turut berkunjung.

Rombongan DMI Sulsel diterima langsung oleh Koordinator MUI Channel Budi Kurniawan Kamrul di Sekretariat MUI Sulsel pada Senin (11/4/2022).

Biro Pemuda Dan Remaja Masjid DMI Sulsel Irham Said menjelaskan kunjungan untuk melihat langsung suasana studio MUI Sulsel karena DMI juga berencana mendirikan studio untuk kepentingan dakwah.

“Kita juga berencana melakukan perekaman Adzan di Studio MUI. Perekaman Adzan ini kita lakukan untuk kepentingan lomba yang diselenggarakan DMI pusat bulan ini,” imbuhnya.

Biro Organisasi DMI Sulsel Sudin Mamu yang juga merupakan panitia Gema Adzan Nusantara menyampaikan ke depannya akan lebih banyak bekerjasama dengan MUl Channel untuk kegiatan dakwah lainya.

Budi menyambut baik akan rencana DMI. “Kita akan siap memfasilitasi jika DMI mau menggunakan Studio MUI untuk perekaman adzan,” imbuhnya. Turut hadir Hasdar (Biro Informasi dan Komunikasi DMI Sulsel).■ Irfan

The post Apresiasi Dakwah Digital MUI Sulsel, DMI Sulsel juga akan Optimalkan Media appeared first on MUI SULSEL.



Sapa Umat di Luar Negeri, MUI Tegaskan Dasar Negara Indonesia Tidak Bertentangan dengan Alquran dan Hadist

BOGOR – Belakangan ini banyak sekali isu-isu yang membicarakan terkait bentuk maupun dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Perdebatannya dasar negara NRKI dinilai kurang ideal dalam prespektif Islam.

Pandangan itu dibantah dengan tegas oleh Ahmad Zubaidi selaku Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ia menyampaikan bantahan saat hadir di agenda kajian dakwah internasional pada hari Ahad lalu, (11/4).

“Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini tidak bertentangan dengan Alquran maupun hadist. Sudah banyak kajian dan landasan berfikir tentang berdirinya NKRI. Pancasila sebagai dasar negara sudah sangat ideal menyatukan negara Indonesia selama 76 tauhn merdeka,” tegasnya.

Menurut Kiai Zubaidi, dasar negara yang sudah ditetapkan di Indonesia sudah sangat ideal, selama 76 tahun membawa masyarakat Indonesia hidup damai dan tentram. Meskipun ada beberapa konflik di dalamnya, konflik tersebut masih bisa teratasi dengan tepat.

Kegiatan yang mengusung tema “Pengarustamaan Moderasi dalam Konstitusi Beragama” tersebut diselenggarakan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam rangka menyapa umat yang berada di luar negeri.

Dalam penyelenggaraannya, Komisi Dakwah MUI bekerjasama dengan Masjid Al-Hikmah Den Haag Belanda serta Masyarakat Muslim Eropa.

“Kegiatan ini memang sengaja kami selenggarakan dalam rangka MUI menyapa umat di luar negeri. Harapannya, walaupun kita berada di wilayah yang berbeda, tetapi tetap ada keterikatan emosional antara MUI dan teman – teman yahh ada di luar negeri,” pungkasnya. (Dhea Oktaviana/Angga)



Opini: Menyongsong 10 Hari Kedua Bulan Ramadhan Penuh Maghfirah

opini:-menyongsong-10-hari-kedua-bulan-ramadhan-penuh-maghfirah

Menyongsong 10 Hari Kedua Bulan Ramadhan Penuh Maghfirah

Dr. Hj. Siti Nurjanah, M. Ag

Rektor IAIN Metro

Bulan ramadhan terdiri dari beberapa fase, fase pertama disebut rahmah yaitu Allah swt, memberikan kasih sayangnya kepada hamba dalam segala lini. Terlebih adalah orang-orang yang beriman, yang secara khusus mendapatkan perintah agung dan mulia sekaligus menguji dengan rasa kasih sayangnya dengan sapaan yang penuh perhatian, yaitu sebutan khusus yaitu “wahai orang-orang yang beriman”. Pada fase sepuluh hari kedua ini, adalah fase transisi setelah Allah menurunkan rahmat-Nya, kemudian Allah memberikan maghfirah dengan dijanjikannya dalam sebuah hadis nabi Muhammad saw, “Barang saiap yang berpuasa dengan penuh rasa keimanan, maka Allah akan senantiasa mengampuni dosa-dosanya yang akan datang” (HR. Bukhari Muslim).

Pada fase pertama biasanya masjid, mushala dipenuhi dengan jama’ah shalat tarawih, mereka berbondong-bondong untuk berangkat menuju tempat-tempat ibadah dengan ukhuwah islamiyyah dan hati yang tulus ikhlas yang dibarengin dengan rahmah Allah yang Maha Kasih dan Sayang. Fase pertama ini memberikan peluang kepada kaum muslimin untuk diuji keimanannya sehingga mampu memasuki fase kedua yang juga mengandung nilai ibadah yang tinggi hasilnya

Kemudian masuklah pada fase kedua, yakni suatu fase pengampunan (maghfirah), maksudnya adalah barang siapa yang dapat melewati fase sepuluh hari kedua, maka Allah swt., senantiasa akan memberikan maghfirahnya kepadanya. Betapa mulianya Allah sang Maha Pengampun, yang berkehendak mengampuni setiap hamba-Nya, bahkan dikatakan oleh baginda Rasulullah, bagi siapa saja yang bahagia dengan datangnya bulan Ramadhan, Allah senantiasa mengharamkan jasadnya untuk masuk kedalam api neraka. Begitu mulianya ramadhan, rasa bahagia menyambut datangnya bulan ramadhan saja Allah mengharamkan jasad seorang hamba yang bahagia menyambutnya masya Allah.

