All posts by Admin

Empat Peran Ulama Menurut Buya Amirsyah Tambunan

JAKARTA — Sekretaris Jenderal (Sekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Buya Amirsyah Tambunan menyampaikan bahwa peran strategis ulama yaitu sebagai himayatul ummah dan shodiqul hukumah.

Dalam gelaran Pesantren Ramadhan 1443 H/ 2022 M yang diselenggarakan oleh Majelis Ulama Indonesia, Sekjen MUI tersebut menuturkan bahwa terdapat empat kiprah ulama sebagai pelayan umat.

“Peran ulama sebagai pewaris nabi dan penjaga misi kenabian. Seorang ulama bukan hanya sekedar simbol belaka, tapi harus selaras dengan implementasi dari keilmuan yang dimilikinya,” kata Buya Amirsyah, Jumat (16/4).

Kedua, ulama sebagai garda terdepan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Ketiga, peran ulama untuk kemaslahatan umat dan bangsa.

Keempat, kiprah berbagai latar belakang ulama di Indonesia yang direpresentasikan dalam satu organisasi yaitu MUI sebagai tenda besar umat untuk semua golongan.

Buya Amirsyah juga menuturkan bahwa tanggung jawab untuk melayani umat bukan hanya tugas MUI semata. Kerja sama dari berbagai pihak menjadi kekuatan utuh untuk melayani umat atau khodimul umat.

“MUI didirikan pada 26 Juli 1975 atau 7 Rajab 1395 dari hasil musyawarah para ulama dan cendekiawan muslim di Indonesia. Karenanya wadah ini harus dijaga bersama dalam menaungi keberagaman di Indonesia,” tegasnya.

“Di antara pengkhidmatan MUI yaitu sebagai islahul ummah (memperbaiki umat) dan mengeluarkan fatwa (mufti). Adapun fatwa yang dikeluarkan MUI adalah fatwa kolektif,” tambah Buya Amirsyah.

Di samping itu, peran MUI sebagai mitra pemerintah yang turut memandu atau mengarahkan kebijakan-kebijakan terkait dengan aspek sosial keagamaan dalam kehidupan berbangsa. MUI juga turut mengkritik kebijakan pemerintah apabila tidak sesuai dengan agama Islam.

MUI telah memberikan banyak masukan dalam bentuk fatwa maupun rekomendasi lainnya kepada pemerintah. Pada kemudian hari rekomendasi tersebut diadopsi ke dalam kebijakan-kebijakan dan berbagai peraturan perundang-undangan, di antaranya, UU Nomor 33 tahun 2014 tentang jaminan produk halal (JPH), UU tentang zakat, UU tentang wakaf, UU tentang haji, dan lain-lain.

Tujuan dari rekomendasi tersebut adalah agar terciptanya kondisi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan beregara yang baik serta melahirkan baldatun thoyibatun wa robbun ghafur.

Buya Amirsyah berpesan agar umat muslim harus menjadi problem solver bukan sebagai trouble maker dan tidak boleh mudah diadu domba dengan kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan.

“Melalui acara Pesantren Ramadhan yang diselenggarakan MUI merupakan ikhtiar dalam membina generasi muda di tengah suasana kehidupan banga dengan berkembangnya isu-isu yg bertentangan dengan nilai-nilai Ramadhan,” pungkasnya.

(Isyatami Aulia/Angga)



14 Tahun Jadi Sekpri Kiai Sahal Mahfudz, Kiai Aiyub: Beliau Sosok Kiai Paripurna

JAKARTA— Ketua MUI Bidang Ekonomi Syariah dan Halal, KH Sholahuddin Al Aiyub mengisahkan keteladanan sosok Ketua Umum MUI 2000-2014 yaitu Kiai Sahal Mahfudz.

Dalam acara Ngabuburit Kebudayaan, Jumat (15/05), yang digelar Lembaga Seni dan Budaya Islam MUI itu, dia melihat Kiai Sahal Mahfudz sebagai Kiai yang paripurna.

Sekalipun masyarakat umum mengenal Kiai Sahal sebagai Ahli Fiqih Sosial, Kiai Sahal sejatinya mengusai berbagai bidang. Kiai Aiyub mencermati, Kiai Sahal selain mengusai ilmu agama secara mendalam, juga mampu menggerakkan ekonomi masyarakat, mengelola pesantren dengan amat baik, dan menjadi organisatoris ulung. Di sela kesibukannya seperti itu, Kiai Sahal juga masih menelurkan karya pemikirannya dalam bahasa Arab maupun bahasa Indonesia.

“Beliau ini bisa dibedah dari berbagai aspek. Ilmunya bisa dipilah-pilih, ada ilmu keagamaan dan ilmu kemasyarakatan. Itu bisa dilihat dari rihlah/perjanan beliau dari satu pesantren ke pesantren lain. Beliau mentradisikan menulis. Sebagai ulama yang bukan hanya menelurkan santri kompeten, namun juga karya-karya. Tidak banyak ulama kita yang menelurkan karya seperti itu,” ujar Kiai Aiyub yang menjadi sekretaris pribadi KH Sahal Mahfudz sejak 2000 sampai 2014.

Bahkan, Kiai Aiyub menilai, Kiai Sahal memiliki kitab yang layak menjadi acuan di beberapa pesantren. Selain karya buku berbahasa Arab, Kiai Sahal juga rutin menulis di media masa. Kumpulan tulisan Kiai Sahal itu kemudian dikumpulkan dalam sebuah buku. Spektrum yang dibahas di dalam tulisannya beraneka ragam bergantung pada kondisi sosio kultural yang ada saat itu.

Meskipun banyak menelurkan karya dan gagasan, Kiai Sahal tidak terjebak hanya di tataran wacana saja dan tidak turun aksi. Sebagai Kiai, beliau juga menggerakkan masyarakat di sekitarnya yang mayoritas petani untuk membentuk kelompok tani. Beliau juga membentuk skema pendanaan pertanian dalam bentuk koperasi simpan pinjam berbasis komunitas. Kiai Sahal sudah merintis ini sejak tahun 1980-an.

“Para aktivis lama pasti mengetahui rekam jejak dan sumbangsih KH Sahal Mahfudz. Beliau menginisiasi kelahiran kelompok tani jauh sebelum kita mengenal ormas-ormas saat ini yang terjun di masalah ini. Santri tidak bisa dilepaskan dari perekonomian,” ujar Kiai Aiyub.

Sebagai sosok yang paripurna, Kiai Sahal tidak terjebak pada satu kesibukan saja. Beliau begitu ahli mengatur waktu dan menempatkan diri. Ketika beliau sudah menjadi Rais Aam PBNU dan Ketua Umum MUI, keseharian beliau masih tetap di pesantren. Kesibukan yang padat tidak menjadikan beliau lantas meninggalkan dunia pesantren dan menelantarkan santri-santrinya. Beliau tetap mengurus pesantren dengan baik. Bukti keseriusan Kiai Sahal mengurus pesantren adalah adanya kurikulum khas milik pesantren.

“Yang menjadi unik, lembaga pendidikan yang dikelola beliau dan paman beliau memiliki kurikulum pendidikan yang tidak menginduk pada kurikulum resmi negara. Kurikulum itu dirumuskan sendiri dengan muatan 75% materi keagamaan dan 25% sisanya materi umum,” ucap Kiai Aiyub.
Karena kurikulum khusus itu, Pesantren juga “mengharamkan” santrinya mengikuti ujian negara. Santri diperkenankan mengikuti ujian negara namun dipersilakan keluar dari pesantren Matlaul Falah. Di sisi lain, meski memiliki kurikulum khusus pesantren, beliau menjadi satu-satunya orang yang dipilih presiden Soeharto mewakili Pondok Pesantren untuk merumuskan pendidikan nasional. Selain beliau, sembilan orang yang dipilih Pak Harto adalah kalangan profesor.