Sebagai manusia yang secara filosofi berasal dari kata nasia yansa, yaitu selalu melekat pada dirinya dosa dan kesalahan, atau dalam filosofi Jawa disebut menungso (menus-menus isine doso), yaitu makhluk yang penuh dengan dosa, bahkan dikatakan setiap anak Adam pasti melakukan kesalahan, dan sebaik-baiknya kesalahan adalah mereka yang bertaubat kepada Allah dengan sebenar-benarnya taubat, bahkan Rasulullah mengajari kepada kita untuk memperbanyak istighfar, sebagai ikhtiar hamba untuk menghapus segala kesalahan dan dosa. Dan pada saat inilah Allah membuka peluang besar bagi hamba-Nya untuk senantiasa masuk dalam lingkaran keimanan yang menjadi bekal untuk dapat menjalankan ibadah puasa yang merupakan washilah untuk menggapai ketaqwaan di sisi-Nya.

Semoga dengan spirit iman, amal dan taqwa ini Allah swt, senantiasa memberkahi kita di bulan nan suci dan mulia ini yaitu keberkahan yang tiada berhenti, karena Dialah satu-satunya pemilik kemulyaan dan barang siapa yang mengharapkan kemulyaan, hendaklah mengharapkan dari-Nya. Agar kita semua dapat menjalani fase kedua dengan selamat dan mendapat maghfirah dariNya, sehingga dapat menggapai fase ketiga, yaitu dijauhkan dari siksa api neraka, sehingga kita pada akhirnya mendapatkan kemenangan berupa Idul fitri.



Benarkah Shalat Dhuha Tidak Boleh Dirutinkan ?

benarkah-shalat-dhuha-tidak-boleh-dirutinkan-?

TANYA, muisulsel.com — Pandangan mengenai shalat dhuha tidak boleh dilakukan setiap hari berdasar pada hadits riwayat Muslim, yaitu:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ شَقِيقٍ قَالَ: قُلْتُ لِعَائِشَةَ: أَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي الضُّحَى؟ قَالَتْ: لَا إِلَّا أَنْ يَجِيءَ مِنْ مَغِيبِهِ

Artinya: “Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Syaqiq, ia berkata: Aku bertanya kepada ‘Aisyah, “Apakah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam selalu melaksanakan shalat dhuha?”, ‘Aisyah menjawab, “Tidak, kecuali beliau baru tiba dari perjalanannya.” [HR. Muslim]

Berdasarkan hadits tersebut, Nabi Muhammad dan para sahabat memang melakukan salat dhuha, namun tidak secara rutin.

Pengamalan salat dhuha yang dilakukan jarang-jarang, juga diriwayatkan dalam hadis al-Hakim,yang berbunyi “Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam itu shalat dhuha sehingga kami mengatakan beliau tidak akan meninggalkannya, dan beliau itu meninggalkannya sehingga kami mengatakan beliau tidak akan melakukannya.”

Begitu pula dengan hadis riwayat Mansur yang menyebutkan bahwa para sahabat tidak suka melakukannya (salat dhuha) terus menerus seperti salat wajib. Mohon pencerahannya.

— Dari Hamba Allah 081241008XXX

JAWAB : Boleh saja dan bagus. Alasan yang mengatakan tidak boleh karena Nabi tidak merutinkannya. Itu karena pertimbangan jangan sampai ada yang mengira wajib.

Tapi beliau Rasulullah mengatakan bahwa amalan yang paling dicintai Allah ialah yang dilakukan secara rutin, walaupun sedikit.

Menurut kaedah ilmu hadits, apabila yang dilakukan Nabi berbeda dengan yang diucapkan/ al Qur’an, yang kita ikuti ialah yang diucapkan.

Beberapa hadits yang menganjurkan dilaksanakan secara rutin antara lain, dua di antaranya

Hadits riwayat Abu Hurairah:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: أَوْصَانِى خَلِيلِى صلى الله عليه وسلم بِثَلاَثٍ: بِصِيَامِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، وَرَكْعَتَىِ الضُّحَى، وَأَنْ أُوتِرَ قَبْلَ أَنْ أَرْقُدَ. (رواه مسلم)

“Dari Abu Hurairah (diriwayatkan bahwa) ia berkata: “Kawan karibku (Rasulullah) shallallahu ‘alaihi wasallam mewasiatiku tiga hal: Puasa tiga hari pada setiap bulan, shalat dhuha dua rakaat, dan shalat witir sebelum tidur” (HR. Muslim).

Hadits riwayat Abu ad-Dardak:

عَنْ أَبِى الدَّرْدَاءِ قَالَ: أَوْصَانِى حَبِيبِى صلى الله عليه وسلم بِثَلاَثٍ لَنْ أَدَعَهُنَّ مَا عِشْتُ: بِصِيَامِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ، وَصَلاَةِ الضُّحَى، وَبِأَنْ لاَ أَنَامَ حَتَّى أُوتِرَ. (رواه مسلم

“Dari Abu ad-Dardak (diriwayatkan bahwa) ia berkata: “Kekasihku (Rasulullah) shallallahu ‘alaihi wasallam mewasiatiku tiga perkara yang tidak akan aku tinggalkan selama aku masih hidup: Puasa tiga hari setiap bulan, shalat dhuha, dan aku tidak tidur sehingga shalat witir dahulu” (HR. Muslim).

Beberapa ulama seperti Imam An-Nawawi berpendapat bahwa hukum salat dhuha Sunnah Muakkadah (sangat dianjurkan) sebagaimana Salat Tahajjud atau sebagian Salat Rawatib, sangat dianjurkan untuk dilaksanakan.

Adanya keterangan hadits bahwa Nabi tidak rutin melaksanakan, agar tidak ada kesan bahwa Salat dhuha diwajibkan. Karena itu bagi yang melakukan secara konsisten dan kontinyu tentu akan mendapatkan kemuliaan dari amalan tersebut. Wallahu A’lam.■

The post Benarkah Shalat Dhuha Tidak Boleh Dirutinkan ? appeared first on MUI SULSEL.



Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Anak Yatim Piatu, Ganas Annar MUI Lakukan Sosialisasi

JAKARTA – Gerakan Nasional Anti Narkoba Majelis Ulama Indonesia (Ganas Annar MUI) menggelar sosialiasi pencegahan penyahgunaan narkoba di Yayasan Yatim Piatu Ashabul Yamin, Kebon Nanas Utara, Jakarta Timur, Ahad (10/4).

Ketua Panitia penyelenggara, KH Bunyamin mengatakan, sosialisasi ini merupakan upaya penting MUI untuk melindungi generasi penerus masa depan bangsa.

“Dan penentu kualitas sumber daya manusia Indonesa yang akan menjadi pilar utama pembangunan nasional,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima MUIDigital.

Hal ini juga demi mendukung program pemerintah yang menargetkan pada tahun 2035 dapat menciptakan generasi emas (golden ages), generasi yang memiliki kekuatan karakter, berprestasi dan maju sekaligus harapan untuk membangun bangsa Indonesia.

Dia mengutip data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) pada (14/12/2021), jumlah kasus narkotika nasional sebanyak 1.307 orang dan 833 kasus pada tahun 2020. Angka ini menunjukan penurunan 13,16% dari tahun sebelumnya sebanyak 1.505 orang.

“Akumulasi jumlah tersangka narkotika pada 2009-2020 sebantak 9.531 orang. Jumlah kasus yang berhasil tercatat sebanyak 6.128 kasus,” tuturnya.

Selain itu, kata dia, sepanjang tahun 2009-2019, jumlah tersangka narkotika di tanah air cenderung mengalami peningkatan hingga mencapai puncaknya di tahun 2018 dengan jumlah tersangka mencapai 1.545 orang. Sementara jumlah tersangka yang terendah pada 2010 sebanyak 75 orang.

Sementara itu, data dari Badan Pusat Statistik mencatat, kejahatan narkotika di Indonesia selama lima tahun terakhir (2016-2022) mengalami peningkatan, detailnya pada tahun 2016 39.000 kejahatan, dan tahun 2022 sebanyak 36.500 kejahatan narkotika.

Dengan catatan tersebut, kata Kiai Bunyamin, Ganas Annar MUI sebagai lembaga Independen yang memiliki kepedulian terhadap penyalahgunaan narkoba melakukan kegiatan dan program selama tahun 2022, melaksanakan sosialisasi dan edukasi melalui Gerak aksi seperti yabg dilakukan dalam kegiatan ini.

Dia menyebut, Kegiatan yang dilakukan di Yayasan Ashabul Yamin, Jakarta Timur, asuhan Andre dan Ainur, memiliki latar belakang bimbingan dan konseling mendampingi dan membantu masalah yang sering dihadapi oleh anak Yatim dan Piatu.

Untuk memberikan edukasi terkait perlindungan hukum bagi yayasan dan pengurus, terutama berkaitan dengan penyalahgunaan narkoba, Ganas Annar MUI menghadirkan Advokat Milenial, Aida Mardatillah.

Anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Titik Haryati merasakan bahwa banyak kendala yang terjadi pada masa Pandemi Covid-19 untuk melakukan kegiatan. Untuk itu, melakukan sinergitas dengan MoU bersama BNN, RSKO, HIMPSI, IKI, dan POLRI.

Sehingga, kolaborasi program kegiatan dan penanganan untuk memberikan layanan konseling terpadu sudah dikondisikan melalui bidang konseling dan Rahabilitasi Terpadu dibawah penangung jawab Noor Sidharta.