“Sebagai seorang romo Kiai, beliau itu teladan saya. Kalau mencontoh Nabi Muhammad SAW itu terlalu jauh bagi saya. Saya tidak terlalu pintar membaca siroh nabawiyah dengan lengkap. Apa yang saya baca di siroh itu tergambar jelas dari sikap dan tindak tanduk keseharian KH Sahal Mahfudz,” pungkas Kiai Aiyub. (A Fahrur Rozi/Azhar)



Ramadhan Fair 2022 MUI GORONTALO, Penuh Berkah

ramadhan-fair-2022-mui-gorontalo,-penuh-berkah

Gorontalo – Majelis Ulama Indonesia Provinsi Gorontalo dalam serba-serbi ramadhan fair menjadi ajang positif menyambut Ramadhan dengan semangat kebersamaan.

Stand Ramadhan Fair 2022 MUI Gorontalo

Komisi Pemberdayaan Ekonomi Umat MUI Prov Gorontalo sebagai penggagas program memilih desa Tilihuwa Limboto Barat Kabupaten Gorontalo sebagai titik diselenggarakannya Ramadhan fair. Berlangsung dengan penuh semarak menjadikan Alhamdulillah Masyarakat yang terbantu dengan program ini mencapai 200kk untuk memperoleh sembako dan barang murah lainnya.

Bupati Kabupaten Gorontalo Prof. Nelson Pomalingo dalam membuka kegiatan Ramadhan fair 2022

Support Bupati Kab Grntalo Prof. Nelson Pomalingo sekaligus membuka kegiatan menambah semakin hikmahnya jalannya kegiatan ini. Hadir juga bersama menambah semakin semarak kegiatan Ramadhan fair MUI Gorontalo Bunda Ida Syahidah Rusli Habibie .

Akhirnya MUI Gorontalo mengucapkan terimakasih serta teriring doa bagi siapapun donatur baik dari pihak intern Pengurus MUI Gorontalo atau pun dari ekstern yang telah bersama menjadikan kegiatan sambut Ramadhan ini semakin berkah, dan Allah sebaik-baiknya pemberi balasan kepada para donatur Ramadan fair 2022 persembahan Komisi Pemberdayaan Ummat MUI Gorontalo.



MUI Goes To School Spesial Ramadhan

mui-goes-to-school-spesial-ramadhan

Gorontalo – Majelis Ulama Indonesia Provinsi Gorontalo (15/4) dalam rangkaian Goes To School untuk sekolah se provinsi Gorontalo tiba di SMAN 5 Gorontalo. Berbeda dengan sekolah lainnya Kunjungan ini begitu spesial baik dari para guru, siswa SMA bahkan pengurus MUI Gorontalo sekalipun, pasalnya kegiatan ini dilaksanakan dibulan Ramadhan dan Sekolah perdana kunjungan MUI Gorontalo di bulan suci ini adalah SMKN 5 Gorontalo.

Dr. Rusthamrin (Komisi Pemberdayaan Ummat MUI Gorontalo) turut hadir memberikan motivasi dalam MUI Goes To School

Untaian motivasi pemuda sebagai pembelajar berpadu dengan suntikan semangat beribadah di bulan Ramadhan menambah program yang digagas oleh Komisi Pendidikan g Gorontalo menjadi semakin spesial di pagi hari.

Dimulai dari ucapan terimakasih kepada pihak sekolah yang telah memberikan kesempatan MUI hingga motivasi Ramadhan kepada para pelajar menjadi inti dari penyampaian MUI dalam agenda kegiatan MUI Goes To School.



Israel Serang Warga Palestina, MUI: Israel Negara Penjahat

JAKARTA –Aparat Kepolisian Israel menyerang warga Palestina di Komplek Masjid Al-Aqsa yang hendak melaksanakan sholat Shubuh berjamaah, pada Jumat (15/4). Akibatnya, sejumlah warga Palestina menjadi korban luka-luka.

Menanggapi hal tersebut, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengecam keras tindakan Israel terhadap warga Palestina. MUI menyebut Israel adalah negara penjahat dan melakukan tindak kekerasan yang sangat memalukan.

“Tindakan kekerasan dan penyerangan yang dilakukan oleh aparat Yahudi Zionis terhadap jemaah Muslimin dan Muslimat yang melaksanakan ibadah di Masjidil Aqsho benar-benar memalukan,” ujar Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Prof Sudarnoto Abdul Hakim, dalam keterangan tertulis yang diterima MUIDigital, Sabtu (16/4/2022).

Prof Sudarnoto menambahkan, tindakan Israel ini semakin meyakinkan bahwa negara ini memang dipimpin oleh para penjahat kemanusian dan tidak beradab. Menurutnya, hanya penjahatlah yang melakukan tindakan-tindakan seperti itu yang tidak memiliki akal sehat dan nurani.

“Semua tindakan kejahatan eksponensial ini tidak bisa diterima oleh akal sehat dan nurani, bertentangan dengan ajaran agama apapun, dan melanggar hukum termasuk hukum internasional. Umat Islam Indonesia mengutuk tindakan brutal aparat Israel ini,” tegasnya.

Prof Sudarnoto menilai, tindakan yang dilakukan oleh Israel seharusnya semakin menyadarkan kepada negara-negara manapun, terutama negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.

MUI mengeluarkan tiga rekomendasi atas respon penyerangan Israel terhadap Palestina, khususnya pada negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik.

Pertama, meninjau ulang kerja sama dan hubungan diplomatik dengan Israel. Kedua, melakukan langkah-langkah yang pasti untuk melawan Israel dengan berbagai cara yang bisa dilakukan.

“Agar Israel menghentikan sama sekali kejahilan atau kejahatan yang secara terus menerus dilakukan terhadap warga Palestina,” tambahnya.

Ketiga, meningkatkan kesadaran bahwa Israel memang negara yang tidak bisa dipercaya. Selain itu, MUI juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk melakukan langkah serius terhadap Israel.

Salah satunya, dengan memboikot Israel dan menyeret Israel ke Mahkamah Internasional, serta memberikan sanksi internasional kepada Israel.

Ia juga menyangkan sikap Amerika Serikat yang selama ini memberikan dukungan terhadap Israel, yang tidak merubah cara pandangnya agar bisa bertindak secara lebih adil dan benar-benar membela kemanusian.

Prof Sudarnoto mengingat janji Presiden Amerika Serikat, Joe Biden saat dilantik menjadi presiden yang menyatakan akan “menghentikan kemungkaran.” Seharusnya, kata dia, janji ini ditepati sehingga tidak sekedar “lip service” untuk menyenangkan umat Islam hanya sementara waktu.

Dengan demikian, MUI meminta Amerika Serikat untuk menunjukkan kemauan dan kemampuannya menghentikan kebrutalan Israel.

“Untuk umat Islam dan warga Indonesia secara umum, saya berharap untuk serta melakukan langkah-langkah positif membela warga, rakyat dan bangsa Palestina dari ketertindasan dan kebrutalan Israel,” pungkasnya.

(Sadam Al-Ghifari/Fakhruddin)



Jelang Silaturahmi antar ormas Islam se Gorontalo, MUI : Ramadhan Bulan Ukhuwah

jelang-silaturahmi-antar-ormas-islam-se-gorontalo,-mui-:-ramadhan-bulan-ukhuwah

Gorontalo – Majelis Ulama Indonesia Provinsi Gorontalo mewarnai aktivitas dakwah dibulan Ramadhan dengan berbagai aktivitas positif menjadi tekad MUI itu sendiri sebagai himayatul ummah ( plenjaga Ummatu ), mulai dari dakwah sekolah hingga Merangkul ormas Islam se Gorontalo dalam bingkai ukhuwah menjadi wujud hadirnya MUI di tengah ummat.

Khusus merangkul ormas Islam se Gorontalo, MUI dalam hal ini Komisi Ukhuwah dengan momen Ramadhan menggelar Temu Ukhuwah dan Silatuirahim antar ormas Islam se Gorontalo. Semangat untuk berukhuwah semestinya menjadi point penting dalam bulan suci Ramadhan apalagi Ukhuwah itu dalam bingkai Ukhuwah Islamiyah.

Insya Allah akan dilaksanakan di Hotel Eljie pada Senin (18/4) pada pukul 15.00 wita Semoga menjadi sebab Allah jaga Ukhuwah Islamiyah antar ormas Islam se provinsi Gorontalo lebih-lebih lagi dibulan ukhuwah ini bulan suci Ramadhan.



Bertaubatlah, Maka Selamat

bertaubatlah,-maka-selamat

Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya demikian: “Setiap anak Adam pasti berbuat dosa, dan sebaik-baik orang yang berbuat dosa adalah yang bertaubat.” (HR. Ibnu Majah). Dalam hadis tersebut, kita sebagai manusia kemudian diingatkan bahwa secara manusiawi, manusia pernah melakukan perbuatan dosa. Ketidaksempurnaan manusia menjadi pintu terbukanya perbuatan salah, baik atas urusan ‘ubudiyah (kewajiban dalam hablum […]

Artikel Bertaubatlah, Maka Selamat pertama kali di publikasikan oleh MUI Jatim.



MUI Sulsel Keluarkan Bayan Kadar Pembayaran Fidyah, Ini Keputusannya

mui-sulsel-keluarkan-bayan-kadar-pembayaran-fidyah,-ini-keputusannya

MUIsulsel.com — Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel mengeluarkan Bayan (penjelasan) tentang kadar Fidyah dengar Nomor : Bayan-001/DP.P.XXI/IV/2022 pada Jumat (15/04/2022).

Adapun Bayan tentang fidyah ini dibahas di Albarakat Carpet Jln Boulevard Makassar pada Selasa (12/4/2022) yang dihadiri oleh Ketum MUI Sulsel Prof DR KH Najamuddin Lc MA dan Ketua Komisi Fatwa Prof DR KH Rusdy Khalid MA dan pengurus MUI lainya.Berikut penjelasan dan uraiannya.

“Kadar Pembayaran Fidyah”

Bagi kaum muslimin yang sudah tidak mampu lagi berpuasa seperti orang tua renta dan orang sakit yang tak ada harapan sembuh, Allah SWT memberikan keringanan kepada mereka dengan memberi makan orang miskin sebagai ganti puasanya atau disebut dengan fidyah. Ini didasarkan kepada Firman Allah Taa’ala

“Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin.” (QS. Al-Baqarah: 184)

Beberapa catatan antara lain;
Dibayar dengan memberi makan kepada orang miskin sesuai dengan jumlah hari yang ditinggalkan. 1 hari puasa yang ditinggalkan 1 orang miskin.

Imam Al-Syafi’i (767 M), Imam Malik Bin Anas (711 M) dan Imam Al-Nawawi (1233 M) menetapkan bahwa ukuran fidyah yang harus dibayarkan kepada setiap 1 orang fakir miskin adalah 1 mud gandum sesuai dengan ukuran mud Nabi shalallahu‘alaihi wasallam. Nilai mud diperkirakan dua telapak tangan yang ditengadahkan ke atas untuk menampung makanan (mirip orang berdoa).

Mud adalah istilah yang menunjuk ukuran volume, bukan ukuran berat. Jumhur ulama berpendapat fidyah adalah satu mud, dasar menghitungnya dari zakat fitrahnya. Jumhur ulama Malikiyah Syafiiyah dan Hanabilah yaitu sha’ 2752 gram itu dibagi empat, karena ketetapannya satu sha’ empat mud, maka dasar hitungnya 2752 gram dibagi empat sama 688 gram. Begitupun dalam kitab Al-Fiqh al-Islami Wa Adillatuhu disebutkan bila diukur dengan ukuran zaman sekarang, 1 mud setara dengan 675 gram atau 0,688 liter.

Abu Hanifah (699 M) berpendapat ½ sha’ atau 2 mud gandum dengan ukuran mud Rasulullah SAW. Setara dengan memberi makan siang dan makan malam hingga kenyang 1 orang miskin. Ada perbedaan ukuran satu mud dalam mazhab jumhur dan satu mud dalam Mazhab Hanafi dari sisi kapasitas.

Dalam Mazhab Hanafi ukuran setengah sha’ sama dengan dua mud, sedang untuk 2 mud itu standarnya setengah dari 3800 gram. Sehingga jumlah yang harus dikeluarkan menurut Abu Hanifah adalah setengah dari 3800 gram atau dua mud sejumlah 1900 gram.

Berdasarkan rujukan di atas, maka MUI Sulsel menetapkan kadar Fidyah serta teknis pembayaran sebagai berikut:

  1. Sebagai bentuk kehati-hatian dan lebih memudahkan dalam menghitungnya maka Fidyah dapat berupa 1 liter beras untuk 1 hari yang ditinggalkan sesuai dengan pendapat mayoritas ulama.
  2. Jika dikonversi dalam bentuk mata uang rupiah, maka merujuk ke pandangan Imam Abu Hanifah yang membolehkan qimah (harga mata uang) seharga 1,9 kg beras dibulatkan menjadi 2 kg. Jika harga beras perkilo Rp. 12.500, maka Fidyah dalam bentuk uang sebanyak Rp. 25.000.-
  3. Fidyah dapat dilakukan dengan memberi makanan siap saji misalnya dalam bentuk doz (kotak) lengkap lauk yang wajar untuk dikonsumsi. Dapat pula membuat hidangan lalu mengundang orang miskin sejumlah puasa hari yang ditinggalkan, sebagaimana yang dilakukan Sahabat Anas Bin Malik yang mengundang 30 orang miskin dan menyiapkan hidangan yang mengenyangkan mereka.
  4. Waktu pembayaran Fidyah menurut mayoritas ulama adalah setiap hari setelah puasa tersebut ditinggalkan, sedangkan menurut Hanafiah boleh dibayarkan diawal Ramadhan setelah masuknya bulan suci.
  5. Bagi orang tua yang fakir dan tidak punya harta untuk membayar fidyah maka boleh dibayarkan oleh anak-anaknya atau ahli warisnya sebagai ta’awun alalbirri wattaqwa (tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa) hal ini sesuai dengan riwayat: “Engkau dan hartamu milik ayahmu”. Namun jika anaknya pun masih dalam taraf kemiskinan, maka jatuh hukum membayar Fidyah.■ Irfan

The post MUI Sulsel Keluarkan Bayan Kadar Pembayaran Fidyah, Ini Keputusannya appeared first on MUI SULSEL.



Sosok dan Kepribadian KH Sahal Mahfud di Mata Kang Abik

JAKARTA— Ketua Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam (LSBPI) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Habiburrahman El Shirazy, mengenang sosok KH Sahal Mahfud sebagai sosok yang tidak boleh dilupakan.
Pria yang akrap disapa Kang Abik ini menilai, KH Sahal Mahfud memiliki keteladanan dan pikiran-pikirannya yang harus ditampilkan di tengah umat.

“Saya secara pribadi sangat mencintai KH Ahmad Sahal Mahfud. Kenal beliau sebagai santri di Sragen,”ujarnya di kegiatan Ngabuburit Kebudayaan yang digelar oleh LSBPI MUI, Jumat (15/4/2022).

Kegiatan ini bertema “KH Sahal Mahfud: Pemandu Ulama yang Mengayomi Umat Indonesia” yang dihadiri oleh sejumlah tokoh di antaranya Ketua MUI Bidang Seni Budaya dan Peradaban Islam, KH Jeje Zaenudin, Ketua MUI Bidang Ekonomi Syariah dan Halal, KH Sholahuddin Al-Aiyub dan Direktur Lembaga Studi Kitab Kuning, Dr Jamal Makmur Asmani.

Kang Abik mengaku beberapa kali berjumpa dengan KH Sahal Mahfud saat di Kairo, Mesir. Ia melihat sosok KH Sahal Mahfud sebagai seorang ushuly, yang sangat luar biasa dalam fiqh dan ushul fiqhnya.

“Dan kita bisa melihat sekrang yang faqih, ilmu fikihnya untuk mengayomi umat, bangsa, perempuan dan sebagainya,” tutupnya.

Sementara itu, saat menyampaikan sambutan pembukaan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang seni Budaya dan Peradaban Islam, KH Jeje Zaenudin, mengingatkan keberkahan dengan mencintai dan meneladani para ulama.

Kiai Jeje menambahkan, hal ini juga diperkuat dengan hadits Nabi yang menyatakan bahwa “kamu akan dikumpulkan bersama yang kamu cintai.”
“Insya Allah dengan mencintai para Nabi, mencintai para sahabat, para sholihin dan ulama. Minimal mendapatkan keberkahan (dan) kecintaan itu, diangkat kedudukan, didekatkan dengan mereka,” ujarnya.