Titik juga mengucapkan terimakasih atas dukungan dan arahan ketua pengarah Ganas Annar MUI, KH Sodikun, yang memberikan masukan dan pengarahan selama program di tahun 2022 berjalan dengan baik.

“Juga tidak ketinggalan Bapak Irjen Pol Anjan Pramuka Putra SH., M.Hum dengan tidak lelah dan setiap waktu selalu memberikan masukan kepada pengurus Ganas Annar. Sehingga, kerja sama dan semangat komitmen terwujud dalam setiap kegiatan,” pungkasnya. (Sadam Al-Gifary/Angga)



Ketua MUI Provinsi Jawa Timur KH Syafrudin Syarif: Puasa Membentuk Karakter Sabar

ketua-mui-provinsi-jawa-timur-kh-syafrudin-syarif:-puasa-membentuk-karakter-sabar

Alhamdulillah kita masih diberi umur panjang dan dalam keadaan sehat wal afiat di bulan suci Ramadan 1443 Hijriah/2022. Setiap Ramadan pasti kita diingatkan, bahwa kita memasuki semacam diklat besar internasional. Semua umat Islam diwajibkan untuk berpuasa untuk menahan nafsunya. Baik nafsu makan, seksual maupun nafsu-nafsu lainnya yang menyebabkan manusia terjerumus ke dalam sebuah kenistaan. Oleh […]

Artikel Ketua MUI Provinsi Jawa Timur KH Syafrudin Syarif: Puasa Membentuk Karakter Sabar pertama kali di publikasikan oleh MUI Jatim.



Sekretaris Dewan Pertimbangan MUI Jatim Dr H Sukadiono dr MM: Melawan Patologi Sosial

sekretaris-dewan-pertimbangan-mui-jatim-dr-h-sukadiono-dr-mm:-melawan-patologi-sosial

Akhir-akhir ini kita dikejutkan dengan banyaknya orang yang terjerat dan tertipu dalam aktivitas digital. Aktivitas penipuan yang berkedok trading dan pinjaman online (pinjol) marak terjadi.

Tidak jarang korban penipuan mengalami depresi karena teror atau karena uangnya tiba-tiba raib tidak jelas.

Artikel Sekretaris Dewan Pertimbangan MUI Jatim Dr H Sukadiono dr MM: Melawan Patologi Sosial pertama kali di publikasikan oleh MUI Jatim.



Opini: Puasa Dan Ketaqwaan

opini:-puasa-dan-ketaqwaan

Puasa Dan Ketaqwaan

Oleh : Ahmad Muttaqin, M.Ag

Pengurus PKMB UIN Raden Intan Lampung

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183)

Firman Allah SWT diatas merupakan ayat yang menunjukkan pensyaria’atan puasa ramadhan bagi umat Islam. Tujuan puasa yang disyari’atkan Allah SWT tersebut menunjukkan bahwa kewajiban puasa bukanlah perintah yang tidak bermakna apa-apa, tujuan dari perintah kewajiban puasa pada akhirnya adalah agar tercapainya derajat taqwa bagi yang melaksanakannya.

Ayat diatas menunjukkan bahwa pelaksanaan ibadah puasa memiliki korelasi dalam pencapaian derajat taqwa, artinya terdapat banyak kandungan hikmah dan penempaan ruhani yang dapat dicapai dalam pelaksannaan ibadah puasa, hingga title taqwa, orang-orany muttaqin bias diraih, orang-orang yang layak mendapat ganjaran Syurga.

Puasa dalam bahasa arab disebut dengan lafald al-ṣaum/ al-ṣiyām. yang memiliki makna dasar “Menahan dari sesuatu atau, sebagaimana yang kita pahami dalam tuntunan syariat. Yakni, menahan dari segala sesuatu yang awalnya diperbolehkan oleh syariat, dari terbitnya fajar hingga tenggelamnya matahari.

Para ahli hikmah menyebutkan adanya tingkatan dalam ibadah puasa. Puasa tidak hanya sekedar dimaknai hanya sebagai menahan dari rasa haus dan lapar, atau menahan dari gairah seksual saja. Yakni: ada puasanya ahli syariat. Ada puasanya ahli tarekat. Demikian juga, ada puasanya ahli hakikat.  Mengutip  pesan Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin, Puasa memiliki tiga tingkat. Yakni puasanya orang awam, puasanya orang khusus ‎dan puasa khusus buat orang khusus.

Puasa level pertama disebut sebagai shaumul umum atau puasanya orang awam. Level puasa ini adalah yang biasa dilakukan oleh kebanyakan orang atau sudah menjadi kebiasaan umum. Praktik puasa yang dilakukan di level ini sebatas menahan haus dan lapar serta hal-hal lain yang membatalkan puasa secara syariat.

Kedua disebut sebagai shaumul khushus atau puasanya orang-orang spesial. Mereka berpuasa lebih dari sekadar untuk menahan haus, lapar dan hal-hal yang membatalkan. Tapi mereka juga berpuasa untuk menahan pendengaran, penglihatan, lisan, tangan, kaki dan segala anggota badannya dari perbuatan dosa dan maksiat. Mulutnya bukan saja menahan diri dari mengunyah, tapi juga menahan diri dari menggunjing, bergosip, apalagi memfitnah.

Adapun level yang paling tinggi menurut klasifikasi Imam Al-Ghazali, disebut shaumul khushusil khushus. Inilah praktik puasanya orang-orang istimewa, excellent, Mereka tidak saja menahan diri dari maksiat, tapi juga menahan hatinya dari keraguan akan hal-hal keakhiratan. Menahan pikirannya dari masalah duniawiyah, serta menjaga diri dari berpikir kepada selain Allah.  Standar batalnya puasa bagi mereka sangat tinggi, yaitu apabila terbersit di dalam hati dan pikirannya tentang selain Allah, seperti cenderung memikirkan harta dan kekayaan dunia. Bahkan, menurut kelompok ketiga ini puasa dapat terkurangi nilainya dan bahkan dianggap batal apabila di dalam hati tersirat keraguan, meski sedikit saja, atas kekuasaan Allah. Puasa kategori level ketiga ini adalah puasanya para nabi, shiddiqin dan muqarrabin, sementara di level kedua adalah puasanya orang-orang shalih.

Fase-fase tingkatan yang diungkapkan oleh al-Ghazali, tetntu saja bukanlah tingkatan yang didapat begitu saja, melainkan melalui penempaan ruhani, terus bermujahadah melatih daya ruhani, oleh karena itu sangat dianjurkan mengisi bulan ramadhan dengan ibadah-ibadah sunnah lainnya, seperti berzikir, tadarus, tarawih dan sebagainya, sehingga ruhani memilik kemampuan mengontrol dan mengendalikan nafsu agar lebih terarah dan tidak terbawa pada arus nafsu rendah.

Adapun Taqwa, Secara etimologi takwa berasal dari kata waqa – yaqi – wiqayah yang artinya menjaga diri, menghindari dan menjauhi. Sedangkan pengertian takwa secara terminologi, takwa adalah takut kepada Allah berdasarkan kesadaran dengan mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta takut terjerumus dalam perbuatan dosa. Menurut Quraish Shihab, taqwa, terambil dari akar kata yang bermakna menghindar, menjauhi atau menjaga diri. Jadi orang yang bertaqwa adalah orang yang menghindari, menjauhi atau menjaga diri. Atau dengan kata lain; taqwa adalah upaya sungguh-sungguh untuk memelihara, menjauhkan diri dari siksaan atau adzab Allah dengan cara menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Dengan demikian takwa atau sifat ketakwaan, secara ruhani menyiratkan kemampuan untuk menahan, menghindari ataupun menjauhi dari desakan nafsu-nafsu rendah, atau nafsu buruk bahkan lebih terdorong pada  dorongan kebaikan. Watak yang mampu menguasai dan mengontrol dirinya dari keburukan-keburukan, sehingga seseorang tidak jatuh dalam kenistaan dan kehancuran diri.

Dari sini kita bias mengambil benang merah korelasi antar puasa dan ketaqwaan itu sendiri. Ada ungkapan, ‘ berapa banyak manusia yang hancur kehidupan dirinya karena tidak mampu mengontrol keinginan-keinginannya”,.  Dengan puasa kita dilatih untuk menahan dari keinginan-keinginan yang berlebih, bahkan yang halal sekalipun, . upaya melatih ruhani kita, emosi dan nafsu kita, sehingga menjadi pribadi yang penuh mawas diri, mampu mengontrol dirinya, bukan hanya dari nafsu atau keinginan buruk tapi juga keinginan-keinginan duniawi lainnya yang berlebihan, dan hanya mengarahkan seluruh hidupnya hanya pada Allah SWT.  pribadi muttaqin, pribadi Ketaakwaan.

Wallahul Muwafieq ila aqwith thariq

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh



Pemkab dan MUI Banyuwangi Keluarkan SE Penguatan Toleransi Umat Beragama

pemkab-dan-mui-banyuwangi-keluarkan-se-penguatan-toleransi-umat-beragama

MUI JATIM – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Banyuwangi menerbitkan Surat Edaran (SE) Bersama pengaturan jam operasional tempat hiburan selama Ramadhan 1443 Hijriyah. SE dengan Nomor 300/521/429.020/2022 dan Nomor 23/DP.MUI/Kab.BWI/2022 tersebut, ditandatangani oleh Sekretaris Kabupaten (Sekkab) dan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Banyuwangi, dan telah diterbitkan pada Kamis (7/3/2022).  SE tentang penguatan toleransi umat beragama selama bulan Ramadan 1443 Hijriah di Banyuwangi itu memuat empat poin penting. Poin pertama, destinasi wisata […]

Artikel Pemkab dan MUI Banyuwangi Keluarkan SE Penguatan Toleransi Umat Beragama pertama kali di publikasikan oleh MUI Jatim.



Prof Noor Ahmad: Kebesaran Islam Bukan Ditentukan Perang dan Konflik

BOGOR—Perang Rusia Ukraina menjadi perbincangan di seluruh dunia dalam beberapa bulan terakhir. Beberapa kalangan beranggapan bahwa konflik-konflik yang terjadi saat ini sengaja dikondisikan untuk kebesaran agama Islam.