Menurut dia, sangat penting untuk menggali aspek-aspek ketauladan, kebaikan dan para ulama khususnya para ulama yang ada di MUI untuk mendapatkan kebaikan. Apalagi, dilakukan pada Ramadhan yang penuh berkah ini.

Selain itu, dia juga mengapresiasi LSBPI MUI yang konsisten menyelenggarakan kegiatan ini. Dia berharap, kegiatan seperti ini yang menggali sejarah para ulama, bisa mendekatkan generasi muda Islam agar memiliki sosok panutan.

“Tidak mengikuti keteladanan dan figur yang dilihat konteks kehidupan dalam berislam dan bernegara di bumi Indonesia ini,” kata dia. (Sadam Al-Ghifari, ed: nashih)



Transisi Pandemi Covid-19, Sandiaga Uno Ajak Masyarakat Selamatkan Ekonomi Indonesia

JAKARTA- Pandemi Covid-19 memberikan dampak buruk bagi negara Indonesia dan juga hampir di seluruh dunia. Selama dua tahun terakhir, masyarakat Indonesia dituntut untuk berjuang menyelamatkan jiwa, keluarga dan kerabat dari berbagai serangan virus tersebut.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahudin Uno mengatakan, adanya pandemi juga membuat pemerintah dan masyarakat juga dituntut untuk menyelamatkan perekonomian dari gejolak Covid-19.

“Setelah dua tahun berjuang untuk menyelamatkan jiwa masyarakat Indonesia, saat ini kita juga harus berjuang menyelamatkan ekonomi masyarakat Indonesia,” demikian kata Sandiaga dalam webinar Pesantren Ramadhan 1443 H/ 2022 M yang diselenggarakan oleh Komisi Pendidikan dan Kaderisasi Majelis Ulama Indonesia, Jumat (15/4/2022).

Lebih lanjut, Sandiaga menjelaskan, di Indonesia setidaknya ada 34 juta masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Diungkapkan Sandiaga, dampak Covid – 19 telah menghapus 1.785 Koperasi dan memberi dampak negatif bagi 163.000 pelaku UMKM. Tidak hanya itu, hampir 1 juta lapangan kerja juga turut hilang tersapu oleh pandemi Covid – 19.

Lebih lanjut mantan Wagub DKI ini menjelaskan bahwa pada tahun 2018 – 2019 potensi UMKM Indonesia melalui ekonomi kreatif mengalami trend positif, yakni meningkat menjadi Rp 1.154 triliun. Namun demikian, akibat kehadiran Covid-19 telah memangkas ekonomi kreatif turun 2,39 persen menjadi Rp 1.134 triliun.

We are to move on dari pandemi covid – 19. Kita masuk ke masa transisi pasca pandemi. UMKM diharapkan mampu menjadi tulang punggung dalam pemulihan ekonomi nasional dan menjawab tantangan kemandirian ekonomi di masa pandemi,” harapan Sandiaga Salahudin Uno yang ia ungkapkan dalam kegiatan Pesantren Ramadhan yang diselenggarakan oleh MUI.

Dalam upaya pemulihan ekonomi di tengah pandemi Covid-19, Sandiaga kemudian menggagas program gerakan nasional bangga buatan Indonesia melalui program beli kreatif lokal.

Menurut Sandiaga Uno, dengan membeli produk-produk Indonesia, maka akan dapat menumbuhkan rasa bangga masyarakat terhadap produk lokal. Selain itu juga dapat meningkatkan kualitas serta menciptakan lapangan kerja.

(Dhea Oktaviana/Angga)



Bahagiakan Diri Melalui Budaya Menulis

JAKARTA — Sebagian orang masih menganggap menulis sesuatu yang menjemukan. Namun pada realitanya, menulis merupakan bagian dari membahagiakan diri, berbagi curahan hati, hingga sebagai terapi jiwa.

Hal ini yang disampaikan Iu Rusliana, M.Si, CHRA, dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang menyatakan perlu adanya upaya untuk mengubah mindset bahwa budaya menulis itu membosankan.

“Saya menganggap menulis merupakan sarana untuk membahagiakan diri. Sekarang banyak ditemui kumpulan tulisan seseorang dari sosial media yang diterbitkan menjadi satu buku,” ungkap Iu Rusliana pada webinar Pesantren Ramadhan 1443 H/ 2022 M yang diselenggarakan oleh Komisi Pendidikan dan Kaderisasi Majelis Ulama Indonesia, Jumat (15/4/2022).

Dalam acara yang bertajuk Remaja Meraih Impian “Membangun Remaja Muslim Beriman dan Bertaqwa Pasca Pandemi”, Iu Rusliana juga menyampaikan banyaknya euforia semangat menulis tidak diiringi dengan mendisiplinkan diri untuk mulainya. Sehingga karya tersebut tidak mampu dihasilkan jika ide hanya sebatas euforia.

Di samping itu, menulis merupakan sarana komunikasi diri. Dalam istilah psikologi yaitu autobiografi disebutkan barang siapa tak bisa menuliskan dirinya maka tak mengenal dirinya.

“Menulis bisa kapan saja dilakukan. Saat terbesit di benak satu kata kunci untuk bahan tulisan, segera catat. Karena ide itu bisa hilang, agar tidak hilang maka harus ada catatan yang disimpan untuk mengikatnya,” ujar Dosen UIN Sunan Gunung Djati tersebut.

Dengan teknologi yang sudah semakin maju dan berkembang, Iu Rusliana menuturkan kegiatan menulis bisa dilakukan kapan pun dan dimana pun. Bahkan saat seseorang sedang di transportasi umum, menunggu antrian, ataupun ketika tengah bersantai di meja makan.

Apabila budaya menulis ini telah terbentuk, maka akan melahirkan literasi yang maju. Literasi merupakan bagian dari wahyu sejak awal Islam ada.

Hal ini dimanifestasikan dalam wahyu pertama yaitu surah al-Alaq yang memerintahkan untuk membaca. Oleh sebab itu membaca dan menulis adalah inti tugas penting peradaban manusia yang tercatat dalam spirit agama Islam.

“Ketika menulis, tidak jarang kita menghadapi cognitive blocking atau ketidakmampuan memulai dan menyelesaikan tulisan yang sedang dikerjakan. Solusinya yang bisa digunakan yaitu dengan berhenti sejenak atau mengikuti forum diskusi dan membaca buku untuk menggali kembali inspirasi,” katanya.

Kondisi cognitive blocking menurut Iu Rusliana tidak boleh dibiarkan berlarut-larut, hal tersebut memicu terbengkalainya tulisan yang sedang kerjakan.

Lebih lanjut, Dosen UIN Sunan Gunung Djati tersebut juga memberikan 7 prinsip menulis dengan cinta dalam webinar Pesantren Ramadhan.

Pertama, menulis dengan ungkapan hati atau yang dikenal dengan istilah curhat (curahan hati)

Kedua, buat tulisan yang ringan untuk dibaca.

Ketika, mulai menulis dari kata kunci yang ada di dalam pikiran.

Keempat, membaca banyak referensi, fokus untuk menggarap tulisan, dan kerjakan dengan sistematis.

Kelima, percaya diri dengan apa yang ditulis. Dia mengistilahkan dengan merayakan kebodohan diri bahwasanya tidak ada tulisan yang sempurna. Hadirnya kritik merupakan dialektika untuk mengembangkan agar tulisan semakin baik.

Keenam, tidak ada yang sempurna, bukan berarti merupakan karya yang selesai.

Ketujuh, tinggalkan jejak kebaikan. Tulisan yang bermanfaat merupakan ladang kebaikan yang akan terus mengalir pahalanya.

(Isyatami Aulia/Fakhruddin)



Kiai Jeje Zaenudin Ingatkan Keberkahan Mencintai para Ulama

JAKARTA – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang seni Budaya dan Peradaban Islam, KH Jeje Zaenudin mengingatkan tentang keberkahan dengan mencintai dan meneladani para ulama.

Kiai Jeje menambahkan, hal ini juga diperkuat dengan hadist Nabi yang menyatakan bahwa “kamu akan dikumpulkan bersama yang kamu cintai.”

“Insya Allah dengan mencintai para Nabi, mencintai para sahabat, para sholihin dan ulama. Minimal mendapatkan keberkahan (dan) kecintaan itu, diangkat kedudukan, didekatkan dengan mereka,” ujarnya saat sambutan membuka kegiatan Ngabuburit Kebudayaan yang digelar oleh LSBPI MUI, Jumat sore (15/4).

Menurut dia, sangat penting untuk menggali aspek-aspek ketauladanan, kebaikan dan para ulama, khususnya para ulama yang ada di MUI untuk mendapatkan kebaikan. Apalagi, dilakukan di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini.

Selain itu, ia juga mengapresiasi LSBPI MUI yang konsisten menyelenggarakan kegiatan. Ia berharap, kegiatan menggali sejarah para ulama, bisa mendekatkan generasi muda Islam agar memiliki sosok panutan.

“Tidak mengikuti ketauladanan dan figur yang dilihat konteks kehidupan dalam berislam dan bernegara di bumi Indonesia ini,” pungkasnya.

(Sadam Al-Ghifari/Angga)



Ai’syiyah Lampung Utara Gelar Puncak Milad Ke-105 Tahun Ai’syiyah

ai’syiyah-lampung-utara-gelar-puncak-milad-ke-105-tahun-ai’syiyah

Lampung Utara: Ai’syiyah Kabupaten Lampung Utara gelar Tausiyah dan Bakti Sosial dalam rangka memperingati Milad Ai’syiyah Ke-105 Tahun dengan mengusung Tema ‘Perempuan Pengusung Peradaban Utama’ di ruang Aula UMKO.

Listaria, Ketua Ai’syiyah Kabupaten Lampung Utara, menyampaikan kegiatan ini merupakan puncak dari rangkaian kegiatan milad Ai’syiyah yang beberapa hari lalu telah dilaksanakan pembagian takjil bagi masyarakat yang melintasi Tugu Payan Mas.

“Hari ini Ai’syiyah menghadirkan dr. H. Hary Sulistyanto sebagai narasumber untuk menyampaikan tausiyiah berkaitan dengan ‘Tetap Fit, Sehat, dan maksimal beribadah 10 hari terakhir dibulan Ramadhan’ dan membagikan 85 paket sembako serta uang kepada Kepsek dan Guru TK dan SD Ai’syiyah serta petugas dan satpam kampus UMKO.” Jelas Listaria, Jumat (15/4/2022).

Zainal Abidin, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Lampung Utara, mengapresiasi dan mendukung sepenuhnya yg telah dilakukan ortonom Aisyiyah.

“Kami yakin ibu-ibu Aisyiyah mampu dalam mengelola tatanan kehidupan sehingga mampu terbentuk peradaban akhlak yang baik bagi penerus bangsa ini. Teruslah Ai’syiyah menjadi contoh minimal suri tauladan di rumahnya. Sehingga kaum ibu mampu menjadi teladan bagi putra-putri menjadi gairah dalam memperbanyak membaca quran.” Ungkapnya.

Sementara, Endah Sulastri, Ketua PKK Kabupaten Lampung Utara, mengucapkan selamat Milad Ai’syiyah Ke-105 Tahun. “Semoga dengan meningkatnya usia, semakin meningkatkan peran positif dan kontribusi pada pembinaan akhlak dan moralitas, serta pemberdayaan masyarakat khususnya bagi kaum perempuan di Kabupaten Lampung Utara baik lewat pendidikan, gerakan dakwah, mauoun kegiatan sosial masyarakat.” Harapnya.

Kemudian, Ia juga mengatakan kita harus mampu menjadi perekat dan pemersatu umat. “Serta menjadi bagian terdepan dalam menciptakan kondisi masyarakat yang rukun dan damai.” Tutupnya.

Tampak hadir; Ibu Persit Kartika Candra Kodim 0412 LU; Ibu Bhayangkari Polres LU; Ketua MCCC LU; Ketua BKMT LU; Ketua Muslimat LU; Wakil Rektor 2 UMKO; dan Jajarang Pengurus Ai’syiyah LU. (Ramdan)



Sekretaris MUI Jatim Uraikan Tentang Manusia dan Puasa

sekretaris-mui-jatim-uraikan-tentang-manusia-dan-puasa

MUI JATIM –  Sudah maklum bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang keberadaannya tidak lepas dari keterkaitan dengan sesama manusia. Satu dengan yang lainnya saling mengisi dan saling melengkapi di pelbagai aspeknya. Jika ditarik pada konteks kehidupan beragama, manusia diikat melalui aturan-aturan dalam menjalankan Agama yang disebut dengan syariat Islam. Termasuk Hal yang sangat prinsip bagi […]

Artikel Sekretaris MUI Jatim Uraikan Tentang Manusia dan Puasa pertama kali di publikasikan oleh MUI Jatim.



Viral Nyanyi Indonesia Raya Sebelum Tarawih, MUI Sulsel : Melecehkan Agama dan Negara

viral-nyanyi-indonesia-raya-sebelum-tarawih,-mui-sulsel-:-melecehkan-agama-dan-negara

MUIsulsel.com — Beberapa waktu ini beredar sebuah video berdurasi 2 menit 7 detik viral di media sosial. Video ini dibagikan berkali-kali di aplikasi percakapan WhatsApp dan medsos lainya.

Dalam video tersebut seejumlah jamaah masjid berdiri menyanyikan lagu Indonesia Raya. Seorang pria mengenakan baju koko dan kopiah putih memimpin jamaah menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.Terdengar jamaah nampak kompak bernyanyi di dalam masjid dua lantai tersebut.

Usai menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya jamaah berdiri dan melanjutkan shalat tarwih bersama.

Perekam video juga memperlihatkan beberapa sudut ruangan masjid. Salah satunya mimbar yang berada di samping ruang imam shalat.

Menanggapi hal ini Sekertaris Umum MUI Sulsel DR KH Muammar Bakry Lc MA menyebut agama maupun negara masing-masing memiliki nilai kesakralan tersendiri jadi masing-masing harus ditempatkan pada proporsinya.

Dekan Fakultas Syariah UIN Alauddin Makassar ini menjelaskan syiar agama yang ditolerir dilaksanakan adalah yang tidak bertentangan dengan syariah dan akal sehat mainstream umat Islam. Syiar seperti ceramah agama sebelum tarwih, zikir wirid dan sejenisnya.

“Sebaiknya kegiatan seperti ini tidak perlu dilakukan agar tidak terkesan melecehkan agama maupun bangsa,” imbuhnya.

Meski demikian dirinya menghimbau kepada umat muslim agar menyikapi masalah ini dengan bijak karena boleh jadi ada oknum tertentu yang sengaja memanfaatkan situasi ini untuk menjatuhkan golongan tertentu.■ Irfan

The post Viral Nyanyi Indonesia Raya Sebelum Tarawih, MUI Sulsel : Melecehkan Agama dan Negara appeared first on MUI SULSEL.



Gelar Pesantren Ramadhan, MUI Ingin Bangun SDM Unggul

JAKARTA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Komisi Pendidikan dan Kaderisasi menggelar Pesantren Ramadhan selama tiga hari secara daring. Harapannya, dengan kegiatan ini MUI turut berkontribusi membangun sumber daya manusia yang unggul. Hal tersebut disampaikan Ketua Komisi Pendidikan dan Kaderisasi MUI, Prof Armai Arief saat menyampaikan sambutan, (15/4).

“Kita ingin membangun SDM unggul, yaitu membangun manusia beriman, bertakwa, berahlak mulia, berilmu, cinta tanah air dan bertanggung jawab terhadap tanah air dan bangsa,” demikian kata Prof. Armai Arief.

Menurut beliau, kegiatan pesantren Ramadhan akan diarahkan sesuai dengan tujuan Pendidikan nasional. Menurut UU No.20 tahun 2003 Pasal 3, tujuan pendidikan nasional berbunyi:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Selaras dengan yang disampaikan Prof Armai Arief, Ketua pelaksana kegiatan pesantren Ramadhan 1443 H, Titin Martinah menyampaikan bahwa maksud dari penyelenggaraan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan iman dan takwa generasi muda.