Hal tersebut dibantah dengan tegas oleh Dewan Pengarah Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme (BPET) MUI, Prof Noor Ahmad saat memberikan sambutan pada acara webinar konflik Ukraina dengan tema “Glorifikasi Akhir Zaman oleh kelompok Ekstremisme”, yang BPET MUI secara daring, Jumat (8/4/2022).

“Kalau ada yang mengatakan konflik-konflik yang terjadi saat ini sengaja disetting untuk kebesaran Islam, itu tidak benar. Bahwa kebesaran Islam adalah karena kehalusan, strategi, dan akhlak Rasulullah yang diturunkan kepada kita semua,” ujar Prof Noor dalam sambutannya.

Dia mengakui permusuhan antarmanusia sebenarnya sudah dipastikan ada. Oleh karena itu, agama Islam hadir dalam rangka untuk meredam hal tersebut.

Pernyataan tersebut  dipertegas Prof Noor dengan mengutip salah satu ayat Alquran yakni pada surat Ash Shaff ayat 9. Dalam ayat tersebut Allah SWT berfirman :
هُوَ الَّذِىۡۤ اَرۡسَلَ رَسُوۡلَهٗ بِالۡهُدٰى وَدِيۡنِ الۡحَـقِّ لِيُظۡهِرَهٗ عَلَى الدِّيۡنِ كُلِّهٖ وَلَوۡ كَرِهَ الۡمُشۡرِكُوۡنَ
“Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, untuk memenangkannya di atas segala agama meskipun orang-orang musyrik membencinya.”

Selaras dengan hal tersebut, beliau juga menjelaskan bahwa agama Islam diturunkan oleh Allah SWT dengan ‘huda'(Petunjuk). Ada proses pencerdasan manusia untuk memeluk agama, dari proses ini kita bisa memahami bahwa Islam itu akan besar, Islam akan menang bukan karena perang, melainkan melalui proses-proses intelektual, proses-proses dimana manusia mudah mendapatkan hidayah.

Menanggapi konflik Ukraina yang sedang terjadi saat ini, Prof Noor beranggapan bahwa peperangan ini harus kita lihat sebagai suatu proses yang biasa. Tetapi, Islam sebagai agama yang damai, agama yang wasathiyah sekaligus agama yang rahmatan lil alamin, harus bisa memberikan solusi. Tidak hanya konflik yang ada di dalam Islam, tetapi konflik yang ada di mana pun juga. (Dhea Oktaviana, ed: Nashih).



Cara Kiai Ma’ruf Khozin Hindari Debat di Medsos

cara-kiai-ma’ruf-khozin-hindari-debat-di-medsos

MUI JATIM –  Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim, KH Ma’ruf Khozin menuliskan cara menghindari debat kusir di Fecebook dengan judul ‘Diskusi Ilmiah Tentang Dalil’. Hal itu ia tuliskan di Fecebooknya Jum’at (08/04/2022). “10 tahun lalu di awal punya akun FB saya melayani debat baik di kolom komentar, grup atau di messenger,” tulisnya. […]

Artikel Cara Kiai Ma’ruf Khozin Hindari Debat di Medsos pertama kali di publikasikan oleh MUI Jatim.



LPPOM MUI Sulsel Dikukuhkan, Ini Susunan Pengurusnya

lppom-mui-sulsel-dikukuhkan,-ini-susunan-pengurusnya

FOKUS, muisulsel.com — Pengurus Lembaga Penjaminan Pengakajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) MUI Sulsel dikukuhkan di Sekretariat MUI Sulsel, Sabtu (9/4/2022).

Pengukuhan langsung oleh Direktur Utama LPPOM MUI Pusat Ir Hj Muti Arintawati M Si (Via Zoom) dan Ketua Umum MUI Sulsel Prof DR KH Najamuddin Lc MA.

Dalam sambutanya (Via Zoom) Mutia berharap LPPOM MUI Sulsel terus melakukan koordinasi dengan pengurus MUI baik pusat maupun propinsi untuk meningkatkan kinerja programnya.

Direktur LPPOM MUI Sulsel Tajuddin Abdullah ST MKes juga menyampaikan kedepannya akan meningkatkan kinerja dan meminta pengawasan dan dukungan dari MUI Sulsel.

KH Najamuddin juga berpesan agar pengurus LPPOM tetap menjaga integritas lembaga. “Tanggung jawab LPPOM bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat kelak,” pesannya.

Turut Hadir Pengurus MUI Sulsel, DR Muammar Bakry Lc MA (Sekertaris Umum), Ardadi S Farm M Kes (Ketua Komisi Yankes), Prof DR KH Rusdy Khalid MA (Ketua Komisi Fatwa), DR Ilham Hamid S Ag M Pd, M Pdi (Wakil Sekretaris Umum), Ir H Andi Thaswin Abdulllah (Bendahara Umum) dan DR KH Yusri Muhammad Arsyad Lc MA (Komisi Fatwa).

Berikut Susunan Pengurus LPPOM MUI Sulsel Masa Khidmat 2021-2026:

DEWAN PEMBINA

  1. Dirut LPPOM MUI Pusat
  2. Prof. Dr. KH. Najmuddin HS. Lc, MA. (Ketua Umum MUI Sulsel)
  3. Dr. H. Muammar Bakry, Lc., MA. (Sekretaris Umum MUI Sulsel)
  4. Ir. H. Andi Thaswin Abdullah (Bendahara Umum MUI Sulsel)
  5. Dr. KH. Ruslan Wahab, MA. (Ketua Bidang Fatwa MUI Sulsel)

II. DEWAN PENGAWAS

  1. Prof. Dr. KH. Rusdi Khalid, MA. (Ketua Komisi Fatwa MUI Sulsel)
  2. Dr. KH. Abd.Wahid Haddade, Lc., MA. (Sekretaris Bidang Fatwa MUI Sulsel)
  3. M. Rusdi, S.Si., M.Si., Apt
  4. Dr. Hj. Nurisyah, M.Si., Apt.
  5. Ardadi, S.Farm., M.Kes

III. DEWAN DIREKSI

Direktur : Tajuddin Abdullah, ST.M.Kes
Wakil Direktur : Nurmayani,S.Si.,Apt
Wakil Direktur : Budi Kurniawan Kamrul, S.H
Wakil Direktur : Dr. Nurjannah Abna, M.Pd
Manajer Komunikasi : Raudhatul Jannah Syarief,S.TP
Manajer Keuangan : Andi Mutiah Anwar, ST
Manajer Adm dan Operasional :Ernawati, S.Si
Manajer Pelayanan Audit Halal : Arniati Samaila, S.Si., M.Kes
Manajer Informasi Halal :Apt. Achmad Juwaeni G, S,Farm.■ irfan

The post LPPOM MUI Sulsel Dikukuhkan, Ini Susunan Pengurusnya appeared first on MUI SULSEL.



Ketua MUI Jatim, Ramadhan Bulan Umat Islam Diklat Besar Internasional

ketua-mui-jatim,-ramadhan-bulan-umat-islam-diklat-besar-internasional

MUI JATIM –  Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim KH Syafruddin Syarif menuturkan bulan Ramadhan adalah bulan dimana umat Islam seperti mengikuti diklat besar internasional. Semua umat Islam diwajibkan untuk berpuasa untuk menahan nafsunya. Baik nafsu makan, seksual maupun nafsu-nafsu lainnya yang menyebabkan manusia terjerumus ke dalam sebuah kenistaan. “Alhamdulillah kita masih diberi umur panjang […]

Artikel Ketua MUI Jatim, Ramadhan Bulan Umat Islam Diklat Besar Internasional pertama kali di publikasikan oleh MUI Jatim.



ACT Ajak MUI Sulsel Kolaborasi Dorong Wakaf Pangan

act-ajak-mui-sulsel-kolaborasi-dorong-wakaf-pangan

MUIsulsel com — Aksi Cepat Tanggap (ACT) Sulsel terus menguatkan program Wakaf Pangan, salah satunya melalui kolaborasi dengan berbagai pihak termasuk MUI Sulsel untuk mengentaskan krisis pangan ssbagai dampak pandemi.

Wacana itu terungkap pada kunjungan pengurus ACT Sulsel ke kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel, Makassar, Kamis (7/4/2022).

Direktur Eksekutif ACT Regional Indonesia Timur Syahrul Mubaraq dalam pemaparanya mengatakan ACT merupakan lembaga umat yang terus berupaya melakukan aksi kemanusiaan.

Menurutnya, MUI merupakan lembaga resmi yang memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi di masyarakat. Harapannya agar dengan adanya kolaborasi dari MUI dapat memperkuat keberadaan ACT di Sulsel.

“Selain itu kita juga akan merencanakan pelatihan gabungan tanggap bencana dengan Lembaga Penanggulangan Bencana Daerah (LPBD) MUI Sulsel. Apalagi ACT sudah melakukan MoU dengan MUI pusat sehingga ini merupakan langkah yang tepat untuk berkolaborasi,” imbuhnya.

Ketua Umum MUI Sulsel Prof DR Najamuddin MA dalam pemaparannya menyambut baik rencana kolaborasi tanggap bencana ACT dengan MUI Sulsel. “Kni sangat baik karena MUI sudah memiliki lembaga khusus yaitu LPBD yang sudah dibentuk. Kedepannya tinggal kita akan kolaborasikan dengan bidang terkait,” ucapnya.

Sekum MUI Sulsel DR KH Muammar Bakry Lc MA juga menambahkan ACT adalah lembaga penghubung atau dalam Islam disebut amil sehingga diharapkan agar ACT terus berkoordinasi dengan lembaga lain untuk melakukan aksi sosialnya dan menjaga kepercayaan masyarakat.

Turut hadir pada kunjungan itu Kepala Cabang ACT Sulawesi Selatan Maskur Muhammad.■ Irfan

The post ACT Ajak MUI Sulsel Kolaborasi Dorong Wakaf Pangan appeared first on MUI SULSEL.



Ditemui Dubes Suriah, Komisi Hubungan Luar Negeri MUI Usulkan Pertemuan Ulama Indonesia dan Suriah

JAKARTA– Komisi Hubungan Luar Negeri MUI mengusulkan ada pertemuan ulama Indonesia dan Suriah saat menerima kedatangan Duta Besar Suriah untuk Indonesia, Abdulmonem Anam di Kantor MUI Pusat, Rabu (06/04).