“Kegiatan ini memiliki tiga tujuan. Pertama, meningkatkan kecintaan pemuda terhadap Islam wasathiyah. Kedua, menumbuhkan kesadaran pemuda dalam menyikapi masuknya budaya asing yang bertentangan dengan Islam. Ketiga, membangun pribadi muslim beriman, berahlak mulia dan bertakwa,” ungkapnya.

Dalam penyelenggaraannya, kegiatan Pesantren Ramadhan ini berkolaborasi dengan ESQ (Emotional, Spiritual, Quotient) Leadership Center dibawah pimpinan Ary Ginanjar Agustian.

(Dhea Oktaviana/Angga)



Kiai Ma’ruf Rekomendasikan Buku Zakat, Klasik dan Kontemporer Karya Ketua Komisi Fatwa MUI Kota Surabaya

kiai-ma’ruf-rekomendasikan-buku-zakat,-klasik-dan-kontemporer-karya-ketua-komisi-fatwa-mui-kota-surabaya

MUI JATIM –  Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim KH Ma’ruf  Khozin merekomendasikan buku ‘Zakat, Klasik Dan Kontemporer’ karya tulis Abdul Wahid Alfaizin yang merupakan Ketua Komisi Fatwa MUI Kota Surabaya dan mahasiswa  terbaik Kampus Tazkia asuhan Dr Syafi’i Antonio. Di dalam Islam tidak ada larangan mencari rezeki dan harta sebanyak-banyaknya, hanya saja […]

Artikel Kiai Ma’ruf Rekomendasikan Buku Zakat, Klasik dan Kontemporer Karya Ketua Komisi Fatwa MUI Kota Surabaya pertama kali di publikasikan oleh MUI Jatim.



Opini: Kidung Cinta Ditengah Kekerasan

opini:-kidung-cinta-ditengah-kekerasan

Kidung Cinta Ditengah Kekerasan
Oleh: H. M Soffa Ihsan
Pengurus MUI Pusat Komisi Ukhuwah Islamiyah
Marbot Rumah Daulat Buku (Rudalku)

Ketika dunia digebrak dan teror sadis digelar untuk sebuah tujuan absurd. Ketika bom pemusnah menyemburkan api kematian, lalu sepakat; War Againts Terrorism. Tapi kegilaan terus menderu atau-seperti kata Julia Kristeva-terus memerangkap manusia dalam kebinatangan dan fantasi kekejaman, bercak darah dan kematian. Maka jagad manusia tak pernah sepi dari nyinyir darah, tubuh yang terarak oleh massa, lebam, berceraiberai, muka-muka garang eksekutor, atau muka-muka pasi keluarga korban.

Kaum pemuja kekerasan berpijak pada suatu ideologi yang menjadikan mereka separatis, anarkhis, pemberontak, nasionalis, revolusioner atau pemeluk agama yang  radikal. Rata-rata, mereka terpincuk oleh fanatisme yang kuat. Tetapi, apapun dasar pijakannya, sebagai teroris mereka ditandai oleh tindakan kekerasan yang ditujukan kepada penduduk biasa atau non-combatting, yang tak dipersenjatai dengan sasaran mencapai khalayak yang lebih luas. Dengan cara ini, mereka berharap memperoleh pengaruh politik yang jauh lebih besar, diakui keberadaannya oleh masyarakat. Seperti digambarkan oleh Albert Camus dalam sandiwaranya Les Justes bahwa karena tujuan mereka hanyalah memberikan gangguan dimana saja, sampai tujuan politik mereka dikabulkan.

Kidung Cinta

Kaum sufi-kata Abul Husein al-Nuri-adalah manusia yang paling bijak di antara seluruh umat manusia. Ketika banyak orang memburu karunia Tuhan, sang sufi justru merindukan keintiman dengan Tuhan. Ketika semua orang mengejar dan memuaskan diri dengan sifat-sifat, sang sufi mencari esensi  ilahiah dan tak menjunjung tinggi apapun kecuali esensi itu. Ketika banyak orang menampilkan kekuatannya, sang sufi menyendiri seraya berdoa, memohon kasih bagi mereka. Ketika banyak orang berlomba untuk dipuji, sang sufi justru melahiriahkan keburukan dirinya (malamatiyah). Ketika sufi Bayazid al-Busthami dipukul anak muda dengan seruling, ia justru mengganti kerusakan seruling dengan sejumlah uang dan makanan. Ketika Abu Hasan Busanji ditinju oleh seseorang, ia justru memaafkannya. Ketika Abu Ali Rudbari dipukul kepalanya oleh seseorang dengan kendi, ia malah menghiburnya, hingga orang itu lupa akan rasa malunya dan kembali riang.

Bagi kaum sufi, tidak melakukan perlawanan memiliki dua aspek. Pertama, tersinggung adalah sifat eksistensi diri dan egosentris, sedangkan sufi adalah “tanpa ego”. Jadi barangsiapa yang kesal dan melakukan kekerasan, masihlah ia seorang yang sadar akan identitas dirinya terpisah dari Tuhan. Lebih jauh, ia malah orang yang menyekutukan yang lain dengan Tuhan, bukannya seorang yang bertauhid. Kedua, sufi adalah seorang yang berpasrah diri kepada Tuhan dan berpuas diri dengan kehendak-Nya. Apapun penderitaan dan kehinaan menimpanya, ia justru menganggapnya sebagai kiriman ilahi.

Semua itu dimungkinkan, karena jalan yang ditempuh kaum sufi adalah “jalan cinta”. Jalan cinta ini bukan melalui pemikiran, melainkan jalan penghayatan dan pengamalan jiwa yang bergerak tiada batas (la nihayata lah). Tuhan didekati melalui cinta, dan hanya melalui keagungan dan rahmat ilahi, intimasi (al-uns) bersamanya bisa tercapai. Dalam sufisme, cinta dan pengetahuan tidak bakal pernah benar-benar bisa dipisahkan.

Masing-masing tarekat sufi hanya menekankan satu segi tanpa pernah menafikan segi lainnya. Sesungguhnya cinta sufi (‘syq) dipahami kaum sufi sebagai realisasi aspek gnosis (ma’rifah). Metafisika paling murni, jika hanya bercorak teoritis adalah kecil dibandingkan dengan realisasinya dalam jiwa manusia. Ia adalah sejenis cinta yang dikawinkan dengan gnosis serta mengantarkan pada keesaan Allah (tauhid) yang akan mengatasi semua bentuk dualitas, bahkan dualitas yang ada antara sang pecinta dan kekasih. Dari sini, bisa dipahami bila al-Ghazali menempatkan al-Hallaj dan Abu Yazid al-Bustami sebagai orang yang telah mencapai puncak hakikat tauhid (khawash al-khawash).

Para guru sufi senantiasa berjuang keras untuk membangkitkan sebuah sikap persahabatan yang saling menguntungkan dan pelayanan (khidmah) kepada sesama umat manusia tanpa beda serta mendukung perkembangan kualitas-kualitas yang tersimpuh dalam potensi setiap individu. Seperti yang terungkap secara herois dan tulus dalam kata-kata Abu Hasan al-Kharaqani:”sekiranya aku dapat mati demi semua umat manusia, sehingga aku tidak perlu menunggu kematian”.

Dalam tradisi kesufian terdapat doktrin tentang etika spiritual atau yang disebut dengan “futuwwah” yakni segebung kualitas positif dari kepribadian manusia seperti kejujuran, keterusterangan dan kejernihan fikiran. Qani’i Thusi menggambarkan bahwa permata mahkota tubuh adalah kebajikan (muruwwah) dan kebajikan adalah tanda etika (futuwwah). Etika ini tidak menyebabkan sakit hati, membiarkan diri congkak dan memandang orang lain hina, membuat hati jauh dari kedengkian, tidak pernah merusak diri dengan perbuatan salah serta berharap dunia damai dan unggul.

Jalan yang dipilih sufi adalah pancaran dari kepekaan intuisi. Bagi sufi, sebuah pilihan rasional sesungguhnya hampa secara spiritual dan bisa menyeret kegamangan secara moral dan sosial. Jalaluddin Rumi menggambarkan bahaya ini dalam kisah perdebatan antara pencuri buah aprikat dan pemilik kebun. Keduanya saling beradu alasan dalam mendukung tindakannya. Maka antara tindakan mencuri dan penyiksaan pemilik kebun terhadap si pencuri itu menjadi kabur, tertelikung oleh alasan rasional.

Periskiran terhadap aspek nalar bukan berarti sufisme kemudian menjadi larut dalam “gula-gula esoterisme” yang terpancang pada rasa manis estetika yang subtil dan memberantakkan kebutuhan aktivisme. Dengan melukar penalaran yang formalis, sufisme justru hendak membelalakkan mata atas kekerdilan cara pandang yang hanya menekuri sisi-sisi skriptural dalam agama. Sufisme hendak mencairkan upaya reduksionisme pola pikir yang dualistik yang hanya akan memantik ekstrimisme.

Dalam tilikan sejarah, justru sufisme  klasiklah yang menunjukkan gerak aktivisme melawan segala bentuk ekstrimitas. Sufisme bergerak secara oposisif terhadap praktik-praktik kepicikan pemahaman keagamaan yang berwujud pada pembedakan radikal atas umat manusia atau pemberangusan terhadap kemanusiaan. Gerakan oposisi yang dilokomotifi oleh Hassan Bashri adalah sebuah contoh gerakan tasawuf yang paling fasih menentang despotisme politik pemerintahan dinasti Umawiyah di Damaskus. Gerakan sufisme  yang demikian adalah replika suatu gerakan yang berhimpitan (interwoven) dengan universalisme empati kemanusiaan.

Tentu sangat berbeda, bila gerakan keagamaan merekah dari sudut pandang keagamaan yang formal-ideologis seperti pada gerakan Jamaah Islamiyah, Hizbut Tahrir, Ikhwan al-Muslimin, Thaliban, al-Qaedah atau gerakan ektrem dan puritan lainnya yang saat ini tengah mekar bak cendawan di musim hujan. Gerakan-gerakan seperti ini akan mudah terjungkang pada kerangkeng ekstrimisme yang justru ditangkis oleh sufisme, karena mencanangkan penafsirannya lebih pada teks-teks kitab suci secara dzahiri. Sebaliknya, kaum sufi lebih memahami teks-teks suci secara isyari dan ta’wili.

Nah, dalam situasi apapun, tasawuf tetaplah abadi sebagai penjaga gawang “kesucian” dengan mekanisme dasarnya yaitu pengendalian diri. Bagi sufi: “hasrat tidak dapat dilawan dengan hasrat, melainkan dengan hati yang berbinar (nur al-qudsi).



Buah Kerja Keras Gubernur Khofifah Galakkan Ekonomi Syariah, Jatim Berhasil Borong Tiga Penghargaan di Anugerah Adinata Syariah 2022

buah-kerja-keras-gubernur-khofifah-galakkan-ekonomi-syariah,-jatim-berhasil-borong-tiga-penghargaan-di-anugerah-adinata-syariah-2022

JAKARTA, 14 April 2022 – Getolnya upaya Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dalam mengungkit ekonomi di Jatim dengan memajukan ekonomi syariah membuahkan hasil yang mengagumkan. Kerja keras menggerakkan industri halal, keuangan dan ekonomi syariah yang dilakukan Gubernur Khofifah mengantarkan Provinsi Jawa Timur meraih tiga penghargaan dalam ajang Anugerah Adinata Syariah 2022. Dari total tujuh kategori […]

Artikel Buah Kerja Keras Gubernur Khofifah Galakkan Ekonomi Syariah, Jatim Berhasil Borong Tiga Penghargaan di Anugerah Adinata Syariah 2022 pertama kali di publikasikan oleh MUI Jatim.



Ketua Komisi Fatwa Jelaskan Perbedaan Pendapat Terkait Suntik dan Obat Mata Saat Puasa

ketua-komisi-fatwa-jelaskan-perbedaan-pendapat-terkait-suntik-dan-obat-mata-saat-puasa

MUI JATIM –  Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) menjelaskan terkait ‘Suntik dan Obat Mata Saat Puasa’. Penjelasan itu ia uraikan saat  Ngaji bersama ibu-ibu mejelis taklim Az-Zahra Sidoarjo yang selanjutkan dituliskan di akun Fecebooknya pada Kamis  (14/04/2022). Menurut Kiai Ma’ruf, permasalah ini memang ditemukan perbedaan pendapat di kalangan ulama fikih. Berikut beberapa  keterangan […]

Artikel Ketua Komisi Fatwa Jelaskan Perbedaan Pendapat Terkait Suntik dan Obat Mata Saat Puasa pertama kali di publikasikan oleh MUI Jatim.



Nyai Farida Ulvi Na’imah Ungkap Sosok Sahabat Khawlah binti Tsa’labah yang Revolusioner

nyai-farida-ulvi-na’imah-ungkap-sosok-sahabat-khawlah-binti-tsa’labah-yang-revolusioner

MUI JATIM – Nyai Hj Farida Ulvi Na’imah mengisahkan sosok Khawlah binti Tsa’labah sebagai sosok sahabat perempuan yang revolusioner. Hal itu ia sampaikan saat menjadi narasumber bedah buku ‘Perempuan Menggugat Al-Qur’an Menjawab’ Selasa (12/04/2022). “Konsep perempuan menggugat atau mengadu jika dilihat dari sisi historis banyak direkam oleh Al Qur’an. Diantaranya kasus Khawlah binti Tsa’labah,” katanya dalam […]

Artikel Nyai Farida Ulvi Na’imah Ungkap Sosok Sahabat Khawlah binti Tsa’labah yang Revolusioner pertama kali di publikasikan oleh MUI Jatim.



Opini: Sahabat Sejati di Bulan Ramadhan

opini:-sahabat-sejati-di-bulan-ramadhan

Sahabat Sejati di Bulan Ramadhan
Dr. Agus Hermanto
Dosen UIN Raden Intan Lampung

Sahabat berasal dari kata Shaahib yang juga memiliki istilah lain seperti shadiiq, khaliil, dapat diartikan kawan, sahabat, kekasih atau istilah lain yang serupa, yang menunjukkan adanya hubungan ukhuwwah antara satu dengan yang lainnya, sahabat tidak mesti dalam pengertian saudara, namun juga orang lain yang dianggap ada hubungan dekat yang tidak mesti dalam hubungan kekasih, seperti Rasulullah dengan para sahabatnya, misalnya Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dan beberapa para sahabat lainnya yang hidup semasa dengan Nabi atau pernah membersamai Nabi dalam perjuangan menyebarkan ajaran Islam.

Istilah shaahib terdapat dalam beberapa kalimat, misal sabda Rasulullah saw, “Iqra’uu al-Quran, liannahu ya’tii yaum al-qiyaamah syaafii’an liashaabihi (HR. Bukhari Muslim) yang artinya, ” Bacalah al-Quran, karena dia akan datang pada hari kiamat nanti sebagai penolong bagi yang membacanya”. Dalam kalimat lain misalnya “Khair al-Ashaabi maa yadulu ‘alaa khairin” yang artinya (sebaik-baiknya sahabat adalah yang menunjukkan kepadamu pada sesuatu yang baik. Selain dari istilah tersebut juga digunakan dalam kalimat-kalimat lain. Walaupun kata sahahiib juga berarti pemilik, misalnya shahiibul bait”

Penggunaaan kalimat shadiiq digunakan dalam kalimat “Shdiiquka man abkaaka walaa man adhaakaka” (Sahabat sejatimu adalah mereka yang membuatmu menangis bukan yang membuatmu ketawa)

Sedangkan penggunaan istilah khaliil digunakan dalam beberapa istilah termasuk ketika Allah memberikan gelar kepada Nabi Ibrahim as, “kaliilullah” (Kekasih Allah), sebagai gelar atas kesabarannya dalam menerima segala ujian dan musibah yang menimpanya, dalam istilah lain misalnya ungkapan yang digunakan oleh Syaikh Al-Mas’uud Najm, “Lam ara khaliilan yarfa’u qadra khaliil ihi ka al-Quran, fatuubaa limanittakhada al-Quran khaliilan” (Saya belum melihat seorang sahabat yang mengangkat derajat sahabatnya seperti dia mengangkat (memulyakan) al-Quran, maka beruntunglah orang-orang yang menjadikan al-Quran sebagai sahabatnya. Begitu mulianya al-Quran, sehingga akan menjadi petunjuk dan penolong.