Hadir pada pertemuan tersebut dari MUI antara lain Wakil Sekjen MUI Bidang HLNKI Habib Ali Hasan Bahar, Ketua Komisi HLNKI MUI Bunyan Saptomo, serta Sekretaris Komisi HLNKI MUI Andy Hadianto.

Ketua HLNKI MUI, Bunyan Saptomo memaparkan, MUI ingin melakukan kerjasama dengan Suriah yaitu Majelis Ifta’ Suriah. Bunyan mengatakan, MUI merupakan organisasi besar yang di dalamnya ada perwakilan dari NU, Muhammadiyah, Persis, Mathlaul Anwar, dan organisasi-organisasi keislaman lainnya. Ini membuat MUI sebagai organisasi besar dan harus mengakomodasi semua orams Islam di Indonesia.

Pada pertemuan itu, Sekretaris Komisi HLNKI MUI, Andy Hadiyanto, mengusulkan kepada Dubes Suriah agar ada pertemuan secara daring antara ulama Suriah dengan ulama Indonesia.

Andy mengatakan, tujuan pertemuan itu salah satunya untuk mengarusutamakan Islam wasathiyah di kedua negara. Dengan begitu, maka program kontra radikalisme maupun kontra Islamophobia bisa berjalan dengan baik.

Pertemuan itu, ujar Andy, bertujuan agar ada saling tukar pengetahuan dan pengalaman antar ulama. Latar belakang kedua negara yang berbeda akan saling melengkapi satu sama lain.

Selain itu, di bidang ekonomi, pertemuan tersebut nantinya bisa mendukung konferensi internassional soal produk halal dan ekonomi syariah. Pertemuan tersebut juga bisa membuka kesempatan mendapatkan beasiswa bagi kedua belah pihak.

“Pertemuan secara daring melalui zoom tersebut semoga bisa menyepakati kepentingan kedua belah pihak melalui draft MoU. Sehingga rencana-rencana di atas dapat segera terwujud, ” ujarnya.

Dubes Suriah untuk Indonesia, Abdulmonem, menyambut baik usulan pertemuan ulama dua negara tersebut. Menurutnya, MUI sebagai organisasi besar mampu menjembati perbedaan ormas Islam yang beraneka ragam di Indonesia. (Andy/Azhar)



Berkunjung ke MUI, Dubes Suriah: Bagi Dunia Barat Arab Spring Musim Semi, Bagi Kami Musim Gugur

JAKARTA— Duta Besar Suriah untuk Indonesia, HE Abdulmonem Annam, menyampaikan istilah Arab Spring adalah istilah barat dan hanya dirasakan masyarakat barat. Spring yang berarti musim semi yang sejuk itu, kata dia, begitu dirasakan manfaatnya oleh masyarakat barat dan menjadi musim gugur yang kering bagi masyarakat Timur Tengah.

Hal itu dia sampaikan saat mengunjungi kantor MUI Pusat, Rabu (06/04) bersama atase Moh Nahed Mahry dan Dellany Madjid. Kedatangan mereka disambut Wasekjen MUI bidang HLN Habib Ali Hasan Bahr, Ketua dan Sekretaris Komisi HLNKI Bunyan Saptomo dan Andy Hadiyanto.

“Dunia saat ini tengah dikendalikan ideologi besar bernama kapitalisme yang dibalut liberalisme dan demokrasi. Liberalisme dan demokrasi berhasil menghancurkan tatanan di beberapa negara Islam di Timur Tengah. Istilah Arab Spring sesungguhnya adalah musim semi bagi Barat dan musim gugur bagi negara-negara Arab, ” ujarnya.

Bukti besarnya pengaruh kapitalisme Barat itu, ujar dia , terlihat dari pemberian stigma kepada negara-negara yang tidak demokratis. Bagi negara yang tidak demogratis diberikan stigma seolah bertentangan dengan spirit peradaban dunia. Dubes Monem mencermati, pandangan umat Islam seperti dibenturkan dengan pandangan Barat. Bila tidak sesuai dengan kemauan Barat, maka cara pandangan Islam dainggap berbenturan dengan peradaban modern.

Tidak seperti Timur Tengah yang mengalami musim gugur, Dubes Monem melihat Indonesia bisa bertahan dan mematahkan stigma barat tersebut. Menurutnya, gagasan Islam di Indonesia adalah konsep murni dan mampu membuktikan bahwa Islam wajah yang ramah, demokratis, dan bertujuan mengembangkan kebudayaan dan peradaban. Model beragama seperti ini sebenarnya juga telah lama berkembang di Alzhar Mesir maupun di tanah Syam.

“Pancasila bukti bahwa ajaran Islam dapat berjalan dengan kearifan lokal Indonesia sehingga menghadirkan praktek beragama yang toleran, terbuka, dan moderat, ” ujarnya.

Pengalaman Indonesia sebagai negara mayoritas Islam namun tetap moderat ini, membuat Suriah ingin membangun kerjasama dengan Indonesia, khususnya MUI. (Andy/Azhar)