Bulan Ramadhan adalah bulan penuh keberkahan, bukan tarbiyah, bulan al-Quran dan nama baik lainnya yang disandarkan kepadanya. Allah swt, akan senantiasa menjadikan pahala yang berlipat ganda dibandingkan ibadah di bulan lainnya. Untuk itu, marilah kita jadikan al-Quran sebagai sahabat baik kita, yang sehingganya akan memberikan pertolongan kelak, dalam suatu hikam dikatakan “khairu jaliisin fi al-zamaani kita abun” (Sebaik-baiknya teman duduk adalah kitab), di bulan Ramadhan yang suci nanti mulia ini, mari kita jadikan al-Quran sebagai sahabat baik kita, yang memberi manfaat, dan nilai pahala di dalamnya, bukan pada setiap kalimat atau ayatnya nilai pahala yang kita baca, namun pada setiap hurufnya, wallahu ‘alam.



Kiai Cholil Nafis : Negara Sudah Punya Kesepakatan, Sistem Khilafah Tidak Bisa Diterapkan di Indonesia

BOGOR- Komisi dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyelenggarakan kajian dakwah internasional dengan mengusung tema ‘Pengarusutamaan Moderasi dalam Konstitusi Beragama’,(12/4).

Dalam kegiatan tersebut, Kiai Cholil Nafis selaku Ketua MUI bidang dakwah dan ukhuwah menyampaikan bahwa Islam itu tidak pernah memberikan model pasti yang tepat untuk dijalankan dalam bernegara, apakah itu dengan model khilafah, imaroh, maupun demokrasi. Menurutnya, sebuah negara itu tergantung pada kesepakatan yang telah ditentukan.

“Jadi, kalau kita memastikan khilafah, itu sama saja kita memastikan sesuatu yang sifatnya ijtihadi. Demikian juga kalau kita mengkultuskan Demokrasi sebagai satu satunya cara yang memberikan keadilan, itu juga sama dengan mengkultus,” ujar Kiai Cholil.

Sistem khilafah sebenarnya bisa saja diterapkan dalam bernegara, namun sistem tersebut tidak tepat jika diterapkan di negara Indonesia, karena negara Indonesia sudah memiliki kesepakatan tersendiri terkait hal tersebut.

Mengacu pada Undang Undang dasar 1945 pada pasal 28 e ayat satu, dua dan tiga.

Ayat 1
Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.

Ayat 2
Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.

Ayat 3
Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.

“Hal tersebut sangat menjelaskan bahwa kita diberikan kebebasan untuk beragama dan berkeyakinan. Hanya saja kebebasan seseorang dibatasi oleh kebebasan orang lain, “katanya.

Selanjutnya, beliau menuturkan bahwa pengambilan tema terkait konstitusi dan kebangsaan sangat strategis untuk dibahas pada saat ini.

“Konstitusi dan kebangsaan ini sangat strategis untuk kita kaji. Jadi, maqosidu syari’ah nya kita bernegara itu adalah baldatun toyyibatun wa robbun ghofur. Kalau dalam bahasa konstitusi ada empat, yaitu perlindungan, kesejahteraan, pencerdasan dan juga perdamaian,” tutur Kiai Cholil.

Dalam beragama dan bernegara Kiai Cholil menyampaikan bahwa keduanya ibarat saudara kembar, yang mana agama diibaratkan sebagai dasarnya, sementara negara diibaratkan sebagai penjaganya.

“Kalau tidak ada dasar atau pondasinya, kita tidak akan bisa membangun. Jangankan ingin membangun dua sampai lima lantai, baru membangun satu lantai saja sudah roboh,” tutur beliau.

Pada sesi akhir beliau mengutip kata – kata dari Muhammad Mahmud al Hijazi yang mengatakan bahwa cinta negara itu merupakan kewajiban mulia, negara butuh orang orang yang membela dengan persenjataan dan orang yang membelanya dengan narasi serta argumentasi.

(Dhea Oktaviana/Angga)



Pimpinan Baru Baznas Sulsel Kunjungan Silaturahim dengan MUI Sulsel. Digagas Sinergi Entas Kemiskinan Melalui ZIS

pimpinan-baru-baznas-sulsel-kunjungan-silaturahim-dengan-mui-sulsel.-digagas-sinergi-entas-kemiskinan-melalui-zis

MUIsulsel.com — Pimpinan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Sulsel yang baru ini dilantik melakukan kunjungan silaturahim kepada pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel di sekretariat MUI, Masjid Raya Makassar, Rabu, (13/4/2022).

Hadir langsung menerima kunjungan tersebut Ketua Umum MUI Sulsel Prof Dr KH Najamuddin A Syafa MA, Sekum MUI Sulsel Dr KH Muammar Bakry Lc MA, dan sejumlah pengurus MUI Sulsel.

Rombongan Baznas Sulsel dipimpin Ketua Baznas Sulsel HM Khidri Alwi dan jajaran wakil ketua HM Irfan Sanusi Baco, HM Ishaq Samad, Kamaruddin dan H Abd.Aziz Bennu beserta sejumlah staf Baznas Sulsel.

KH Najamuddin menyampaikan selamat atas dilantiknya Pimpinan Baznas Sulsel oleh Gubernur Sulsel. Pada kesempatan itu ia mengatakan zakat berpotensi dalam upaya pengentasan kemiskinan.

“Semoga dalam memaksimalkan peran kedua lembaga serta kemanfaatan optimal bagi ummat kedepan ada sinerjitas intens antara MUI dan Baznas Sulsel ke depan. Terutama dalam menumbuhkan kepercayaan umat,” harapnya.

Khidri Alwi juga menyampaikan rasa syukur dan berterima kasih atas hospitality pimpinan MUI Sulsel.

Dikatakan, ada banyak pesan dari Gubernur Sulsel dalam upaya pengumpulan dan pendistribusian ZIS, diantaranya sudah terbit Surat Edaran Gubernur Sulsel yang mendorong agar ASN dan non ASN lingkup Pemprov Sulsel dapat menunaikan ZISnya melalui Baznas Sulsel.

Wakil Ketua Bidang Pendistisbusian dan Pendayagunaan Baznas Sulsel Ishaq Samad menambahkan sejumlah program telah disiapkan Baznas Sulsel, khususnya dalam pendistribusian, diantaranya penyaluran Paket Ramadhan Bahagia dari BAZNAS Pusat dan Zakat Fitrah.

“Selain itu, juga dilakukan sosialisasi dengan stakeholder Baznas Sulsel melalui silaturrahim dan menggunakan kanal media yang ada untuk sosialisasi, misalnya melalui medsos.

Pengumpulan zakat dan infak ASN Pemprov Sulsel dimulai Senin, 18 April setelah Coffee Morning, dimana Gubernur Andi Sudirman Sulaiman akan langsung menyerahkan zakatnya kepada Baznas Sulsel.

Rencananya untuk zakat ASN Pemprov Sulsel, akan dipotong dari gaii di rekening masing-masing. Sebagian pihak menyebit ini eranya Baznas Sulsel, karena sangat didukung penuh oleh Gubernur Sulsel. Ini adalah peluang sekaligus tantangan dalam memelihara trust. KEpercayaan bisa ditumbuhkan,

“Kita perlu mensupport dalam pengentasan kemiskinan dan terkait langsung dengan MUI Sulsel, sehingga bisa berjalan bersama,” harap KH Muammar

Juga tambahnya bisa didorong dan diinisiasi lahirnya Perda Pemprov Sulsel tentang pengelolaan ZIS.■ rls

The post Pimpinan Baru Baznas Sulsel Kunjungan Silaturahim dengan MUI Sulsel. Digagas Sinergi Entas Kemiskinan Melalui ZIS appeared first on MUI SULSEL.